Survei IMLCI: Macet dan Akses Perumahan Paling Dikeluhkan Warga DKI

30 Januari 2018 14:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi jalan di Jakarta. (Foto: Amanaturrosyidah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi jalan di Jakarta. (Foto: Amanaturrosyidah/kumparan)
ADVERTISEMENT
Ikatan Ahli Perencanaan (IAP) Indonesia melakukan survei pada 2017 di 19 provinsi dan 26 kota seluruh Indonesia. Tujuannya, untuk mengetahui kota yang paling nyaman untuk dihuni lewat survei bertajuk Indonesia Most Liveable City Index (IMLCI) 2017.
ADVERTISEMENT
Hasil survei tersebut mengacu pada pengalaman warga atas kotanya, pengalaman keamanan ekonomi, dan tingkat keselamatan.
Berdasarkan survei IMLCI 2017 yang dilakukan di Jakarta, Ibu Kota Indonesia ini memiliki indeks rata-rata (average tier city) sebanyak 62,6. Selain itu, ditemukan indeks terendah yang dirasakan warga adalah kondisi lalu lintas (kemacetan) sebesar 35 dan akses warga untuk memiliki rumah dengan indeks 46.
"Aspek transportasi nilainya paling rendah. Ini juga membenarkan bahwa kemacetan masih menjadi masalah dan kemudahan masyarakat untuk memiliki rumah dirasakan sangat sulit," kata Wasekjen IAP Elkana Catur di Kantor ATR/BPN, Jalan Raden Patah, Jakarta Selatan, Selasa (29/1).
Kondisi Monas pasca pagar pembatas rumput dicabut. (Foto: Moh. Fajri/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Kondisi Monas pasca pagar pembatas rumput dicabut. (Foto: Moh. Fajri/kumparan)
Survei ini mencatat warga menilai kualitas transportasi buruk karena kemacetan Ibu Kota. Warga juga mengeluhkan buruknya kualitas pelayanan angkutan umum kota.
ADVERTISEMENT
Catur mengatakan, kemudahan warga dalam mendapatkan rumah sangat bertolak belakang dengan pembangunan kota yang sedang gencar dilakukan oleh pemerintah. Warga juga menilai informasi pembangunan kota sulit diakses dan mereka merasa tidak dilibatkan dalam pembangunan.
"Paling buruk warga kota menilai bahwa informasi pembangunan kota sulit diakses dan warga kota merasa belum terlalu banyak dilibatkan dalam pembangunan kota," kata Catur.
"Hal ini tentu sangat kontradiktif dengan program Smart City yang belakangan gencar dipromosikan beberapa kota di Indonesia," tambahnya.
Hasil survei lain yang ditemukan yakni kualitas penataan PKL (52), kualitas fasilitas pejalan kaki (54), penataan kota (60), politik kota (66), fasilitas peribadatan dan fasilitas keagamaan (75), politik kota (66). Survei IMLCI telah dilaksanakan setiap 2 tahun sekali. Metode penelitian dilakukan dengan metode kuesioner menggunakan skala likert.
ADVERTISEMENT
Kuesioner itu berisi pertanyaan tentang 29 kriteria yang mewakili tingkat kepuasan warga untuk menghuni sebuah kota. Sampling diambil di setiap kota sebanyak 100-200/kota. Khusus Jakarta, IMLCI mengambil 30 orang dari setiap wilayah. Tingkat kepercayaan dalam survei ini mencapai 95 persen dan margin of error-nya adalah 5 persen.