Teror Bom Surabaya: Dalang Lama, Modus Baru

18 Mei 2018 15:24 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Spanduk Bahaya Radikalisme (Foto: ANTARA/Andreas Fitri A.)
zoom-in-whitePerbesar
Spanduk Bahaya Radikalisme (Foto: ANTARA/Andreas Fitri A.)
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Teror bom bunuh diri di Surabaya mencatatkan sejarah. Terjadi di lima lokasi, dalam kurun waktu kurang dari dua hari, dan dilakukan oleh tiga keluarga: 3 ayah, 3 ibu, dan 9 anak--4 di antaranya selamat.
Modus yang tergolong baru ini ditengarai dilakukan oleh kelompok-kelompok yang berafiliasi terhadap ISIS. Di Indonesia, kelompok pro-ISIS yang paling banyak melakukan ulah adalah Jemaah Ansharut Daulah.
Sejak keberadaannya terendus di 2014, JAD paling tidak telah melancarkan delapan serangan. Mulai dari Bom Thamrin di awal tahun 2016, hingga serangan ke Mapolda Riau pada Selasa (15/5).
Seminggu Aksi Teror (Foto: Basith Subastian/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Seminggu Aksi Teror (Foto: Basith Subastian/kumparan)
Serangan JAD, kelompok yang berimam pada Aman Abdurahman--terdakwa kasus teror Bom Thamrin, relatif berskala kecil jika dibandingkan kelompok seniornya yang dulu berbaiat pada Al Qaeda, Jemaah Islamiyah.
ADVERTISEMENT
Akan tetapi, apa yang terjadi di Surabaya cukup berbeda. Meski daya ledak bomnya masih kalah jika dibandingkan bom milik Imam Samudra, namun ia memiliki strategi yang terbilang ‘canggih’ dalam menguarkan rasa takut: bom bunuh diri sekeluarga.
Lima bom bunuh diri di timur Jawa itu dipercaya telah diperhitungkan dengan lebih matang dan strategis dibanding aksi-aksi sebelumnya. Pertanyaannya kemudian adalah, siapa dalang di balik deret teror bom sepekan terakhir ini dan bagaimana ia terjadi? Seberapa besar kekuatan pengaruh ISIS di Indonesia?
Untuk menjawab pertanyaan “siapa?”, dua nama telah muncul ke permukaan: Aman Abdurahman, terdakwa kasus Bom Thamrin yang tengah meringkuk di ruang isolasi Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok; dan Cholid Abu Bakar, teroris senior dan eks deportan yang kini raib entah ke mana.
ADVERTISEMENT
Seribu tanya selanjutnya akan dijawab oleh Ridwan Habib, Koordinator Eksekutif Indonesia Intelligence Institute; Adhe Bhakti, Direktur Eksekutif PAKAR; dan Navhat Nuraniyah, peneliti IPAC.
Berikut petikan obrolan singkat kami melalui sambungan telepon dengan Ridwan Habib dan Adhe Bhakti pada Kamis (17/5). Sementara obrolan bersama Navhat dilakukan dalam dua pertemuan secara terpisah.
Siapa Cholid Abu Bakar yang disebut sebagai dalang Teror Surabaya?
Ridwan: Dia dulu simpatisan JI (Jemaah Islamiyah), lalu beberapa tahun terakhir mengeras, menjadi pro-ISIS. Tidak semua eks-JI sekarang pro-ISIS. Banyak juga yang tidak setuju dengan ISIS.
Tapi Cholid ini pro-ISIS. Dia berangkat ke Suriah dan berhasil masuk ke sana selama 1,5 tahun. Sepulang dari sana, dia terus mengembangkan dakwah versi dia, termasuk menjadi mentornya kelompok Dita (pelaku bom bunuh diri) di Surabaya.
ADVERTISEMENT
Dia itu pemimpin spiritual/ideolog, tidak bekerja dengan siapa-siapa. Komunikasinya dengan jejaring-jejaring yang lama masih berjalan. Di dalam ISIS kan banyak faksi. Cholid ini bisa lintas faksi.
Jadi tidak eksklusif, dan itulah kehebatan dia. Dia bagian dari DPO terpenting yang akan mengungkap siapa saja yang terlibat (dalam teror bom Surabaya) selain kelompok Dita itu.
Ilustrasi dalang teror. (Foto: AFP/JEWEL SAMAD)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi dalang teror. (Foto: AFP/JEWEL SAMAD)
Adhe: dari penelusuran kami ke dokumentasi kunjungan ke penjara Abu Bakar Ba'asyir, Lapas Kembangkuning Nusakambangan, Januari 2016, nama Cholid memang muncul. Tapi tidak ada dalam dokumentasi struktur JAD.
Cholid Abu Bakar salah satu orang yang pernah mengunjungi Aman Abdurrahman. Nah yang menarik, ternyata dia mengunjungi Aman bersama beberapa orang yang disebut polisi sebagai pelaku serangan di Surabaya. Di antaranya yang telah disergap oleh polisi.
ADVERTISEMENT
Cholid Abu Bakar bersama Dita, Budi, Tri, dan Anton mengunjungi Abu Bakar Ba’asyir pada Januari 2016. Sedangkan Dita, Tri, dan Anton (tanpa Budi dan Abu Bakar) juga pernah membesuk Rois dan Aman Abdurahman, masih di Januari 2016.
Keluarga Dita Oepriarto ialah bomber tiga gereja. Keluarga Tri Murtiono meledakkan bom di pintu masuk Mapolrestabes Surabaya. Sementara keluarga Anton Ferdiantono tewas dalam ledakan bom di kediamannya, Rusun Wonocolo Sidoarjo. Bom meledak saat sedang dirakit.
Ledakan bom di Surabaya. (Foto: AFP/JUNI KRISWANTO )
zoom-in-whitePerbesar
Ledakan bom di Surabaya. (Foto: AFP/JUNI KRISWANTO )
Jadi dia (Cholid Abu Bakar) semacam orang yang dituakan, menjadi tempat bertanya, baik organisasi maupun ideologi atau agama. Cholid Abu Bakar, kalau perannya sebagai ideolog, maka namanya tidak akan muncul, tidak akan pernah ditempatkan dalam struktur organisasi.
ADVERTISEMENT
Dalam catatan, kami tak menemukan relasinya (Cholid) dengan JAD Surabaya, tapi ada hubungan dengan JAD Sidoarjo, pimpinannya Budi--yang tewas dalam penyergapan polisi (di rumahnya di Sidoarjo). Kami menemukan relasinya dengan JAD Sidoarjo, karena dia pernah mengunjungi Aman Abdurrahman ke penjara bersama pimpinan JAD Sidoarjo, Budi.
Budi Satrio disebut Kapolri Tito Karnavian sebagai tokoh nomor dua di JAD Surabaya setelah Dita (pemimpin JAD Surabaya). Ia disebut sebagai penampung dana yang digunakan oleh JAD Jawa Timur.
Dalang Teror (Foto: AFP/Juni Kriswanto)
zoom-in-whitePerbesar
Dalang Teror (Foto: AFP/Juni Kriswanto)
Bagaimana keterlibatan Aman Abdurahman?
Ridwan: Kalau dirunut, jejaringnya simpulnya tetap di Aman. Struktur JAD ini fluid, sangat cair. Jadi mereka bisa berbaiat, mengangkat pimpinan/amir di masing-masing wilayah, bahkan bisa tanpa sepengetahuan Aman.
Selama sama-sama pro-ISIS, menaati tata tertib yang disepakati bersama, mereka bisa berkumpul lalu membaiat diri, lalu bilang ‘Kami cabangnya Aman.’ Jadi ini seperti franchise.
ADVERTISEMENT
Adhe: Kalau bicara JAD, secara organisasi/markas, pengurus besarnya atau apapun, itu ideolognya adalah Aman Abdurrahman. Dan nama ideolog tidak akan pernah muncul di struktur JAD. Dalam persidangan-persidangan Aman kan menunjukkan, dia “hanya” orang yang didengarkan kata-katanya oleh jemaah secara umum.
Aman dan beberapa ideolog lain hanya sebagai penggerak, nge-drive orang-orang itu dengan segala justifikasinya. Perannya menggerakkan, mendorong orang lain.
Ulama radikal, Aman Abdurrahman jalani persidangan (Foto: AFP PHOTO / Bay Ismoyo)
zoom-in-whitePerbesar
Ulama radikal, Aman Abdurrahman jalani persidangan (Foto: AFP PHOTO / Bay Ismoyo)
Navhat: Aman itu memang inspirasi, ngasih justifikasi. Gini loh, orang-orang mereka kan enggak akan nyerang kalau enggak ada dalil syar'inya kan. Misalnya Aman bilang kamu enggak boleh nyerang ini, ini haram, mereka enggak akan (nyerang). Itukan berarti terlibat langsung enggak?
Bom bunuh diri sekeluarga, pola serangan baru?
Adhe: Ada nilai-nilai yang diserap anggota JAD dari ISIS pusat/Suriah. Jadi nilai-nilai ISIS pusat diserap oleh ISIS-ISIS di Indonesia untuk diimplementasikan.
ADVERTISEMENT
“Jika pintu-pintu hijrah tertutup untuk kalian, maka beramaliahlah di negara masing-masing.” Fatwa itu dijawab dengan berbagai serangan di negara-negara lain yang dilakukan oleh kelompok pro-ISIS.
Ada lagi seruan, “Jika tidak memiliki senjata, bom, maka gunakanlah pisau ibumu.” Nah, itu kan nilai-nilai yang kontroversial di kalangan kelompok-kelompok jihad karena sebagai perbandingan, kelompok JI yang berafiliasi dengan Al Qaeda, selalu senjata dan bom, tidak pernah tradisional seperti pisau. Karena mereka memiliki target yang jelas, ingin menguasai/menghancurkan wilayah.
Tapi kalau ISIS tidak. Dia hanya mengirimkan pesan, sehingga akhirnya serangan mereka kecil dari sisi kualitas. Serangan mereka sebetulnya tidak sedahsyat Bom Bali, tapi yang mereka kejar adalah pesan.
Lalu penggunaan perempuan, anak-anak, dan sekarang keluarga. Tidak lepas dari nilai-nilai yang diserap ISIS pusat sebagai dasar “gerakan” mereka. Karena ISIS pusat mengatakan “Gunakan apapun yang kalian bisa.” Mereka hanya mengirim pesan.
ADVERTISEMENT
Navhat: ISIS itu baru mengeluarkan maklumat instruksi bahwa perempuan wajib berjihad secara fisik itu Oktober 2017. Dian mau ngebom kapan? Akhir 2016. Nah itu sebenarnya itukan satu langkah lebih maju.
Dian Yulia Novi berencana melakukan bom bunuh diri di Istana Negara ketika sedang hamil tua, namun gagal. Ia ditangkap pada Desember 2016, dan kini tengah menjalani masa hukuman 7 tahun penjara.
Kenapa? jawaban yang paling simpel adalah karena susah cari orang yang mau (melakukan bom bunuh diri) kalau di Indonesia. Kalau kata ibu-ibu yang di kelompok radikal sendiri, mereka mengkritik, “Yang bapak-bapak, ikhwan-ikhwan ini sibuk jihad kelamin semua, nambah istri lagi-nambah istri lagi.”
Putri Munawaroh, terpidana kasus terorisme, dibui. (Foto: AFP/ADEK BERRY )
zoom-in-whitePerbesar
Putri Munawaroh, terpidana kasus terorisme, dibui. (Foto: AFP/ADEK BERRY )
Motivasi perempuan melakukan bom bunuh diri itu ada 4R.
ADVERTISEMENT
1. Rape. Karena takut diperkosa. Misalnya kayak di Boko Haram, itu kan mereka menculik 200 perempuan atau berapa. Jadi dipaksa. Itu koersif, itu belum pernah terjadi di Indonesia.
2. Revenge. Karena dia mau balas dendam. Ini menurut saya umum ya. Di sini kenapa ISIS nyerang polisi kan karena itu dianggap lebih justified.
3. Respect. Jadi mereka cari penghormatan dari masyarakat, agar merasa dihargai. Ini mungkin bentuk “emansipasi” yang menurut mereka, itu apa yang mereka mau. Ini kan susah kita berhadapan dengan orang yang bukan merasa dikorbankan, tapi justru itu cara mereka meraih emansipasi itu ya dengan mengorbankan diri mereka sendiri.
4. Redemption. Karena mau tobat.
Itu beberapa motivasi. Kalau di Indonesia, saya temukan ada motivasi R yang lain, yaitu Role Model.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, di JI kan nggak pernah ada perempuan disuruh aksi. Kalau JI itu kata mereka kan pandangannya lebih strategis. ‘Perempuan ini jangan disuruh kayak gitu. Kita mikirnya jangka panjang, perjuangan kita kan bukan satu dua tahun tapi untuk beberapa dekade ke depan.’ Jadi perempuan untuk regenerasi. Anak juga mereka jaga.
Kalau ISIS ini logikanya sudah jelas sama sekali berbeda. Tapi bukan nggak masuk akal juga. Karena mereka punya logika berpikir sendiri. Inilah di mana kultur ‘Jihad Sekeluarga’ itu bermula. Karena janjinya itu bukan perang, bukan latihan. Tapi hidup di bawah naungan khilafah. Beda, kayak orang imgrasi dari negara konflik negara miskin ke negara maju gitulah, pasti dia pengen bawa keluarganya semuanya, pengen semua ‘bahagia’.
ADVERTISEMENT
Nah makanya kalau kita melihat motivasi itu, kenapa melibatkan anak-anak, perempuan, harus dilihat dari dua sisi. Kenapa perempuan? keuntungan taktis. Karena perempuan dianggap tidak berbahaya, perempuan dianggap tidak punya tendensi kekerasan. Jadi apalagi kalau dia bawa anak itu kan, pihak security pasti itu (dia) ditolong, dicepetin proses checking-nya. Jadi ada itu tactical advantage-nya.
Kedua itu pasti ada shocking effect. Pasti perhatian media jauh lebih besar kalau ini sesuatu hal yang beda, ada sesuatu yang berbeda dari karakternya. Yang ketiga itu efeknya, karena susah nyari laki-laki yang mau. Jadi kayak bilang, “Ini lho perempuan aja bisa, kamu nggak malu apa?”
Evolusi Kelompok Teror di Indonesia (Foto: Putri Sarah A./kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Evolusi Kelompok Teror di Indonesia (Foto: Putri Sarah A./kumparan)
Seperti apa karakteristik utama JAD dibanding kelompok lain?
ADVERTISEMENT
Ridwan: Agresif menyerang polisi, persenjataan dan bom sederhana, pola serangan cepat dan tidak butuh rencana lama. Tapi yang di Surabaya karakternya cukup berbeda, karena terencana sekali--simultan tiga sasaran, disusul serangan lanjutan di Polrestabes. Bahan-bahannya bomnya juga di luar karakteristik JAD. Biasanya tidak semasif dan sebesar itu.
Hipotesis sementara saya, JAD dibantu oleh faksi-faksi lain yang cukup kuat, yaitu Faksi eks-JI yang pro-ISIS.
Adhe: JAD bukan satu-satunya kelompok yang mendukung ISIS. Ada lagi Mujahidin Indonesia Timur pimpinan Santoso, lalu ada lagi Khatibah Nusantara yang pemimpinnya Bahrumsyah di Suriah. Ada lagi faksi lain yang belum menamakan dirinya apapun, tapi punya pimpinan di Suriah namanya Bahrun Naim (Faksi Bahrun Naim).
Untuk di Jawa Timur ada lagi irisan lain. Bahkan banyak returnee--pernah pergi ke Suriah, lalu kembali ke Surabaya/Malang--faksi yang berafiliasi dengan Abu Jandal yang pernah mengancam melawan Banser TNI. Itu faksi-faksi lain yang pro-ISIS. Mereka tidak bergabung dan berkonsolidasi dengan JAD.
ADVERTISEMENT
Pendukung ISIS di Indonesia terfragmentasi. Kalau bicara karakteristiknya, masing-masing berbeda. JAD memiliki struktur yang lebih mapan, ada amir pusat, amir-amir wilayah. Amir Sidoarjo, Amir Tuban, Amir Madura. Di antara kelompok pendukung ISIS, JAD adalah kelompok yang betul-betul terorganisir.
Pada 2015 aja, JAD ada di 16 provinsi--pendukung ISIS sampai Papua Barat. Paling banyak di Jawa dan Sumatera. Di Jawa Timur saja paling sekit tiga faksi--Abu Jandal, MIT, JAD. Jawa Barat banyak lagi faksi lain. Jawa Tengah Solo ada faksi sendiri.
Saat ini sel-sel pro ISIS di Indonesia sedang aktif, melakukan serangan.
------------------------
Ikuti rangkaian ulasan mendalam soal Dalang Teror di Liputan Khusus kumparan.