Surat untuk Ayah Pramoedya

1 Juni 2018 14:21 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Pramoedya Ananta Toer seorang sastrawan besar dan juga ayah dari delapan orang anak. Tujuh perempuan dan satu anak laki-laki.
ADVERTISEMENT
Pram diasingkan karena organisasinya Lembaga Kesenian Rakyat (Lekra) dianggap berkaitan dengan PKI. Pada 1965 jadi momentum Orde Baru membersihkan apa yang dianggap komunis. Pram pun dibuang dan diasingkan ke Pulau Buru.
Keindahan karyanya tak sebagaimana indah hubungan dia dan anak-anaknya. Mereka harus berpisah selama 14 tahun, Pram diasingkan di Pulau Buru. Dia pun tak bisa melihat dan merawat anak-anaknya.
Anak perempuannya Astuti Ananta Toer, sering menumpahkan kerinduan pada sang ayah melalui surat yang dikirim ke Pulau Buru.
Djakarta 11-9-1971
Mendapatkan ajahanda jang tertjinta..
Ajahanda bagaimanakah keadaannya sekarang? (Titiek berdoa agar ajahanda sehat walafiat)
Ajahanda titiek pada bln oktober sehabis udjian mau diopname, doakan ajah untuk anakmu ini jang selalu merindukan ajahanda.
ADVERTISEMENT
Peluk tjium untuk ajah
Titiek
Empat tahun kemudian dari surat itu, Astuti belum juga berjumpa dengan Pram. Surat pun lama betul dibalas, bisa sampai setahun. Kerinduan itu membuatnya nelangsa.
Kerinduan anak perempuan terhadap ayahnya, telah mengaduk-aduk perasaannya sendiri. Gadis yang bernama Astuti itu, tumbuh besar dan subur tanpa perlindungan ayahnya.
Jakarta 4 May 75
Kembali kutemui namamu diatas kedegupan dunia ini: Ayahanda tercinta.
Ayahanda dengarlah,
Kala matahari mengintip di balik dunia, dimana seekor camar mengeruak dari ketinggian langit yg memerah, takut hari akan berlalu.
Disitu....
Wajahmu mulai menerawang pd sudut-sudut mata ini yg kian lama kian sayu, basah oleh air mataku sendiri.
Ayahanda,
Jangan kau kata aku anak yg sentimentil dlm hidup didunia ini, bukan ayah, jangan kau kata spt itu, aku tak inginkan itu.
ADVERTISEMENT
Aku inginkan dirimu sbg pelindungku ayah!
Ayahanda,
Andaikata dunia ini pernah berkata bahwa aku dilahirkan utk berpisah dgnmu ayah,
Mungkin...
Aku bisa lari dr saat-saat yg penuh duka dan tak’ kan pernah kujumpai hari2 yg menyedihkan.
Kini...
Dr hari-kehari, dr bln-kebln, hingga dr thn-kethn, 10 thn tlah berlalu diriku tumbuh dg suburnya, kini ku ja
Begitu suasana hati anak perempuan yang ayahnya diasingkan selama 14 tahun. Begitu juga isi surat Astuti Ananta Toer yang dipamerkan di Namaku Pram: Catatan dan Arsip, dia.lo.gue, Kemang.
Melihat Surat-surat Pram (Foto: Irish Tamzil/kumparan)
Di pameran, surat Astuti terletak di bagian depan. Hal itu dilakukan karena dia anak yang paling dekat.
“Iya dia diletakan paling depan setelah ibunya karena dia (anak) paling dekat dengan Pram, dan membantu menerbitkan Bumi Manusia,” pungkas Engel Tanzil, penyelenggara pameran Namaku Pram: Catatan dan Arsip.
ADVERTISEMENT