Tersinggung Wawancara Dubes Belanda, Hongaria Tarik Pulang Dubesnya

26 Agustus 2017 21:34 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dubes Belanda untuk Hongaria Gajus Scheltema (Foto: Dok. Hungaria National University of Public Service)
zoom-in-whitePerbesar
Dubes Belanda untuk Hongaria Gajus Scheltema (Foto: Dok. Hungaria National University of Public Service)
ADVERTISEMENT
Pemerintah Hongaria melalui Kementerian Luar Negerinya menarik pulang segera Dubesnya di Den Haag untuk konsultasi. Ini menandai pemutusan hubungan diplomatik pada tingkat Duta Besar untuk periode tak terbatas, demikian Menlu Szijjarto.
ADVERTISEMENT
Keputusan itu diumumkan Menlu Hongaria Peter Szijjarto dengan menggelar konferensi pers luar biasa, Jumat kemarin, demikian dipantau kumparan Den Haag (kumparan.com) dari Budapest Business Journal, Sabtu (26/8) siang ini.
Langkah tegas itu diambil setelah Duta Besar Belanda untuk Hongaria Gajus Scheltema dalam wawancara majalah mingguan setempat 168 Ora menyampaikan kritik keras terhadap pemerintah Hongaria.
Menlu Szijjarto mengatakan bahwa langkahnya tersebut menandai suatu pemutusan hubungan diplomatik dengan Belanda pada tingkat Duta Besar untuk periode tak terbatas, meskipun kontak tetap dipertahankan pada tingkat Chargé dʼAffaires (kuasa usaha, red).
"Ini merupakan salah satu langkah paling radikal dalam diplomasi," imbuh Menlu Szijjarto.
Dalam sebuah wawancara dengan majalah mingguan 168 Ora, yang terbit pada Kamis, Duta Besar Belanda yang akan mengakhiri tugas di Budapest setelah empat tahun dan menuju masa pensiun, terkesan menyamakan sikap pemerintah Hongaria dengan teroris.
ADVERTISEMENT
"Di sini ada kelompok yang anggotanya para pecundang globalisasi dan untuk alasan ini mereka telah berbalik menuju ekstremisme dan fanatik keagamaan karena hal itu memberi mereka rasa aman. Mereka membuat musuh-musuh dengan prinsip yang sama seperti pemerintah Hongaria," ujar Scheltema.
Dalam wawancara itu Scheltema juga menjabarkan cara pandang pemerintah Hongaria sebagai 'Marxis klasik' dan memunculkan kesan bahwa segala sesuatu di Hongaria serba hitam putih.
"Di sini hanya dimungkinkan posisi pro atau kontra: Anda teman kami atau musuh kami... Semua orang terus-menerus mencari musuh [...]" ... Jika seseorang tidak setuju dengan penguasa, dia segera dipandang sebagai musuh," demikian Scheltema.
Scheltema juga menyinggung mengenai masalah George Soros, investor dan filantropis Amerika kelahiran Hongaria, di mana pemerintah Hongaria dalam beberapa bulan terakhir ini telah mengerahkan sumber daya sangat besar untuk menjadikannya musuh bersama nomor wahid.
ADVERTISEMENT
"George Soros boleh dikecam untuk banyak hal, dan itu cukup dengan mengingat transaksi-transaksi spekulatifnya," Scheltema memulai.
"Pada saat sama, dia layak dihargai atas sejumlah besar dana yang telah diinvestasikannya untuk demokrasi dan pembangunan masyarakat madani. Untuk alasan ini, serangan-serangan pemerintah Hongaria yang luar biasa intens dan agresif terhadap dia adalah, untuk menyebutnya secara halus, aneh di mata setiap orang asing," imbuh Scheltema.
Scheltema juga mengkritisi sikap pemerintah Hongaria terhadap pengungsi dan migran.
"Pertama-tama, harus dibedakan antara pengungsi dan migran ekonomi. Tapi di sini pemerintah memperlakukan semua orang sebagai migran dan tak seorang pun sebagai pengungsi," kritik Scheltema.
Menlu Hongaria Peter Szijjarto (Foto: gazprom.com)
zoom-in-whitePerbesar
Menlu Hongaria Peter Szijjarto (Foto: gazprom.com)
Scheltema juga menyerang poster kontroversial pemerintah Hongaria awal tahun ini berisi kampanye anti Uni Eropa 'Mari Hentikan Brussel!', yang memicu kritik keras dari negara-negara Uni Eropa lainnya.
ADVERTISEMENT
"Tidak ada hal seperti itu dari negara tertentu yang hanya mau memanfaatkan uang dari Uni Eropa, tetapi tak bersedia untuk memberi kontribusi dan membantu dalam tantangan-tantangan yang kami hadapi," katanya.
"Untuk Dubes Prancis dan Dubes-dubes UE lainnya, poster 'Mari Hentikan Brussel!' itu aneh karena menyerang sebuah organisasi yang dibentuk tepatnya untuk membantu negara Anda. [...] semua ini adalah propaganda murahan. Dan banyak orang Hongaria tahu itu," cetus Scheltema.
Pada mulanya, Kamis saat majalah itu terbit, reaksi awal Menlu Szijjarto atas wawancara itu hanya mengatakan "Kita berharap dia pulang (kembali ke negaranya) secepatnya," dan bahwa Dubes Scheltema tidak lagi welcome (tak dikehendaki, red) di kementeriannya.
Namun sehari kemudian Menlu Szijjarto menyampaikan pernyataan lebih keras bahwa Dubes Scheltema telah membuat pernyataan yang menunjukkan penghinaan atas sopan santun diplomatik, serta 'menyinggung martabat dan kedaulatan Hongaria', Jumat (25/8).
ADVERTISEMENT
Szijjarto mengumumkan bahwa, selain menarik pulang Dubes Hongaria di Den Haag, dia juga telah mengarahkan Kuasa Usaha agar secara pribadi menolak 'pernyataan fitnah dan tidak berdasar' itu ke Kementerian Luar Negeri Belanda dan meminta penjelasan pada Senin (28/8) lusa.
Menlu Szijjarto berpendapat bahwa wawancara Dubes Scheltema adalah publik, dan dengan demikian membutuhkan penjelasan publik pula.
Menurut Szijjarto, tindakan menggambarkan secara paralel antara pemerintah Hongaria dengan teroris adalah "suatu tuduhan yang tak seorang pun melakukannya bahkan selama debat kasar pada 2015 sekali pun, dan itu suatu penghinaan besar".
Szijjarto melanjutkan bahwa Hongaria bukan sansak tinju. Dia merujuk pada sejarah bahwa kebijakan penindasan mungkin telah biasa di masa lalu di Hongaria, tapi sekarang tidak lagi.
ADVERTISEMENT
"Jika Belanda ingin melanjutkan hubungan bilateral dengan cara seperti ini, maka kita akan melanjutkan dengan cara ini juga," tegas Szijjarto.
Menlu Szijjarto juga memperingatkan bahwa jika Belanda tidak menyampaikan permintaan maaf, maka pemerintah Hongaria akan mengambil langkah-langkah politik dan diplomatik lebih lanjut.
Laporan reporter kumparan Den Haag, Eddi Santosa