news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Tarung Relawan Jokowi-Prabowo

27 Februari 2019 10:19 WIB
Ilustrasi Lipsus kumparan: Tarung Relawan Jokowi-Prabowo. Foto: Herun Ricky/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Lipsus kumparan: Tarung Relawan Jokowi-Prabowo. Foto: Herun Ricky/kumparan
ADVERTISEMENT
Ketua Umum Jenggala Center Iskandar Mandji terkejut. Elektabilitas Jokowi-Ma’ruf Amin di lima provinsi yang jadi lumbung suara Jokowi-Jusuf Kalla saat Pemilihan Presiden 2014, ternyata rendah. Padahal, Pilpres 2019 kian dekat.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan survei internal lembaganya pada Desember 2018, suara Jokowi-Ma’ruf di Kalimatan Selatan, Sulawesi Selatan, Gorontalo, Sulawesi Tenggara, hingga Sulawesi Tengah, tak sesuai harapan.
“Ternyata orang-orang di provinsi itu mengatakan, ngapain kita pilih Jokowi lagi. Kan (Jokowi) sudah tidak ada Pak JK,” kata Iskandar kepada kumparan di Kantor Wakil Presiden, Jakarta Pusat, Selasa (19/2).
Begitu tahu penyebabnya, Iskandar segera menginstruksikan relawan Jenggala Center untuk mencetak foto Kalla dalam baliho raksasa. Pada sisi kanan-kirinya dipasang logo Jokowi dan Ma’ruf. Di bawah foto Kalla, dicantumkan kalimat, “Saya memilih Jokowi-Ma'ruf.”
Baliho JK yang dibuat Jenggala Center. Foto: Dok. Jenggala Center
Baliho-baliho tersebut lalu disebar ke lima provinsi di Kalimantan dan Sulawesi tadi. Strategi itu terbukti ampuh. Tak sampai sebulan baliho dipasang, tren suara Jokowi-Ma’ruf terdongkrak. “Di Sulteng naik, Sulsel naik, Kalsel naik,” tutur Iskandar. Ia bisa bernapas agak lega.
ADVERTISEMENT
Jenggala merupakan think tank yang dibentuk Jusuf Kalla. Lembaga ini membantu pemenangan Jokowi-JK saat Pilpres 2014, khususnya di kawasan timur Indonesia dan beberapa daerah di Jawa. Jenggala dibentuk oleh lingkaran dekat Kalla. Pada Pilpres 2019 kini, Jenggala menjadi bagian relawan pendukung Jokowi-Ma’ruf.
Joko Widodo (tengah) berfoto bersama Dewan Pengarah Jenggala Center, Jusuf Kalla, saat Rapat Konsolidasi Nasional Jenggala Center di Jakarta, Minggu (3/2). Foto: Dok. Istimewa
Relawan, menurut Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya, merupakan tulang punggung utama pemenangan Jokowi-Ma’ruf. Peran mereka dianggap lebih dominan dalam memengaruhi elektabilitas calon ketimbang koalisi gemuk partai politik yang berada di belakang Jokowi-Ma’ruf.
“Fenomena parpol itu sekunder. Apalagi untuk sosok seperti Jokowi yang bukan representasi elite partai, sehingga kekuatan organik relawan dibutuhkan dan pegang peranan penting,” ujar Yunarto kepada kumparan, Selasa (26/2).
Saat ini, terdapat 2.000 kelompok relawan yang terdaftar di Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma'ruf. TKN mengklasifikasikannya dalam enam kategori: relawan Jokowi (68%), relawan Ma’ruf Amin (12%), relawan daerah (48%), relawan berbasis gender (5%), relawan berbasis komunitas (25%) dan relawan berdasarkan profesi (25%).
ADVERTISEMENT
Jumlah relawan Jokowi-Ma’ruf secara keseluruhan lebih banyak dibanding 1.400 kelompok relawan yang mendukung Jokowi-JK pada Pilpres 2014. Persoalannya, peningkatan jumlah relawan tak berbanding lurus dengan militansi di lapangan.
Direktur Relawan TKN Jokowi-Ma’ruf, Maman Imanulhaq, mengatakan hanya 30 persen atau 600 kelompok relawan yang benar-benar bekerja. “Banyak relawan yang terlalu bising meminta logistik dan APK (alat peraga kampanye),” ujarnya.
Untuk efektivitas dan efisiensi, 600 kelompok relawan yang aktif dibagi menjadi beberapa gugus. Klaster pertama ialah B alias Bravo, merujuk ke relawan Bravo 5 binaan Luhut Binsar Panjaitan yang dipimpin oleh eks Wakil Panglima TNI Jenderal (Purn) Fachrul Razi.
Klaster kedua yaitu C, kependekan dari Cakra, yang merupakan kelompok relawan Cakra 19—juga binaan Luhut—di bawah kendali eks sekretaris kabinet Andi Widjajanto.
ADVERTISEMENT
Klaster ketiga adalah D alias Delta, yang terdiri dari beberapa organ lama pendukung Jokowi pada Pilpres 2014. Delta menaungi 11 kelompok relawan, antara lain Projo, Bara JP, dan Seknas Jokowi.
Klaster keempat merupakan kumpulan beberapa relawan pendukung Jokowi yang relatif kecil di 2014. Mereka kemudian membentuk kelompok baru, semisal Aliansi Relawan Jokowi (ARJ) atau Tim Relawan Nasional (TRN).
Jokowi berpidato pada Konvensi Rakyat di Sentul, Bogor, Minggu (24/2). Foto: ANTARA/Akbar Nugroho Gumay
Selain keempat klaster di atas, ada pula klaster kelompok relawan yang membentuk rumah-rumah kerja seperti Rumah Aspirasi di Jalan Tugu Proklamasi Nomor 56, atau Rumah Kerja Relawan yang tersebar di Jawa Barat, Jakarta, hingga Sumatera Barat.
Rumah-rumah kerja itu, kata Maman, bertugas menggalang suara dan melakukan riset serta analisis data untuk formulasi strategi. Nah, agar semua kelompok relawan bergerak harmonis, TKN berperan sebagai dirigen.
ADVERTISEMENT
“Yang dilakukan Direktur Relawan TKN adalah mencegah jangan sampai ada penumpukan relawan. Nanti ada diskusi antarrelawan dan TKN. Misalnya kami mau mempertebal di daerah Sumedang, Karawang. Lalu ada daerah yang effort-nya lebih kecil. Itu dibahas semua,” ujarnya.
Rapat internal TKN akan lebih dulu memetakan wilayah yang akan digarap, berikut target suaranya. Nantinya, battleground akan ditentukan secara spesifik di tiap daerah pemilihan. Hasil pemetaaan lantas dibagikan kepada perwakilan kelompok relawan yang tergabung di empat grup WhatsApp. Dan kelompok-kelompok percakapan itu kemudian beranak pinak untuk menjangkau 2.000 kelompok relawan yang ada.
Selanjutnya, masing-masing kelompok relawan menggodok strategi untuk disampaikan kepada TKN. Setelah operasi di satu titik selesai, kelompok relawan akan melapor kepada Direktur Relawan untuk dievaluasi di internal TKN.
Ketua Cakra 19 Andi Widjajanto. Foto: Ananda Teresia/kumparan
Ketua Cakra 19 Andi Widjajanto membeberkan rinci cara kerja personelnya di lapangan. Ia menjelaskan, Pilpres 2019 merupakan pertarungan berebut undecided voters dan swing voters. Menurut survei internal, swing voters di kubu Jokowi mencapai 15 persen, sedangkan di kubu Prabowo 2 persen. Medan inilah yang menjadi fokus Cakra 19.
ADVERTISEMENT
“Pertarungan kami untuk menjaga agar swing voters-nya Pak Jokowi tidak berubah pilihan. Lalu memengaruhi swing voters-nya Prabowo,” ujar Andi di kediamannya, Cilangkap, Jakarta Timur, Jumat (22/2).
Personel Cakra bergerak di 41 dapil yang tersebar di 17 provinsi. Daerah garapan mereka itu merupakan kantong kekalahan Jokowi-JK di 2014, misalnya pesisir timur Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Selatan di luar Palembang, Riau, selatan Jawa Barat, hingga wilayah perkotaan di Jawa Barat.
Cakra, juga Timses Jokowi secara keseluruhan, menerapkan strategi canvassing alias door to door ke rumah warga. Satu rumah idealnya dikunjungi lima kali dalam sebulan oleh lima tim berbeda. Namun khusus rumah-rumah di basis lawan bisa didatangi sampai 11 kali. Repetisi tersebut dianggap penting agar masyarakat terus mengingat Jokowi.
ADVERTISEMENT
Bekerja untuk memenangkan Jokowi-Ma’ruf Amin, Cakra memiliki koordinator di 17 provinsi, yang semuanya merupakan jenderal purnawirawan bintang dua. Koordinator provinsi itu membawahi koordinator kabupaten, kecamatan, dan desa. Koordinator di tingkat ini biasanya tokoh setempat dengan jaringan lokal yang kuat.
Tim Cakra 19. Foto: Phaksy Sukowati/kumparan
Sebelum menggarap sebuah wilayah, Cakra 19 lebih dulu membuat pemetaan. Wilayah-wilayah di Indonesia dinilai dalam rentang 1-8, merujuk ke parameter jumlah pemilih, persentase suara, dan variabel kekuatan tim sukses.
Daerah berkategori 8 ialah wilayah dengan suara aman bagi Jokowi-Ma’ruf, sedangkan daerah dengan skala 1 relatif lemah. "Cakra biasa konsentrasi di kategori 3, 5, 6,” tutur Andi.
Cakra tak selalu sendirian menggarap suatu wilayah. Mereka sering tandem dengan caleg DPR, DPRD I, atau DPRD II dari koalisi parpol pengusung Jokowi-Ma'ruf Amin, atau bekerja bersama kelompok relawan lain.
ADVERTISEMENT
Sebelum melebur, mereka berkoordinasi dengan TKN. Andi Widjajanto mencontohkan, timnya pernah tandem dengan caleg DPR dari Golkar, Misbakhun, di Jawa Timur.
“Jadi ada tiga gerak di lapangan. Pertama, 10 parpol pendukung Jokowi, lalu TKN, dan terakhir relawan-relawan tersebut yang jumlahnya banyak,” kata Andi.
Personel Jenggala Center bergerilya mendatangi masyarakat. Foto: Dok. Jenggala Centerr
Sementara itu, kelompok Jenggala Center fokus menggarap Indonesia bagian timur, yaitu seluruh Kalimantan dan Sulawesi, Maluku Utara, seluruh Jawa, Bali, dan pesisir Sumatera.
Banyaknya anggota Jenggala yang jadi bagian dari Ikatan Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan, menjadi kelebihan tim ini dalam memanfaatkan kedekatan mereka dengan sesama orang Sulawesi
Jenggala Center punya perwakilan di 27 provinsi, juga membangun 9 jaringan di luar itu seperti jaringan perempuan, jaringan aktivis, jaringan motor gede alias moge, jaringan kiai muda, Laskar Merah Putih, sampai jaringan Matahari yang terdiri dari intelektual Muhammadiyah.
ADVERTISEMENT
Layaknya relawan Jokowi yang lain, personel Jenggala di daerah juga menggalang suara lewat sistem door to door. Mereka juga menjadikan undecided voters, swing voters, dan orang yang berniat golput, sebagai target utama.
#GRB, relawan Prabowo-Sandi, di Bambu Apus, Jakarta Timur. Foto: Dok. Rabu Biru
Kubu Prabowo-Sandiaga juga memanfaatkan relawan untuk menggerakkan mesin politik di lapangan. Mereka disokong sekitar 1.300 kelompok relawan. Jumlah itu, menurut Direktur Relawan Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandi, Ferry Mursyidan Baldan, terus bertambah setiap hari dan belum termasuk kelompok relawan yang belum terdata.
Sebanyak 70 persen dari relawan Prabowo-Sandi berasal dari kalangan emak-emak. Hal itu, menurut Ferry, menjadi keunggulan kubunya. Sebab emak-emak bisa masuk ke segala segmen melalui kampanye door to door. Pendek kata, emak-emak jadi ujung tombak gerilya Prabowo-Sandi.
ADVERTISEMENT
“Mereka kalau sosialisasi ke tetangga enggak pakai asalamualaikum, langsung masuk saja ke dapur lewat pintu belakang, kan gitu. Jadi emak-emak kalau sudah gerak jadi relawan, luar biasa,” kata Ferry di Senayan, Jakarta Selatan.
Agar gerak kampanye efektif, relawan Prabowo-Sandi menggarap wilayah yang berbeda. Misalnya, Emak-emak Militan bergerak di Jawa Barat, Medan, Aceh, Bogor, dan Jakarta. Partai Emak-emak Pendukung Prabowo-Sandi (Pepes) fokus menggarap Pulau Jawa, dengan Jawa Barat sebagai prioritas. Sementara Jaringan Nasional Garda Prabowo-Sandi (Garda) fokus menyisir Solo, Jateng.
#GRB di Central Park, Jakarta Barat. Foto: Dok. Rabu Biru
Relawan Prabowo-Sandi juga dikerahkan untuk menggarap pemilih berdasarkan segmentasi. Ada yang mendekati kalangan advokat dan notaris, ada pula yang menjangkau pengusaha seperti gerakan One Kecamatan One Center of Entrepreneurship (OK OCE).
ADVERTISEMENT
OK OCE yang sempat jadi program unggulan Sandiaga Uno saat maju jadi cawagub DKI Jakarta, kini bersalin rupa menjadi alat penggalangan suara. Jaringan OK OCE sudah terbentuk selama satu dekade, tak disia-siakan.
Cara kerja OK OCE sederhana. Kelompok ini menyasar emak-emak dan milenial. Personelnya selalu mendampingi Sandi ketika berkampanye ke ribuan titik di Indonesia. Di setiap lokasi, mereka langsung membangun jaringan dengan merekrut pengusaha dan calon pengusaha UMKM setempat.
“Kita enggak dibayar, peserta enggak bayar. Kemudian mereka dapat sesuatu, dan mereka menghasilkan rupiah,” ucap Bendahara Umum OK OCE, Laja Lapian.
Tak jarang, peserta kampanye hadir dengan membawa produknya. Sandi lalu menjadi influencer yang merekomendasikan produk itu secara cuma-cuma. Strategi ini menguntungkan. Sandi semakin dikenal sekaligus dianggap memberi solusi ekonomi konkret.
Partai Emak-emak Pendukung Prabowo-Sandi Keliling Kampung (PEPES Kepung) menyapa warga. Foto: Dok. Pepes
Ada pula Relawan Rabu Biru yang merupakan wadah 21 kelompok relawan dan ormas pendukung Prabowo-Sandi. Kelompok ini besutan Direktorat Satgas BPN Chandra Negara, Ketua Umum Relawan Melati Putih Vivi Susanti, dan Ketua Umum Jaringan Pribumi Indonesia Muhardi Zainuddin.
ADVERTISEMENT
Gerakan yang muncul September 2018 ini belakangan menggandeng Ketua Dewan Pertimbangan Partai Berkarya, Siti Hediati Hariyadi atau Titiek Soeharto, untuk menggalang lebih banyak pemilih. Kegiatan Rabu Biru cukup sederhana. Para relawannya menggelar kopi darat di masing-masing wilayah setiap hari Rabu.
Daya tarik Rabu Biru semakin kuat dengan kehadiran sejumlah pesohor seperti Teuku Wisnu, Frans Mohede, hingga Gunawan Sudradjat.
Persaudaraan Alumni 212 Solo Raya mengikuti Tabligh Akbar di Solo, Jawa Tengah, Minggu (13/1). Foto: ANTARA/Mohammad Ayudha
Tak lupa, Persaudaraan Alumni 212 jadi sekutu penting Prabowo-Sandi. Menurut Dewan Pengarah PA 212 Yusuf Martak, seluruh jaringan PA 212 sudah aktif menggalang suara bagi Prabowo-Sandi. Ketua PA 212 Slamet Maarif dan Ketua Umum FPI Ahmad Sobri Lubis pun turun langsung dalam pemenangan Prabowo-Sandi.
Salah satu acara yang digagas PA 212 adalah Tabligh Akbar Alumni 212 di Pasar Kliwon, Solo, Jawa Tengah, Minggu (13/1). Acara ini sempat membuat Slamet Maarif menjadi tersangka. Ia diduga melakukan tindak pidana pemilu karena berkampanye di luar jadwal yang ditetapkan KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota sebagaimana diatur dalam UU Pemilu.
ADVERTISEMENT
Kini, setelah polisi menghentikan penyidikan kasus tersebut, Yusuf Martak mengatakan pihaknya akan menggelar acara serupa di sejumlah wilayah di Indonesia. “Di Bangka Belitung, Kalimantan Utara, hingga Sulawesi Selatan,” kata dia.
Juru Bicara Direktorat Relawan BPN Mustofa Nahrawardaya menilai, gerakan PA 212 berpengaruh besar dalam menggalang massa.
“PA 212 mendukung 02 karena kesamaan visi dan misi yang diusung. Ada sejarah panjang. Di situ (kubu lawan) ada Pak Jokowi yang bekas temannya Ahok. Jokowi dianggap anti-Islam, itu yang ditangkap 212. Meski 212 bukan gerakan politik, ini telah jadi power,” kata Mustofa, Minggu (24/2).
Prabowo di Pamekasan, Madura, Jawa Timur, disambut santri. Foto: Dok. Istimewa
Kemunculan relawan di kubu Prabowo kontras dengan kondisi di Pilpres 2014. Kala itu Prabowo cenderung mengandalkan mesin partai. Kini menguatnya gelombang relawan Prabowo, menurut Yunarto, disebabkan status Prabowo sebagai penantang. Ada euforia yang melahirkan gerakan organik.
ADVERTISEMENT
Relawan Prabowo juga menguat karena parpol lebih banyak mendukung Jokowi-Ma’ruf Amin. Ini membuat Prabowo harus mencari kekuatan non-partai untuk menutupi lubang tersebut.
Dari ribuan relawan sebagai tiang penyangga kedua capres, siapa lebih militan? Simak laporan lengkapnya di artikel berikut.
ADVERTISEMENT