Tayo, Nenek 105 Tahun dari Lombok, Bermimpi Mencapai Raudhah

20 Juli 2019 19:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Nenek Tayo Anom Sari Ayu (tengah), Jemaah Indonesia berusia 105 tahun asal Lombok bersama petugas haji di Masjid Nabawi. Foto: Denny Armandhanu/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Nenek Tayo Anom Sari Ayu (tengah), Jemaah Indonesia berusia 105 tahun asal Lombok bersama petugas haji di Masjid Nabawi. Foto: Denny Armandhanu/kumparan
ADVERTISEMENT
Senyum nenek Tayo terus merekah ketika digoda oleh petugas haji Indonesia, Rubiyatun. Mereka berdua bercanda, seakan seumuran. Padahal Rubiyatun lebih cocok jadi cucunya. Usia Tayo sudah 105 tahun, duduknya di kursi roda, tapi ingatannya masih tajam.
ADVERTISEMENT
"Ini Rubi, ini Lina," kata Tayo ketika kumparan bertanya siapa yang dia ajak bicara di gerbang 21 Masjid Nabawi, Madinah.
Nama panjangnya Tayo Anom Sari Ayu, jemaah haji kloter 6 embarkasi Lombok. Bada Zuhur, Sabtu (20/7), Tayo dititipkan putranya yang berusia 70 tahunan di sektor khusus Masjid Nabawi, Madinah, gerbang 21, sementara dia menunaikan salat.
"Umur saya 105 tahun, lahir pas zaman Belanda," lanjut dia lagi ketika ditanya tanggal lahirnya.
Ketika berbincang dengan kumparan, Tayo masih bisa mendengar dengan baik. Dia juga masih ingat jumlah anak, cucu, dan cicitnya. Anaknya empat, cucunya 24, dan cicitnya 23. Dia bilang, cucunya akan menikah tidak lama lagi.
Nenek Tayo Anom Sari Ayu (105), Jemaah Indonesia asal Lombok bersama petugas haji di Masjid Nabawi. Foto: Denny Armandhanu/kumparan
Dia berasal dari Suela, Lombok Timur. Di masa mudanya, dia adalah petani penggarap sawah. "Daftar haji sejak 2011," kata Tayo.
ADVERTISEMENT
Rubiyatun bercerita, Tayo telah akrab dengan para petugas haji karena sejak beberapa hari terakhir datang ke tempat itu. Menurut Rubiyatun, Tayo sangat ingin sampai ke Raudhah di Masjid Nabawi.
Raudhah adalah wilayah antara makam Nabi Muhammad shalallahu alaihi wassalam dengan mimbar Masjid Nabawi. Berdasarkan hadits Nabi, wilayah itu adalah taman (Raudhah) surga yang diyakini tempat dikabulkannya doa.
Tidak heran, setiap harinya ribuan jemaah dari seluruh dunia berlomba-lomba ke tempat tersebut, termasuk Tayo. Rubiyatun mengatakan pernah membawa Tayo dengan kursi roda untuk menuju Raudhah, namun tidak bisa masuk karena penuh sesak jemaah wanita. Berada di tempat itu juga dibatasi waktunya.
"Besok mau coba lagi ya nek?" kata Rubiyatun, yang diiyakan oleh Tayo.
Wilayah Raudhah Masjid Nabawi, Madinah. Foto: Denny Armandhanu/kumparan
Tayo ingin sekali berdoa di Raudhah, ingin berziarah ke makam Rasul, kata dia. Nenek yang murah senyum ini bahkan sudah memiliki doa-doa yang akan diucapkannya.
ADVERTISEMENT
"Saya minta umur panjang sama Allah, murah rezeki, agar bisa kesini lagi sama anak cucu. Bisa menabung uang untuk ke sini," ujar Tayo.
Dari 214.000 jemaah haji reguler Indonesia, ada 63 persen yang merupakan warga lanjut usia dan Tayo adalah salah satunya. Dia termasuk dalam gelombang pertama keberangkatan jemaah yang menuju Madinah terlebih dulu baru ke Mekkah.
"Saya Senin ke Mekkah, mau lihat Kakbah," kata Tayo.
Rubiyatun mengatakan, walau usianya senja namun kondisi kesehatan Tayo sangat baik. Dia masih sehat walau suhu di Madinah lebih dari 40 derajat Celcius.
"Dia masih prima. Kalau lagi tidak ngobrol, dia akan berzikir," lanjut Rubiyatun.
Nenek Tayo Anom Sari Ayu (105), Jemaah Indonesia asal Lombok bersama petugas haji di Masjid Nabawi. Foto: Denny Armandhanu/kumparan