Tim Jokowi Nilai Gaya Pidato Kebangsaan Prabowo Mirip Donald Trump

15 Januari 2019 9:10 WIB
comment
6
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ace Hasan, politisi Golkar (Foto: Rafyq Panjaitan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ace Hasan, politisi Golkar (Foto: Rafyq Panjaitan/kumparan)
ADVERTISEMENT
Juru Bicara Tim Kampanye Nasional Joko Widodo-Ma'ruf Amin, Ace Hasan Syadzily menanggapi isi dari pidato kebangsaan 'Indonesia Menang' yang disampaikan oleh capres nomor urut 02, Prabowo Subianto. Menurut Ace, pidato Prabowo tidak ada yang baru dan hanya mengulang.
ADVERTISEMENT
Menurut Ace, narasi yang disampaikan Prabowo dalam pidatonya sangat identik dengan gaya berpidato Presiden Amerika Serikat Donald Trump saat berkampanye.
"Prabowo tetap mengandalkan strategi 'our brand is crisis'. Dengan menilai situasi negara saat ini di tengah krisis. Semua dilihat buruk, sengsara, tertinggal, terbelakang dan tergantung. Dengan cara itu, Prabowo ingin tampil sebagai penyelamat," kata Ace dalam keterangan tertulisnya, Selasa (15/1).
"Penggambaran situasi seperti itu mengingatkan kita pada pidato Donald Trump. Prabowo terlihat berupaya menjiplak Donald Trump dalam pemilu AS dengan mengaduk-aduk sentimen dan emosi, dengan mengangkat contoh-contoh dramatis tapi tidak disertai data dan fakta yang akurat," imbuh Ace.
Ace melanjutkan, tawaran program dan aksi yang akan dilakukan Prabowo tidak ada yang genuine. Justru menurut Ace, sebagian besar yang dijanjikan Prabowo itu sudah dikerjakan oleh Jokowi. Bahkan, menurut Ace, lima fokus dan agenda aksi Prabowo banyak yang menjiplak program Jokowi.
ADVERTISEMENT
"Semua yang disampaikan mulai stabilisasi harga, pembukaan lapangan kerja, penurunan angka kemiskinan dan ketimpangan, penguatan BUMN sebagai agen pembangunan, menjaga iklim usaha, infrastruktur yang bermanfaat, kepastian hukum pada ojek online, pembenahan tata kelola BPJS, revitalisasi industri, semua sudah dikerjakan oleh Pak Jokowi. Jadi tidak ada yang baru," tegas politikus Golkar ini.
"Jadi jelas prabowo hanya bermain retorika. Di balik retorika, semua menunggu apa yang membedakan program Prabowo dengan apa yang sudah dikerjakan Jokowi. Prabowo juga tidak menyampaikan bagaimana caranya. Jadi, dua jam Prabowo berpidato justru hanya mempromosikan apa yang sudah dilakukan oleh Jokowi," imbuh Wakil Ketua Komisi VIII DPR itu.
Prabowo Subianto (kiri) dan Sandiaga Uno (kanan) saat berada di JCC dalam acara pidato kebangsaan Prabowo, Senayan, Jakarta, pada Senin (14/1). (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan )
zoom-in-whitePerbesar
Prabowo Subianto (kiri) dan Sandiaga Uno (kanan) saat berada di JCC dalam acara pidato kebangsaan Prabowo, Senayan, Jakarta, pada Senin (14/1). (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan )
Di sisi lain, menurut Ace, pidato tersebut juga menegaskan paradoksnya seorang Prabowo. Dia mengatakan, teriakan Prabowo menuduh terjadinya persekusi tapi justru membiarkan kelompok pendukungnya sering melakukan persekusi. Kemudian, Prabowo berteriak minta pendukungnya agar tidak meghujat dan mencemooh, tapi justru membiarkan setiap hari hoaks dan melontarkan fitnah ke Jokowi.
ADVERTISEMENT
"Berteriak soal Bhinneka Tunggal Ika tapi membiarkan setiap hari pendukungnya menebar kebencian pada Jokowi dan kelompok yang berbeda. Malam ini pidato itu justru menampilkan paradoks Prabowo," ucap Ace.
Ace menambahkan, dalam pidatonya Prabowo juga seperti menuduh TNI, Polri, dan intelijen tidak netral. Menurut Ace, tuduhan ini bisa menjadi persoalan yang serius dan berbahaya. Setelah timsesnya menyerang legitimasi dan independensi KPU, menurut Ace, pidato Prabowo menyerang netralitas dan profesionalisme TNI dan POLRI.
"Apakah ini semakin memperkuat indikasi bahwa Prabowo sedang ingin mendelegitimasi pemilu sebagai cara merespon kekalahan? Dengan mengangkat kecurangan dan ketidaknetralan KPU dan aparat keamanan. Hal ini jelas manuver yang berbahaya bagi jalannya proses demokrasi di negara kita," tutupnya.
ADVERTISEMENT