Tarif Pasang Susuk Pejabat: Rp 500 Ribu Hingga Rp 10 Miliar

2 Agustus 2018 9:55 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi susuk pejabat (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi susuk pejabat (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
ADVERTISEMENT
Penggunaan susuk di masyarakat Indonesia bukanlah fenomena baru. Tujuan penggunaan susuk juga beragam, mulai dari meningkatkan kharisma, memancarkan aura positif, peningkatan karier hingga meraih kekuasaan.
ADVERTISEMENT
Bagi pejabat, susuk dipasang untuk tujuan kekuasaan. Misalnya saja di tahun politik mendekati pemilihan umum, banyak pejabat atau calon pejabat yang mendatangi paranormal dan meminta untuk dipasangkan susuk atau pengasihan.
“Ingin tampil intinya gitu, enggak kepilih pingin kepilih, setelah kepilih ingin tampil. Ingin 'oh luar biasa', tadinya cuma jadi anggota (terus) jadi ketua,” kata paranormal Ki Kusumo saat ditemui kumparan di kantornya, di Bekasi, Selasa (30/7).
Ki Kusumo pada proses pemasangan susuk. (Foto: Nugroho Sejati/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ki Kusumo pada proses pemasangan susuk. (Foto: Nugroho Sejati/kumparan)
Menurut Ki Kusomo sudah banyak pejabat yang datang ke tempatnya untuk dipasangkan susuk agar menang dalam pemilihan atau cepat naik jabatan. Ada yang datang terang-terangan, ada juga yang sembunyi-sembunyi.
“Kadang-kadang datangnya ngumpet-ngumpet telepon dulu, "Ki Kusumo sepi belum?" , "Sepi Pak", baru datang kayak gitu,” cerita Ki Kusumo.
ADVERTISEMENT
Soal tarif, Ki Kusumo menerapkan standar yang berbeda-beda, tergantung dari tujuan dan siapa yang memasang susuk. Mulai dari ratusan ribu hingga ratusan miliar.
“Saya enggak bisa nyebutin angkanya, pokoknya kalau kita bicara harga sih yang Rp 100 ribu ada, yang Rp 500 ribu ada, yang Rp 10 juta ada, yang 50 juta ada, yang Rp 10 miliar juga ada,” ucapnya.
Menurutnya, susuk yang dipasang ke pejabat itu selalu berhasil. Mereka puas dan kembali lagi untuk memasang susuk.
“Selama ini sih menang. Kalau dalam dunia politik, bahkan ada yang sudah dapat, sudah merasa bagus datang lagi, nambah dong, banyak yang gitu,” kata Ki Kusumo.
Ilustrasi dukun. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi dukun. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
Hal senada juga diungkapkan oleh paranormal yang populer di kalangan artis dan pejabat, Ki Joko Bodo. Pemilik nama asli Agus Yulianto itu mengaku masih banyak didatangi pejabat yang meminta bantuan agar menang dalam pemilihan.
ADVERTISEMENT
“Aku masih banyak orang datang dari Inggris, Amerika, orang Timur Tengah masih sering datang. Termasuk pejabat masih sering,” katanya.
Menurutnya, susuk yang diberikan bukan hanya berupa benda yang dimasukkan ke dalam tubuh. Susuk itu diberikan lewat ritual lain.
“Pengertian susuk itu menurut aku ya itu, susuk bisa aja susuk itu berupa mandi kembang juga bisa, susuk mandi di air pancuran juga bisa saja,” ucap Ki Joko Bodo.
Ki Joko Bodo. (Foto: Jafri Anto/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ki Joko Bodo. (Foto: Jafri Anto/kumparan)
Kalau urusan tarif, Ki Joko Bodo tidak mau merinci secara jelas. Namun yang pasti tarif atau mahar untuk kelas pejabat nominalnya tak sedikit, sesuai dengan jasa yang diberikan.
Dia menganalogikan susuk seperti lukisan. Harganya bervariasi tergantung siapa yang menggambar dan karyanya.
“Ada orang jual lukisan tentunya jual di museum Affandi sama yang di emper-emperan toko Malioboro itu akan lain. Nah itu diterjemahkan sendiri. Dan aku tidak pernah minta (mahar). Tapi mungkin malu juga kalau pejabat cuma ngasih dikit,” katanya.
ADVERTISEMENT
Berbeda dengan Ki Kusumo dan Ki Joko Bodo, paranormal Saefullah alias Kang Aep mengaku enggan menerima pejabat level atas. Pria yang membuka praktek di Gunung Sindur, Bogor, itu mengaku lebih nyaman bila melayani pelanggan dari level bawah saja.
“Enggak lah (pejabat elite). Alasannya ya enggak aja, kita enakan orang-orang yang sama kayak kita aja, inginnya yang biasa-biasa aja lah,” katanya saat ditemui di rumah gubuknya di Desa Jampang, Gunung Sindur, Jumat (20/7).
Ilustrasi dukun. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi dukun. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
Kang Aep memiliki dua gubuk. Satu digunakan khusus yang untuk ritual, sementara gubuk lainnya untuk tempat tinggal bersama anak dan istri. Lokasinya jauh dari jalan raya dan dikelilingi pohon bambu. Suasana di kediamannya benar-benar mirip pedesaan yang jauh dari peradaban kota.
ADVERTISEMENT
Biasanya pelanggan Kang Aep adalah kepala dusun hingga ketua RT. Tarif yang dipatok juga berkisar Rp 500 ribu.
Susuk yang diberikan juga berbeda, bukan dengan memasukkan benda-benda ke dalam tubuh atau mandi kembang. Tetapi dengan rajah yakni melukis tubuh dengan huruf arab.
“Ditulis nih di punggungnya yang kelihatan cuma nanti kita ngisi tuh, entar pakai minyak terus diisiin gitu, nanti ilang, ya kehapus gitu,” kata Kang Aep yang selalu menatap tajam mata lawan bicaranya sebelum menjawab pertanyaan.
Ilustrasi dukun. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi dukun. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
Tujuannya juga hanya untuk perlindungan agar tidak terkena ‘serangan gaib’ dari calon lawan.
“Misalnya kades atau bupati, itu kan secara mistis pasti orang itu bukan satu guru, dan itu kan untuk tameng yah, untuk ngejaga badan dia supaya jangan sampe kena ‘kerjaan’ orang,” katanya.
ADVERTISEMENT
Selain pejabat tingkat kepala dusun, ada juga warga lain yang datang untuk memasang susuk ke Kang Aep. Namun tujuannya untuk mencari jodoh, kecantikan atau untuk penglaris dagangan.
Simak ulasan selengkapnya dalam konten spesial kumparan dengan topik Susuk Pejabat.