Tak Sengaja Mengaku Teroris, Pria Inggris Dilarang Masuk AS

7 Desember 2018 16:47 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bandara JFK New York (Foto: Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Bandara JFK New York (Foto: Reuters)
ADVERTISEMENT
Pria lanjut usia di Skotlandia, Inggris, gigit jari karena gagal berlibur di Amerika Serikat. Hal ini terjadi karena visanya ditolak setelah tidak sengaja mengaku sebagai teroris.
ADVERTISEMENT
Diberitakan The Independent, peristiwa ini terjadi pekan lalu, menimpa John Stevenson. Rencananya, pria 70 tahun ini akan terbang dengan istrinya, Marion, pada 3 Desember untuk menghabiskan musim dingin di New York.
Untuk pesawat dan akomodasi selama liburan tersebut, mereka telah menghabiskan uang 2.000 pound sterling atau sekitar Rp 36 juta.
Bencana terjadi ketika Stevenson tidak sengaja menjawab "ya" dalam isian formulir visa digital untuk pertanyaan: Apakah Anda teroris?
Akibat ketidaksengajaan itu, visanya ditolak mentah-mentah.
"Kami mengisi formulir visa dan waktunya terus habis sebelum kami mengisi semua kotak. Lalu situsnya tertutup dan ketika kembali terbuka, kau memulai lagi di tempat terakhir kau mengisi," kata Stevenson.
"Salah satu pertanyaannya adalah apakah anda teroris, dan pasti jawabannya berubah dari No ke Yes tanpa saya tahu," lanjut dia.
Ilustrasi Visa Multiple Entry. (Foto: Shutterstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Visa Multiple Entry. (Foto: Shutterstock)
Kebingungan, Stevenson lantas menelepon departemen imigrasi AS dan memberikan nomor paspornya. Setelah melihat aplikasi visanya, petugas di AS mengatakan, "Anda teroris!".
ADVERTISEMENT
"Saya katakan saya berusia 70 tahun dan tidak mengerti apa artinya itu. Ini mimpi terburuk saya," lanjut Stevenson.
Stevenson mati-matian mencoba meyakinkan AS bahwa dia bukan teroris. Bahkan dia sama sekali tidak pernah berurusan dengan hukum. Dia pernah ke pengadilan, tapi itu hanya menjadi juri bukan pesakitan.
"Ini buruk, mengejutkan, dan sangat bodoh. Saya bahkan tidak tahu mengapa ada pertanyaan seperti itu," tutur Stevenson.
Akhirnya mereka batal berlibur dan menurut Stevenson, istrinya sakit karena memikirkan hal itu. Untuk memperbaiki situasi ini, Stevenson harus datang ke Kedutaan Besar AS di London yang berjarak lebih dari 400 km dari tempatnya tinggal, Inverclyde.
"Kami tidak bisa mengatur ulang jadwal liburan karena kami tidak tahu apakah kami bisa ke AS atau tidak."
ADVERTISEMENT