Survei Median : Elektabilitas Jokowi Turun, Prabowo Naik

23 Juli 2018 15:11 WIB
comment
8
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Jokowi dan Prabowo (Foto: Bay Ismoyo/AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Jokowi dan Prabowo (Foto: Bay Ismoyo/AFP)
ADVERTISEMENT
Lembaga survei Median kembali merilis hasil survei elektabilitas bakal calon presiden dan wakil presiden, dua minggu jelang pendaftaran capres-cawapres di KPU pada 4-10 Agustus 2018.
ADVERTISEMENT
Survei itu digelar untuk mengukur elektabilitas beberapa nama-nama capres dan cawapres di pilpres 2018 versi Median, yang ditanyakan ke responden selama survei 6-15 Juli. Hasilnya, diketahui elektabilitas Joko Widodo turun dan Prabowo naik.
“Elektabilitas Jokowi dari bulan Juni hingga Juli tak beranjak dari 36,2 persen, bahkan cenderung turun ke angka 35,7 persen di bulan Juli. Dan Prabowo mengalami peningkatan sekitar 2%,” ujar Direktur Riset Median, Sudarti, di Bumbu Desa, Cikini, Jakarta Pusat, Senin (23/7).
Sudarto menjelaskan bahwa tren penurunan elektabilitas Jokowi tersebut disebabkan oleh performa Jokowi dalam beberapa kebijakan, yaitu di bidang ekonomi, kesejahteraan, kemiskinan dan pengangguran yang dinlai kurang berhasil.
“Masalah ekonomi menjadi top mind meskipun masyarakat mengakui dalam membangun infrastruktur sudah cukup baik tapi disisi lain masalah ekonomi yang langsung bersentuhan dengan masyarakat dianggap sebagai bentuk kegagalan,” ujar Sudarto.
ADVERTISEMENT
Dalam survei tersebut dijelaskan bahwa permasalahan ekonomi, esejahtaraan, kemiskinan hingga sembako masih menjadi masalah besar mencapai angka 42,0 persen.
Peta Politik Pilpres 2019 (Foto: Chandra Diah)
zoom-in-whitePerbesar
Peta Politik Pilpres 2019 (Foto: Chandra Diah)
Di sisi lain, tren postif menurutnya mengarah kepada Prabowo, Sudarto menilai bahwa gaya komunikasi politik Prabowo akhir-akhir ini mampu mencuri perhatian publik.
“Dan (elektabilitas) Pak Prabowo naik. April Prabowo diserang sentimen negatif ada yang menyebutkan arogan, pidato yang marah-marah, dan yang lainnya. Dan saat ini sentimen itu tak terlihat, sehingga memang Prabowo mengalami kenaikan,” ujar Sudarto.
Survei itu melibatakn 1.200 responden dengan sistem random multistage random sampling di seluruh provinsi di Indonesia. Sudarto menambahkan bahwa responden dominan memilih agar tahun 2019 presiden diganti tokoh lain, meski Sudarto tak menyebutkan siapa tokoh yang berpeluang mengganti.
ADVERTISEMENT
“Saat kita ajukan pertanyaan 2019 sebaiknya dipimpin Jokowi atau tokoh lain, 47 persen memilih diganti tokoh lain, 44,10 persen memimpin kembali dan 8 persen tidak menjawab,” pungkasnya.