Survei LIPI: Pemilu Serentak 2019 Jauh Panggang dari Api

28 Agustus 2019 15:22 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kegiatan Rilis Survei Nasional Pemilu Serentak 2019 di Gedung Widya Graha LIPI. Foto: Andesta Herli Wijaya/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Kegiatan Rilis Survei Nasional Pemilu Serentak 2019 di Gedung Widya Graha LIPI. Foto: Andesta Herli Wijaya/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pusat Penelitian Politik (P2P) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) merilis hasil survei Pemilu Serentak 2019 dan demokrasi di Indonesia. Dari survei tersebut, dinyatakan bahwa Pemilu yang digelar 17 April lalu tak berhasil mencapai tujuan idealnya, yakni sebagai penguatan demokrasi.
ADVERTISEMENT
“Hasil survei memperlihatkan bahwa pelaksanaan Pemilu Serentak 2019 masih jauh panggang dari api atau belum sesuai dengan maksud yang diharapkan dua tujuan dasar pelaksanaan Pemilu Serentak yang tercantum dalam naskah akademik UU No. 7/ 2017 tentang Pemilihan Umum,” papar Ketua Tim Survei P2P, Wawan Ichwanuddin di Gedung Widya Graha LIPI, Jakarta Selatan, Rabu (28/8).
Wawan menjelaskan, dua tujuan Pemilu Serentak sebagaimana dibunyikan dalam UU No. 7/ 2017, pertama, untuk menciptakan kestabilan pemerintahan yang dihasilkan dari keselarasan hasil pilpres dengan pileg. Tujuan kedua yaitu untuk memberi ruang pada pemilih agar lebih cerdas dalam memilih kandidat dalam pilpres dan pileg.
Dua tujuan tersebut dinyatakan tidak tercapai berdasarkan penjajakan yang dilakukan LIPI terhadap para responden.
Rilis Survei Nasional Pemilu Serentak 2019 di Gedung Widya Graha LIPI. Foto: Andesta Herli Wijaya/kumparan
Wawan menerangkan, saat ini, mayoritas pemilih tidak memilih partai berdasarkan pertimbangan siapa capres-cawapres yang diusung partai tersebut. Dengan begitu, secara teori, keselarasan antara eksekutif dan legislatif sebagai tujuan pemilu serentak, tidak signifikan tercipta.
ADVERTISEMENT
“Efek ekor jas tidak tercapai karena responden yang mengaku memilih caleg atau partai yang mendukung kandidat presiden atau wakil presiden pilihannya terlampau rendah, hanya 16,9 persen,” tutur Wawan.
Begitu juga terkait tujuan kedua, yaitu menciptakan pemilih cerdas. Wawan menyatakan itu juga tak tercapai. Alih-alih mencerdaskan pemilih, pemilu serentak nyatanya menyulitkan pemilih, karena dipusingkan dengan banyaknya kertas suara.
“Sebesar 74 persen dari responden publik dan 86 persen responden tokoh atau elit setuju bahwa Pemilu Serentak 2019 telah menyulitkan pemilih,” Wawan mengemukakan hasil survei.
Survei yang dilakukan LIPI melibatkan responden dari 1.500 orang dari kalangan publik serta 119 orang dari kalangan tokoh dan elite. Para responden publik dijaring dari 34 provinsi di Indonesia, dan dianggap sebagai sampel dari seluruh masyarakat usia dewasa Indonesia.
ADVERTISEMENT
Sedangkan para responden elite dipilih secara purposif dari 5 kota yaitu Jakarta, Padang, Pontianak, Surabaya dan Makasar. Adapun potensi margin of error 2,53 persen dan dengan tingkat kepercayaan 95 persen.
Rilis hasil survei LIPI hari ini digelar dalam konsep seminar, yang dihadiri oleh sejumlah tokoh peneliti, pengamat dan unsur lembaga pemerintahan. Dalam rilis ini, P2P LIPI memaparkan sejumlah temuan lain, di luar soal evaluasi penyelenggaraan Pemilu Serentak 2019.
Soal lain yang turut dipaparkan yaitu terkait persepsi sebagian besar publik yang nyatanya menilai Pemilu Serentak 2019 telah berjalan secara jujur dan adil. Namun ditemukan juga bahwa dalam waktu bersamaan, isu agama masih menjadi isu yang relevan dalam politik Indonesia.
LIPI juga membeberkan tingkat ketidakpercayaan publik terhadap pers atau media massa dalam kaitannya dengan masa kontestasi politik. Ketidakpercayaan itu disebut meningkat seiring massifnya penyebaran hoaks, utamanya hoaks di media sosial yang tak mampu diredam oleh media massa.
ADVERTISEMENT