news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Teror Christchurch, Pembunuhan Massal Pertama Selandia Baru Sejak 1990

15 Maret 2019 17:44 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Polisi berjaga-jaga di dekat masjid Masjid al Noor usai insiden penembakan di Christchurch, Selandia Baru. Foto: AFP/Tessa BURROWS
zoom-in-whitePerbesar
Polisi berjaga-jaga di dekat masjid Masjid al Noor usai insiden penembakan di Christchurch, Selandia Baru. Foto: AFP/Tessa BURROWS
ADVERTISEMENT
Banyak yang tidak mengira penembakan terjadi di Selandia Baru, salah satu negara bergelar "tempat teraman di dunia". Bahkan, penembakan di masjid kota Christchurch itu adalah pembunuhan massal pertama di Selandia Baru sejak 29 tahun lalu.
ADVERTISEMENT
"Ini adalah tempat yang paling indah, damai di bumi, dan akan terus seperti itu," kata seorang pria Palestina, salah satu jemaah masjid korban penembakan massal kepada AFP, Jumat (15/3).
Sedikitnya 49 jemaah masjid meninggal dunia dalam penembakan oleh pria Australia itu. Teroris ini juga melukai lebih dari 40 lainnya.
Menurut Global Peace Index 2018 Selandia Baru merupakan negara paling aman kedua di dunia, setelah Islandia. Sedangkan Indonesia ada di peringkat ke-55 dalam indeks itu.
Polisi sedang mengawal orang-orang ke luar masjid di Christchurch, Selandia Baru. Foto: AP Photo/Mark Baker
Tingkat kriminalitas di negara itu juga relatif rendah. Sejak 2018, angka pembunuhan per 1 juta populasinya tidak pernah melebihi 10. Pada 2018, tingkat pembunuhannya menjadi paling rendah dalam 40 tahun.
Pembunuhan massal terakhir di Selandia Baru terjadi pada 1990 silam di kota Aramoana. Dikutip situs New Zealand History, ketika itu pria bernama David Gray, 33 tahun, menembak mati tetangganya setelah cekcok.
ADVERTISEMENT
Gray juga menembak putri korban di rumahnya. Entah kerasukan setan apa, Gray yang kalap lantas menembaki orang-orang di kota kecil itu dengan senapan semi-otomatis.
Polisi mengawal pria dari sebuah masjid di Christchurch, Selandia Baru Foto: AP Photo/Mark Baker
Salah satu korban tewas adalah sersan polisi Stewart Guthrie yang datang ke lokasi atas laporan warga. Pelaku berhasil ditangkap dan dilumpuhkan keesokan harinya setelah baku tembak dengan polisi.
Peristiwa ini memicu perdebatan soal kepemilikan senjata api gaya militer di Selandia Baru. Akhirnya pada 1992, parlemen Selandia Baru mengamandemen regulasi kepemilikan senjata tersebut.
Kisah pembantaian Aramoana menginspirasi film dengan judul Out of the Blue.