Tinggi Gunung Anak Krakatau Menyusut, Korban Tsunami Terus Bertambah

29 Desember 2018 21:31 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Foto udara letusan gunung Anak Krakatau di Selat Sunda. (Foto: Antara/Nurul Hidayat)
zoom-in-whitePerbesar
Foto udara letusan gunung Anak Krakatau di Selat Sunda. (Foto: Antara/Nurul Hidayat)
ADVERTISEMENT
PVMBG Badan Geologi Kementerian ESDM telah melakukan pengamatan terhadap tubuh Gunung Anak Krakatau setelah erupsi yang terus menerus terjadi. Berdasarkan pengamatan visual dan pengukuran tinggi, Gunung Anak Krakatau yang semula 338 meter, kini hanya mencapai 110 meter. Begitu juga dengan volume Anak Krakatau mengalami penurunan sekitar 150-180 juta meter kubik menjadi sekitar 40-70 juta meter kubik.
ADVERTISEMENT
Kepla Pusa Data Informasi BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, berkurangnya volume itu karena adanya rayapan di tubuh Anak Krakatau yang disertai erupsi selama 24 hingga 27 Desember 2018 lalu. Hingga saat ini, pengamatan masih terus dilakukan oleh PVMBG.
"Status Gunung Anak Krakatau tetap di siaga level III. Selain itu, upaya penanganan darurat masih terus dilakukan oleh SAR gabungan untuk mencari korban yang masih tertimpa puing bangunan dan menyisir sekitar pantai yang terdampak," kata Sutopo dalam keterangannya, Sabtu (29/12).
Hingga H+7 tercatat korban tewas akibat tsunami Selat Sunda di lima Kabupaten yakni Pandeglang Selatan, Lampung Selatan, Pesawaran, Serang, dan Tanggamus mencapai 431 orang, untuk korban luka 7.200 orang, 15 orang hilang dan sebanyak 46.646 orang mengungsi. Sementara untuk kerugian material sebanyak 1.527 unit rumah rusak berat, 70 unit rumah rusak sedang dan 181 unit rumah rusak ringan.
Kondisi porak poranda di Pandeglang, tetapi masih ada bangunan yang berdiri, di antaranya masjid. (Foto: Dok. Pribadi Ahmad Emil Mujamil)
zoom-in-whitePerbesar
Kondisi porak poranda di Pandeglang, tetapi masih ada bangunan yang berdiri, di antaranya masjid. (Foto: Dok. Pribadi Ahmad Emil Mujamil)
Sutopo menjelaskan, daerah Pandeglang menjadi yang terparah akibat bencana tsunami ini. Tercatat 292 orang tewas, 3.976 orang luka-luka, delapan orang hilang, dan 33.136 jiwa masih mengungsi. Para pengungsi masih memerlukan bantuan seperti makanan, air bersih, MCK, pakaian layak pakai, tikar, pelayanan medis dan lainnya.
ADVERTISEMENT
"Bantuan logistik terus kita kirim kepada para pengungsi, namun karena titik pengungsian yang aksesnya cukup sulit dan faktor cuaca seperti di daerah Sumur, itu menjadi kendala tersendiri. Kemudian jumlah pengungsi pada malam hari sering lebih banyak daripada siang. Sebab pada siang hari sebagian pengungsi bekerja atau kembali ke rumahnya, pada malam hari kembali ke tempat pengungsian," ucap Sutopo.
Selain itu Sutopo mengungkapkan penangananan darurat masih berlangsung. Kepala daerah telah menetapkan masa tanggap darurat di 4 Kabupaten Pandeglang dan Serang sejak 22 Desember 2018 hingga 4 Januari 2019, Lampung Selatan 23 Desember hingga 29 Desember 2018, dan Provinsi Banten 27 Desember 2018 hingga 9 Januari 2019.
Kemungkinan masa tanggap darurat di Kabupaten Lampung Selatan akan diperpanjang mengingat masih banyak korban yang perlu ditangani dan kebutuhan darurat masih diperlukan untuk kemudahan akses dalam penanganan bencana.
ADVERTISEMENT
"Untuk membantu operasional darurat, maka BNPB telah memberikan bantuan dana siap pakai Rp 500 juta kepada BPBD Pandeglang, dan Rp 250 juta kepada BPBD Lampung. Selain itu bantuan logistik juga terus dikirimkan. Pemerintah pusat dari TNI, Polri, berbagai kementerian/lembaga bersama NGO, relawan, dunia usaha terus memberikan bantuan kepada masyarakat yang daerah terdampak tsunami di Selat Sunda. Secara umum penanganan terkoordinasi dan berjalan dengan baik," pungkas Sutopo.