Temui JK, Tokoh Lintas Agama Myanmar Belajar Kerukunan Beragama di RI

9 September 2019 12:54 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tokoh lintas agama Myanmar temui Wakil Presiden Jusuf Kalla (kedua kiri). Foto: Dok. Setwapres
zoom-in-whitePerbesar
Tokoh lintas agama Myanmar temui Wakil Presiden Jusuf Kalla (kedua kiri). Foto: Dok. Setwapres
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sejumlah tokoh lintas agama Myanmar menemui Wakil Presiden Jusuf Kalla. Mereka yang datang antara lain Kardinal Charles Bo, Perwakilan Islam Al-Haj U Aye Lwin hingga Biksu Ven Seindita.
ADVERTISEMENT
Ketua Presidium Inter Religion Council (IRC), Din Syamsuddin, yang turut mendampingi JK, mengatakan para perwakilan tokoh agama Myanmar ini tertarik untuk memahami bagaimana Indonesia dapat menjaga kerukunan antarumat beragama.
"Hari ini delegasi dari para tokoh lintas agama Myanmar hadir di Indonesia untuk sebuah trip dalam rangka untuk memahami pengalaman Indonesia untuk membangun kerukunan antar umat beragama," kata Ketua Presidium Inter Religion Council (IRC) Din Syamsuddin yang turut hadir dalam pertemuan dengan JK di Kantor Wapres, Jakarta, Senin (9/9).
"Hadir sekitar 15 orang dari berbagai agama dan dipimpin oleh Kardinal Charles Bo, seorang tokoh Katolik. Ada 2 tokoh Buddha dan muslim, mungkin juga dari Hindu," timpalnya.
Pada kesempatan itu, perwakilan Kristen dan Katolik Myanmar, Kardinal Charles Bo mengaku ingin mengetahui bagaimana Indonesia -- yang merupakan negara dengan mayoritas penduduk beragama Islam -- dapat mengelola kerukunan antarumat beragama.
Tokoh lintas agama Myanmar temui Wakil Presiden Jusuf Kalla (kiri). Foto: Dok. Setwapres
"Kami dari Religions for Peace Leaders From All Religions. Kami mengadakan pertemuan dengan Wakil Presiden Jusuf Kalla dan kami melihat banyak pengalaman bagaimana di negara mayoritas muslim ini menjaga kesetaraan tanpa diskriminasi untuk semua agama, saling menghormati satu sama lain, sehingga kami mempelajari soal kesatuan dalam perbedaan," kata Charles.
ADVERTISEMENT
Sementara perwakilan Islam, Al-Haj U Aye Lwin, menyebut Indonesia sebagai contoh yang baik jika ingin mengetahui bagaimana antarumat beragama dapat rukun. Apalagi di Indonesia tinggal masyarakat dengan agama, suku, dan golongan yang berbeda namun bisa hidup berdampingan.
"Perbedaan selalu dianggap sebagai ancaman. Indonesia telah membuktikan bahwa perbedaan bukanlah ancaman tapi tantangan. Sehingga kita perlu belajar bagaimana mengatasi tantangan itu," kata Lwin.
Lwin juga menyebut Myanmar dan Indonesia memiliki kesamaan, yaitu agama selalu digunakan oleh kelompok tertentu demi paham radikalnya. Sehingga menurutnya penting bagi kedua negara untuk saling berbagi pengalaman.
"Karena radikalisme, ekstremisme, elemen radikal selalu membajak agama. Ini terjadi di Indonesia dan Myanmar, sehingga kita harus berbagi pengalaman masing-masing negara," jelasnya.
ADVERTISEMENT