Tentara Pemerintah Rebut Kota Strategis Libya dari Tangan Pemberontak

27 Juni 2019 12:50 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seorang anggota pasukan pemerintah Libya yang diakui secara internasional terlihat selama pertempuran dengan pasukan Timur, di Tripoli Selatan, Libya. Foto: REUTERS/Yosri al-Jamal
zoom-in-whitePerbesar
Seorang anggota pasukan pemerintah Libya yang diakui secara internasional terlihat selama pertempuran dengan pasukan Timur, di Tripoli Selatan, Libya. Foto: REUTERS/Yosri al-Jamal
ADVERTISEMENT
Pasukan pemerintah Libya merebut kota penting di sebelah selatan Tripoli, Gharyan. Kota tersebut sebelumnya dikuasai pemberontak pimpinan Khalifa Haftar.
ADVERTISEMENT
Menurut keterangan juru bicara Pemerintah Libya, Mustafa al-Mejii, pertempuran menewaskan belasan pemberontak Tentara Nasional Libya (LNA). Sementara 18 lainnya telah dijebloskan ke penjara.
Kondisi pertempuran merebut kota penting di Tripoli Selatan, Libya. Foto: REUTERS/Yosri al-Jamal
"Gharyan seluruh sudah di bawah kendali kami," sebut al-Mejii seperti dikutip dari Reuters, Kamis (27/6).
"Gharyan sangat strategis. Kota itu, selain Kota Tarhunah, merupakan wilayah pusat dukungan pasukan Haftar untuk melawan pemerintah yang sudah mendapat dukungan PBB," sambung dia.
Klaim pemerintah dibantah LNA. Mereka menyatakan Kota Gharyan masih di bawah kendalinya.
Pertempuran merebut kota penting di Tripoli Selatan, Libya. Foto: REUTERS/Yosri al-Jamal
Menurut LNA, pertempuran di kota tersebut masih berjalan. Dia mengklaim situasi sepenuhnya dikendalikan oleh milisi pro-Haftar.
Walau dibantah, seorang saksi mata kepada Reuters menyebut pasukan pemerintah berhasil merebut pusat kendali LNA dan beberapa mobil dan peralatan tempur lainnya.
ADVERTISEMENT
Kekacauan politik di Libya terjadi sejak Muammar Gaddafi dilengserkan oleh pasukan yang didukung oleh Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).
Seorang anggota pasukan pemerintah Libya yang diakui secara internasional terlihat selama pertempuran dengan pasukan Timur, di Tripoli Selatan, Libya. Foto: REUTERS/Yosri al-Jamal
Usai peristiwa itu, berbagai milisi mencoba menguasai negara kaya minyak di Afrika Utara itu. Pada 2015, PBB menyepakati Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA) sebagai pemerintah Libya yang sah.
Namun, tiga bulan terakhir situasi di Libya memanas. Loyalis Haftar yang tergabung di LNA mencoba merebut Tripoli dari GNA.