TGB Minta Tidak Gunakan Sentimen Agama dalam Politik

27 Juli 2018 11:48 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gubernur NTB TGH Muhammad Zainul Majdi atau Tuan Guru Bajang, saat mengunjungi kantor kumparan, Jakarta. (Foto: Abil Achmad Akbar/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Gubernur NTB TGH Muhammad Zainul Majdi atau Tuan Guru Bajang, saat mengunjungi kantor kumparan, Jakarta. (Foto: Abil Achmad Akbar/kumparan)
ADVERTISEMENT
Organisasi Internasional Alumni Al-Azhar Mesir (OIAA) Cabang Indonesia menggelar Konferensi Ulama Internasional bertema “Moderasi Islam dalam Perspektif Ahlussunah wal Jama’ah” di Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB).
ADVERTISEMENT
Acara yang digelar pada 26-29 Juli 2018 itu dihadiri oleh ratusan alumni Universitas Al-Azhar Mesir dari 21 negara. Mantan Rektor Universitas Al-Azhar Mesir, Prof Dr Ibrahim Hud Hud, juga hadir dan didapuk sebagai pembicara.
Dalam kesempatan itu, Ketum OIAA Cabang Indonesia, Tuan Guru Bajang (TGB) Zainul Majdi, meminta alumni Universitas Al-Azhar tak membiarkan sekelompok orang yang mengatasnamakan Islam membawa perpecahan di masyarakat.
“Kita sebagai alumni Al-Azhar, jangan kita biarkan teriakan destruktif yang memecah-belah kekompakan umat, berteriak mengatasnamakan Islam,” katanya di Islamic Centre, Kota Mataram, NTB, Jumat (27/7).
Ia memandang ketika sentimen agama digunakan untuk hal-hal destruktif, terlebih memobilisasi umat untuk sesuatu yang tidak baik, maka ujungnya adalah kehancuran. Hal itu bisa dilihat dan telah terjadi di Suriah dan Irak.
ADVERTISEMENT
“Di antara tamu kami adalah tokoh ulama di Suriah dan Imam Besar Masjid Syaikh Abdul Qodir Jailani, mereka saksi hidup itu semua. Nanti mereka akan menyampaikan di forum ini,” ucapnya.
Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) TGH Zainul Majdi atau Tuan Guru Bajang (TGB) di pembukaan Konferensi Ulama Internasional. (Foto: Resya Firmansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) TGH Zainul Majdi atau Tuan Guru Bajang (TGB) di pembukaan Konferensi Ulama Internasional. (Foto: Resya Firmansyah/kumparan)
Dengan demikian, sentimen agama sebaiknya tidak digunakan dalam politik, termasuk pilpres yang akan tidak lama lagi digelar di Indonesia. TGB berharap, antar kubu pendukung salah satu capres tidak saling menghujat satu sama lain.
TGB bercerita, ketika ia menyampaikan pesan bahwa politik semestinya tak mengutip ayat perang dalam Al-Quran, banyak pihak yang menentang. Dia meminta alumni Al-Azhar berani menyampaikan kebenaran bagaimana pun kondisinya.
“Kita semua harus bersuara, walaupun ada risikonya. Situasi seperti sekarang banyak bully. Tapi kalau tidak menyuarakan, jangan-jangan kita sampai di suatu keadaan yang kita menyuarakan itu tidak ada artinya,” katanya.
ADVERTISEMENT
Meski begitu, bukan berarti politik harus dipisahkan dari agama. TGB memandang nilai agama harus ada dalam politik, misalnya seperti nilai kemanusiaan, nilai keadilan, hingga nilai kesetaraan.
“Islam itu rahmatan lil alamin, menyebarkan nilai kasih sayang. Perbedaan itu sunatullah, bukan alasan untuk membenci,” pungkasnya.