news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Terus Meningkat, 9,6 Juta Orang Meninggal Karena Kanker

13 September 2018 16:17 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi kanker (Foto: THINKSTOCK)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kanker (Foto: THINKSTOCK)
ADVERTISEMENT
Jumlah penderita dan meninggal karena kanker meningkat tajam dalam enam tahun terakhir. Data tersebut dikeluarkan oleh WHO.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan data badan kesehatan dunia itu pada 2018 ini sekitar 9,6 juta orang meninggal dunia karena kanker. Enam tahun lalu angka kematian karena kanker baru 8,2 juta orang (2012).
“Kanker merupakan penyebab utama kematian kedua secara global, dan sekitar 1 dari 6 kematian disebabkan oleh kanker,” demikian WHO dalam laman resminya dikutip kumparan Den Haag, Kamis (13/9).
Menurut WHO, kanker yang paling umum adalah:
Kanker paru-paru (2,09 juta kasus), kanker payudara (2,09 juta kasus), kanker usus besar (1,80 juta kasus), kanker prostat (1,28 juta kasus), kanker kulit, non-melanoma (1,04 juta kasus) dan kanker perut (1,03 juta kasus)
Penyebab paling umum kematian akibat kanker adalah:
Kanker paru-paru (1,76 juta kematian), kanker usus besar (862.000 kematian), kanker perut (783.000 kematian), kanker hati (782 000 kematian), dan kanker payudara (627.000 kematian).
ADVERTISEMENT
Sekitar 70% kematian akibat kanker terjadi di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.
Sedangkan 1/3 kematian akibat kanker terutama disebabkan oleh risiko 5 perilaku dan diet: indeks massa tubuh (BMI) tinggi, asupan buah dan sayuran yang rendah, kurang aktivitas fisik, konsumsi tembakau dan alkohol.
Konsumsi tembakau, termasuk rokok dan tembakau tak berasap adalah faktor risiko paling utama untuk kanker dan bertanggung jawab atas sekitar 22% kematian akibat kanker.
Sementara itu kanker yang menyebabkan infeksi, seperti hepatitis dan human papilloma virus (HPV), bertanggung jawab atas 25% kasus kanker di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.
Presentasi stadium akhir dan diagnosis serta pengobatan yang tak terjangkau merupakan hal yang umum. Hanya 26% saja negara-negara berpenghasilan rendah yang melaporkan memiliki layanan patologi dan umumnya tersedia di sektor publik (2017).
ADVERTISEMENT
Sebaliknya lebih dari 90% negara-negara berpenghasilan tinggi melaporkan tersedia layanan perawatan dibandingkan dengan kurang dari 30% negara-negara berpenghasilan rendah.
Dampak ekonomi kanker sangat signifikan dan terus meningkat. Total biaya ekonomi tahunan karena kanker pada tahun 2010 diperkirakan sekitar US $ 1,16 triliun atau sekitar Rp 17.284 triliun.
“Hanya 1 dari 5 negara berpenghasilan rendah dan menengah memiliki data yang diperlukan untuk mendorong kebijakan kanker,” demikian pernyataan dari WHO.