Tak Tahan Dibully, Kentut Berhenti Sekolah dan Memilih Jadi Petani

19 April 2018 14:27 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pak Kentut sedang menyajikan mie ayam. (Foto: Mirsan Simamora/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pak Kentut sedang menyajikan mie ayam. (Foto: Mirsan Simamora/kumparan)
ADVERTISEMENT
Saat dilahirkan, seseorang tak bisa memilih namanya. Ia harus menerima apapun pemberian orang tuanya, seunik atau seaneh apapun namanya.
ADVERTISEMENT
Kentut (30) tak bisa mengelak, saat lahir ke dunia nama itulah yang dipilih oleh orang tuanya. Ia juga harus merasakan konsekuensinya atas nama tersebut. Dicaci hingga dibully menjadi makanan sehari-hari Kentut.
Bahkan, saat masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD), setiap hari Kentut mendapat perlakuan tidak mengenakkan dari temannya-temannya. Namanya, selalu menjadi bahan olok-olokkan.
“Kentuuuut, kentuuut, teman-teman di sekolah sering memanggil begitu,” kata Kentut kepada kumparan (kumparan.com), di Jalan Pepabri Raya, Kunciran, Kota Tengerang, Kamis (19/4).
Kentut mengatakan, gurunya juga kadang tidak dapat menahan diri ketika ada teman-temannya yang mengejeknya. Beberapa kali, Kentut melihat gurunya tersenyum mendengar olokan teman-temannya itu.
Tidak tahan dengan olok-olokan dari temannya setiap hari. Kentut beberapa kali tidak masuk sekolah dan mengurung diri di rumah. Ia merasa tersudutkan dan kecewa atas sikap teman di sekolahnya.
ADVERTISEMENT
“Kalau guru nggak sih (hanya senyum). Cuman dari temen-temen aja (keterlaluan). Saya mengurung diri beberapa hari, nggak masuk sekolah,” imbuh Kentut.
Pak Kentut sedang menyajikan mie ayam. (Foto: Mirsan Simamora/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pak Kentut sedang menyajikan mie ayam. (Foto: Mirsan Simamora/kumparan)
Menyikapi hal itu, orang tua Kentut berusaha menyemangati anaknya sehingga mau kembali bersekolah. Namun, kata Kentut, ia meminta pada kedua orang tuanya agar tidak melanjutkan sekolah ke jenjang SMP.
“Disuruh ngelanjutin, tapi saya nggak mau. Orang tua tetap menyarankan sekolah,” tandasnya.
Meski hanya tamat SD, Kentut memutuskan bekerja membantu orang tuanya bekerja sebagai petani di sawah di Karanganyar, Solo, Jawa Tengah. Setiap hari Kentut tetap mendapat hujatan, namun ia menganggapnya hal yang biasa. “Pertama diem, ngedrop. Tapi lama-lama kuat. Saya kuatinlah,” ucap Kentut.
Kentut terus melanjutkan hidupnya dengan berjuang mencari penghidupan meski sering dibully. Saat ini ia bekerja sebagai penjual mi ayam keliling.
ADVERTISEMENT
Selain itu ia juga mengajar di sekitar rumahnya mengaji. Di rumah, Kentut juga dikenal dengan sapaan Ihsan Hadi.