Survei Roy Morgan: Jokowi Ungguli Prabowo di Pedesaan dan Perempuan
ADVERTISEMENT
Lembaga survei asal Australia Roy Morgan memaparkan temuannya soal elektabilitas capres cawapres di Pilpres 2019, Jumat (1/3). Dalam survei yang pengumpulan datanya dilakukan Januari ini, Jokowi-Ma'ruf unggul dari Prabowo-Sandi.
ADVERTISEMENT
Survei itu dilakukan pada Januari 2019 dengan responden 1.093 pemilih Indonesia berusia 17 tahun ke atas.
"Jokowi mendapat dukungan dari 58% pemilih Indonesia pada bulan Januari, naik 5% dari Pilpres Indonesia 2014, dan jauh di depan lawannya Prabowo Subianto pada 42%, turun 5%," kata CEO Roy Morgan Michele Levine dalam rilisnya seperti dikutip dari web Roy Morgan, Senin (4/3).
Dalam temuan lainnya, Roy Morgan menyebut Jokowi banyak didukung oleh masyarakat yang ada di pedesaan. Sementara Prabowo banyak didukung oleh warga yang tinggal di wilayah perkotaan.
"Berdasarkan lokasi, menunjukkan Jokowi memimpin di sebagian besar wilayah Indonesia dan memimpin dengan kuat di pedesaan Indonesia, preferensi jelas mendukung Presiden Jokowi (63,5%) Prabowo (36,5%)," sebutnya.
Untuk wilayah Jakarta, Banten dan Sumatera Selatan, persaingan Jokowi dan Prabowo cukup ketat, Jokowi 53 persen dan Prabowo 47 persen. Berbeda dengan provinsi lainnya di Pulau Jawa yakni Jawa Tengah, Jawa Timur dan Bali, Jokowi unggul jauh dari paslon nomor urut 02 itu.
ADVERTISEMENT
"Jawa Tengah Presiden Jokowi menangkap hampir tiga perempat dukungan: Jokowi (74,5%), Prabowo (25,5%). Dukungan untuk Presiden juga sangat kuat di provinsi tetangga Jawa Timur dan Bali: Jokowi (73%) Prabowo (27%)," katanya.
Lebih jauh, Jokowi juga lebih unggul dari Prabowo di pemilih perempuan. Padahal, ini berbanding terbalik dengan jargon kampanye Prabowo-Sandi yang kerap mengangkat kebutuhan 'emak-emak.
"Kepemimpinan Jokowi didasarkan pada daya tariknya yang kuat terhadap perempuan. Di antara perempuan Jokowi (61%) jelas disukai, untuk Prabowo (39%)," tuturnya.
"Namun, (pemilih) pria juga menyukai Jokowi tetapi dengan margin yang lebih sempit: Jokowi (55%) Prabowo (45%)," tambahnya.
Wakil Ketua Dewan Penasehat Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi Hidayat Nur Wahid menanggapi santai hasil survei tersebut. Ia tak ambil pusing dengan hasil survei negara tetangga itu.
"Silakan lembaga survei melakukan survei. Tetapi jangan paksakan rakyat untuk percaya dengan survei Anda, biarlah itu jadi bagian dari dinamika demokrasi," kata Hidayat di Gedung DPR RI, Senin (4/3).
ADVERTISEMENT
Menurut Hidayat, sudah berkali-kali, lembaga survei salah memprediksi. Ia lalu mengingat kembali melencengnya prediksi lembaga survei saat pilkada DKI 2017 lalu.
"Biasanya kan kemungkinan salahnya hanya di angka 2 persen. Tetapi di pilgub DKI 20 persen," ucapnya.
Sementara itu, Juru Bicara TKN Jokowi-Ma'ruf Amin Ace Hasan Syadzily mengatakan pihaknya tak ingin terlena dengan hasil survei Roy Morgan itu.
"Terus terang saja kita kita menargetkan 70%. angka yang ada di morgan sebesar 59 % jadi masih ada 12% yang harus kita genjot dan tentu itu sangat mungkin, kenapa? Karena undecided voters-nya juga masih ada," kata Ace di Posko Cemara, Jakarta Pusat, Senin (4/3)
Ace tak menampik ada kesulitan dalam meningkatkan elektabilitas Jokowi di daerah-daerah yang jaraknya tipis dengan Prabowo seperti Jawa Barat, DKI dan Banten. Salah satu masalahnya adalah hoaks.
ADVERTISEMENT
"Salah satunya adalah masih kuatnya hoaks, penyebaran berita berita seperti LGBT lah, terhadap asing asing dan sebagainya," pungkas Ace.