Temui JK, MILF Dapat Tips Kelola Perdamaian ala Indonesia

1 Februari 2018 14:51 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
JK menerima delegasi MILF Filipina dan UNDP  (Foto: Tim Media Wapres)
zoom-in-whitePerbesar
JK menerima delegasi MILF Filipina dan UNDP (Foto: Tim Media Wapres)
ADVERTISEMENT
Pemimpin gerakan Front Pembebasan Islam Moro (MILF) dari Filipina Selatan, Murad Ebrahim, ingin belajar mengelola perdamaian dari Indonesia. Itulah sebabnya dia mengunjungi Wakil Presiden Jusuf Kalla untuk meminta wejangan.
ADVERTISEMENT
Kedatangan MILF ke Istana Wapres mendadak lantaran tidak masuk dalam agenda JK. Murad datang bersama delegasi MILF lainnya menemui JK secara khusus untuk belajar dari pengalaman Indonesia mengatasi konflik.
Menurut JK, Murad sebelumnya juga mengunjungi Aceh untuk memantau wilayah itu usai berakhirnya konflik dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) pada 2005.
"Siang ini Pak Chairman Murad, ketua dari MILF, Berdiskusi mencari pengalaman yang baik. Beliau dari Aceh ‎melihat perkembangan, karena banyak kemajuan yang ingin dipelajari di Indonesia," kata JK usai pertemuan di Kantor Wapres, Jakarta Pusat, Kamis (1/2).
Murad membenarkannya. Dia mengaku terkesan dengan perkembangan di Aceh usai konflik dan bencana tsunami pada 2014.
"Kami sangat terkesan dengan apa yang terjadi setelah tsunami dan konflik di sana. Kami berharap pelajaran yang kami petik dari sini juga dapat kami terapkan di Filipina," kata Murad.
Tentara bagikan foto buronan anggota Abu Sayyaf. (Foto: Reuters//Marconi B. Navales)
zoom-in-whitePerbesar
Tentara bagikan foto buronan anggota Abu Sayyaf. (Foto: Reuters//Marconi B. Navales)
JK mengatakan, Murad meminta nasihat dari dirinya soal pengalaman Indonesia dalam menjaga perdamaian. Ada dua tips yang diberikan JK.
ADVERTISEMENT
"Pertama saling menghormati. Kedua, mesti ada kompromi," kata JK.
MILF baru berdamai dengan pemerintah Filipina pada 2014 silam setelah melakukan pemberontakan sejak tahun 1960-an. Namun masih banyak kelompok sempalan MILF yang melakukan perang gerilya dan merongrong keamanan di Mindanao, Filipina Selatan.
Salah satunya adalah Abu Sayyaf yang telah berbaiat kepada ISIS. Abu Sayyaf juga kerap melakukan penyanderaan, di antaranya terhadap anak buah kapal asal Indonesia.
"Disana banyak faksi. Setidaknya ada empat faksi, ada MILF, ini tadi, ada MNLF, ada Abu Sayyaf, ada komunis. Bagaimana mempersatukan itu semua," kata JK.
Pemerintah Indonesia juga tidak tinggal diam, tapi terus membantu upaya perdamaian di Filipina.
"Kita mau bantu mereka. Sampai sekarang masih ada sepuluh tim monitoring kita di Manila. Di Mindanao, masih ada 10 orang," ujar JK.
ADVERTISEMENT