Tak Mampu Beli Pembalut, Remaja Uganda Dipaksa Menikah

24 Oktober 2017 8:32 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Gadis yang terpaksa menikah dini di Uganda (Foto: Reuters)
Uganda menghadapi masalah besar. Gadis di bawah umur dipaksa orang tuanya menikah hanya karena tidak mampu membeli pembalut.
ADVERTISEMENT
Kejadian tersebut merupakan hal yang kerap terjadi di Uganda. Seorang siswi berusia 12 tahun bernama Auma baru saja mengalaminya.
Auma menceritakan, ia dipaksa ibunya kawin saat memberi tahu dirinya baru saja mendapat menstruasi pertama. Alih-alin membelikan pembalut, ibu dari Auma meminta agar anaknya mencari laki-laki untuk segera dinikahkan.
Cerita tersebut diungkap badan amal dunia Plan Internasional. Mereka menyatakan, ratusan perempuan Uganda terpaksa menikah di usia remaja karena masalah kemiskinan.
Di samping kasus Auma, ada pula anak remaja dipaksa berhubungan seks dengan imbalan dibelikan pembalut.
Pemaksaan tersebut berujung fatal. Banyak di antara remaja putri Uganda akhirnya hamil dan akhirnya putus sekolah.
Direktur Plan International untuk Wilayah Uganda Patrick Adupa menyebut, masalah kehamilan muda akibat tak mampu membeli pembalut, menjadi faktor utama penyebab tingginya angka putus sekolah.
ADVERTISEMENT
"Pendidikan adalah alat yang paling ampuh untuk mencegah pernikahan anak. Ketika perempuan dikeluarkan dari sekolah karena tak mampu menangani menstruasinya sangat sulit bagi mereka menghindar dari pernikahan anak," ucap Adupa seperti dikutip dari Reuters, Selasa (24/10).
Masalah menstruasi atau haid merupakan topik tabu di Uganda. Aktivis Uganda Stella Nyanzi harus ditahan karena menyuarakan protes terkait permasalahan menstruasi yang tak bisa diselesaikan pemerintah Uganda dan Preside Yoweri Museveni.
Nyazi merupakan pengajar di sebuah universitas itu mengeluarkan seragan verbal bagi Museveni dan istrinya Janet melalui akun facebooknya. Perempuan tersebut menuntut keluarga penguasa Uganda itu memenuhi janji kampanye untuk memberikan pembalut gratis bagi siswi sekolah.
Pada awal tahun ini, Ibu Negara Janet yang juga menjabat Menteri Pendidikan menarik kembali janji untuk memberikan pembalut. Dia menyatakan, negara tidak punya cukup uang untuk memberikan benda tersebut kepada remaja di Uganda.
ADVERTISEMENT
Nyansi pun selain mengeluarkan serangan verbal, dia meluncurkan kampanye pengumpulan dana bernama #Pads4GirlsUG. Uang hasil sumbangan dibelikannya pembalut untuk dibagikan secara cuma-cuma.
Aksi Nyanzi dianggap sebagai penghinaan terhadap pemerintah. Ia sempat mendekam di penjara sebelum akhirnya dibebaskan pada Mei lalu.
Melihat semakin keruhnya masalah tersebut, Pemerintah Uganda kembali mengobral janji. Mereka menyatakan, telah menjalin kerjasama dengan sebuah perusahaan farmasi untuk memproduksi pembalut gratis bagi siswi seluruh sekolah di Uganda.