Tangkal Intoleransi, Muhammadiyah Ingatkan Gerakan Umatan Wasathan

14 Mei 2019 7:46 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sekretaris PP Muhammadiyah, Abdul Mu'ti. Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Sekretaris PP Muhammadiyah, Abdul Mu'ti. Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
ADVERTISEMENT
Pimpinan Pusat Muhammadiyah menilai saat ini kehidupan antarumat beragama di Indonesia sudah sangat maju, yaitu di atas angka 70 sesuai laporan Kementerian Agama (Kemenag).
ADVERTISEMENT
Namun demikian, Muhammadiyah menilai justru saat ini fenomena sebaliknya terjadi, yaitu gejala intoleransi yang tinggi di internal umat beragama. Misalnya, konflik antarkelompok di dalam Islam. 
"Umat Islam kalau konflik sangat terbuka," kata Sekretaris Umum PP Muhammadiyah, Abdul Mu’ti, seperti dalam keterangan yang diterima kumparan, Selasa (14/5).
Hal itu muncul dalam Pengkajian Ramadhan PP Muhammadiyah yang berlangsung pada 12-14 Mei di kampus Institute Teknologi Bisnis Ahmad Dahlan, Ciputat, Jakarta.
Mu'ti menganggap, saat ini terdapat gejala di kalangan umat bergerak ke arah ekstrem, baik ke kanan maupun ke kiri.
Ekstrem kanan artinya beragama secara eksklusif dan menganggap orang di luar kelompoknya masuk neraka. Sementara ekstrem kiri menganggap teks tidak penting. Adanya dua kutub yang berlawanan itu membuat timbulnya kontestasi.
ADVERTISEMENT
"Jadi ada realitas keumatan cenderung ekstrem bahkan radikal," jelas Mu’ti. 
Mu’ti melihat ada lima penyebab kenapa ada gerakan yang ekstrem ke kanan dan kiri di kalangan umat.
ADVERTISEMENT
Dalam menyikapi kondisi seperti ini, Muhammadiyah telah mengambil sikap dengan selalu mengedepankan gerakan Umatan Wasathan. Pilihan itu bukan tanpa alasan, wasathiyah merupakan gerakan tengahan yang berorientasi pada pencerahan.
Dalam umatan wasathan, perbedaan bukan berarti permusuhan yang menjadi halangan bagi upaya bersama membangun peradaban umat dan bangsa.
Bahkan menurut Ketua PP Muhammadiyah, Dadang Kahmad, membangun masyarakat tengahan telah dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW dengan piagam Madinah yang berisi 47 pasal.
Lebih lanjut, Kahmad menyebut Piagam Madinah mengandung delapan karakter yakni karakter tauhid, persatuan, persaudaraan, persamaan, pengakuan kebinekaan, toleransi, demokrasi, dan HAM. 
Sikap toleransi dan moderat, kata Dadang, ditunjukkan oleh Nabi Muhammad dengan mengakui keberadaan Yahudi dan menyantuninya asal tidak berbuat zalim dan jahat.
ADVERTISEMENT
"Jadi ada sistem sosial yang saling menopang, menjadi bangunan yang saling memperkuat, tidak saling memusuhi. Persoalan menyangkut kepentingan bersama diputuskan secara demokratis," ucap Dadang.