Temui Cak Nun, Ma'ruf Curhat Pernah Disebut Terlalu Tua Jadi Cawapres

14 Oktober 2018 21:41 WIB
Ma'ruf Amin dan Emha Ainun Nadjib di Yogyakarta. (Foto: Dok. Tim Media Ma'ruf Amin)
zoom-in-whitePerbesar
Ma'ruf Amin dan Emha Ainun Nadjib di Yogyakarta. (Foto: Dok. Tim Media Ma'ruf Amin)
ADVERTISEMENT
Cawapres Ma'ruf Amin bersilaturahmi ke Rumah Maiyah, di Kadipiro, Yogyakarta, dan berdiskusi dengan Emha Ainun Nadjib atau Cak Nun. Di depan anak-anak muda yang tengah beraktivitas di tempat itu, Ma'ruf bercerita saat pertama kali ia diminta menjadi cawapres Jokowi di 2019.
ADVERTISEMENT
Saat itu, kenang Ma'ruf, banyak yang mengejek dan menyindirnya karena dianggap terlalu tua untuk menjadi cawapres. Ia mengaku, saat itu menjawab lewat cerita tentang orang tua yang tetap menanam pohon agar buahnya bisa dinikmati generasi berikutnya.
"Jadi saya tidak berangan-angan untuk menikmati hasilnya. Saya hanya ingin memberi sesuatu yang memberi manfaat kepada generasi sesudah saya," kata Ma'ruf di teras Rumah Maiyah, Kadipro, Yogyakarta, Minggu (14/10).
Ma'ruf juga bercerita soal pentingnya menjaga dan mengawal kerukunan serta kemajemukan bangsa. Sebab, jika tidak, ia khawatir hal tersebut akan berpotensi menimbulkan konflik besar.
"Saya mau bersama Pak Jokowi mengawal negeri supaya tak ada lagi konflik ideologi ke depan. Semua saling menghargai, saling pengertian, tak ada salah pengertian," tuturnya.
Ma'ruf Amin dan Emha Ainun Nadjib di Yogyakarta. (Foto: Dok. Tim Media Ma'ruf Amin)
zoom-in-whitePerbesar
Ma'ruf Amin dan Emha Ainun Nadjib di Yogyakarta. (Foto: Dok. Tim Media Ma'ruf Amin)
Dalam kesempatan tersebut, Ma'ruf juga meminta masukan dan saran dari Cak Nun dan pemuda di Rumah Maiyah tentang membangun negara. Mendengar pertanyaan itu, Cak Nun mengaku tidak memiliki peran apa-apa di dunia politik.
ADVERTISEMENT
"Wasit ya, bukan, hakim garis ya, tidak. Official juga tidak. Penonton saja," kata Cak Nun.
Meski demikian, ia mengaku banyak bertemu dengan masyarakat di tingkat bawah melalui kegiatan kemanusiaan maupun kebudayaan. Cak Nun mengaku, dalam kegiatan tersebut, ia banyak bertemu dengan kalangan Nahdliyin.