Terjangan Badai Faxai di Jepang Sebabkan 900 Ribu Rumah Mati Listrik

9 September 2019 15:23 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seorang pria kesulitan menggunakan payung saat Topan Faxai di Tokyo, Jepang, Senin (9/9). Foto: REUTERS/Issei Kato
zoom-in-whitePerbesar
Seorang pria kesulitan menggunakan payung saat Topan Faxai di Tokyo, Jepang, Senin (9/9). Foto: REUTERS/Issei Kato
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Lebih dari 900 ribu rumah di sekitar Tokyo mengalami pemadaman listrik. Kejadian itu berlangsung setelah Topan Faxai menerjang kawasan tersebut pada Senin (9/9) pagi.
ADVERTISEMENT
Kecepatan angin Topan Faxai mencapai 210 kilometer per jam. Faxai merupakan salah satu topan terkuat di Jepang dalam satu dekade terakhir.
Dampak Topan Faxai yang terjadi di Tokyo, Jepang, Senin (9/9). Foto: REUTERS/Issei Kato
Selain listrik padam, badai juga menyebabkan kekacauan transportasi di Jepang. Lebih dari 130 penerbangan dibatalkan dan jalur kereta api ditutup selama berjam-jam.
Pemerintah setempat langsung mengeluarkan perintah untuk evakuasi kepada lebih 390 ribu warga yang tinggal di Kanagawa, Shizuoka, dan Tokyo.
Gambar udara rumah yang rusak akibat Topan Faxai di Ichihara, Tokyo, Jepang, Senin (9/9). Foto: Kyodo via REUTERS
BBC melaporkan, Senin (9/9), seorang wanita berusia 50-an tewas akibat badai ini. Wanita ini pada awalnya ditemukan dalam kondisi tak sadarkan diri disebuah jalan di Setagaya City.
Rekaman CCTV menunjukkan wanita itu terjatuh ke dalam sebuah bangunan akibat terdorong angin kencang. Ia kemudian meninggal dunia di rumah sakit.
ADVERTISEMENT
BBC juga melaporkan badai menyebabkan lebih dari 30 orang luka-luka.
Papan iklan yang rusak akibat Topan Faxai di Tokyo, Jepang, Senin (9/9). Foto: REUTERS/Kiyoshi Takenaka
Badai Faxai menerjang Jepang datang ketika negara itu tengah bersiap untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia Rugby 2019.
Diperkirakan, ada sekitar 400.000 pengunjung luar negeri yang mengunjungi negara itu.
Topan Faxai saat ini sudah bergerak kembali menuju Pasifik. Akan tetapi, pemerintah setempat masih memperingatkan akan risiko banjir serta tanah longsor.