Tips Aman Ikut Arisan Online

13 Desember 2018 11:16 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Jebakan Arisan Online. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Jebakan Arisan Online. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
ADVERTISEMENT
Melihat maraknya penipuan arisan online, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar investasi arisan online tidak merugi. Tejasari, seorang perencana keuangan menyebut, hubungan perkenalan jadi salah satu faktor penting dalam arisan online. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir risiko kerugian saat bergabung di arisan online.
ADVERTISEMENT
"Kalau yang tertarik dengan arisan online saya sarankan memang arisan online tapi di antara lingkungan yang kita kenal. Misalnya sesama alumni mana atau sesama teman-teman di kantor," ujar Tejasari saat ditemui kumparan, Rabu (12/12).
Apabila tidak kenal dengan si pengelola arisan, disarankan untuk memilih arisan yang terbukti memiliki identitas yang jelas seperti KTP, KK juga kantor resmi dari si pengelola arisan online.
Masyarakat juga diimbau agar tidak mudah tergiur dengan iming-iming keuntungan besar. Karena keuntungan yang besar diikuti dengan risiko yang sama besar.
Namun, apabila masih penasaran dan ingin mencoba arisan online, ada baiknya untuk menggunakan uang yang tidak darurat alias uang tak terpakai.
"Kalau ngotot pingin ikut arisan online, pakailah uang yang memang uang yang enggak kepakai lah gitu. Uang sisa, nah boleh lah dipakai. Jangan malah ada yang uang arisannya itu minjem nah itu tuh lebih bahaya lagi," jelasnya.
Jebakan arisan online. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Jebakan arisan online. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
Menurut Tejasari jumlah batas aman seseorang untuk ikut arisan online ialah 5 persen dari total uang yang dimiliki.
ADVERTISEMENT
"Pakai uang yang memang sisa atau enggak kepakai, dan presentasenya kalau bisa jangan sampai lebih dari 5 persen uang yang kita punya. Artinya 5 persen itulah yang risiko yang mampu kita tanggung kerugiannya," tutur Tejasari.
Hal yang sama juga disampaikan oleh Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Eko Listiyanto. Menurutnya ada beberapa hal yang patut dipertimbangkan kalau tak ingin terjebak dalam arisan online.
Pertama adalah dari aspek kewajaran hasil imbal balik yang ditawarkan. Berbicara soal wajar tidaknya hingga sekarang belum ada titik tolak pastinya. Mengingat, wajar membutuhkan daya sensitivitas dari masing-masing individu.
“Kalau sangat tinggi ya tidak wajar. Misal, deposito, 1 hingga 3 bulan itu 5 persen. Kalau hasil investasinya sudah 3 kali lipat dibanding bunga deposito anggaplah itu tidak masuk akal,” kata Eko saat ditemui kumparan, Rabu (12/12).
Wakil Direktur Indef, Eko Listiyanto (Foto: Nesia Qurrota A'yuni/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Wakil Direktur Indef, Eko Listiyanto (Foto: Nesia Qurrota A'yuni/kumparan)
Masyarakat dalam hal ini dituntut untuk kritis. Hasil arisan yang besar patut ditanyakan dari mana hasilnya.
ADVERTISEMENT
“Kalau terlalu jauh dengan apa yang terjadi di pasar, ya patut diduga, ujungnya skema ponzi atau investasi yang belum tentu kita dapat gilirannya,” Eko menambahkan.
Kemudian, cara kedua yang bisa dilakukan lainnya adalah mengukur legalitas arisan online tersebut. Legalitas adalah aspek yang sulit dibuktikan bila berbicara arisan online. Terlebih lagi, bisa saja pemilik menipu nasabah terkait dokumen legalitas.
Tetapi, bagaimana bila aspek legalitas sudah bisa dibuktikan?
Menurut Eko hal itu masih saja belum aman bila diteruskan. Masyarakat perlu menanyakan terkait keberlanjutan arisan online ini. Jangan sampai, arisan ini akan berhenti di tengah jalan sementara banyak pihak belum mendapat giliran.
“Jasa aplikasi tidak bisa menjelaskan dengan detail sebenarnya apa yang dilakukan terhadap uang itu itu sudah jelas (merugikan),” kata Eko.
Promo yang ditawarkan arisan owner arisan online. (Foto: Dok. Istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
Promo yang ditawarkan arisan owner arisan online. (Foto: Dok. Istimewa)
Terkait dengan putaran arisan online yang kerap menimbulkan kerugian, besar harapan kepada pemerintah untuk bertindak. Pemerintah perlu menyasar komunitas-komunitas yang selama ini menjadi sasaran empuk pelaku arisan online. Di sana, sosialisasi terkait investasi yang aman perlu masif dilakukan.
ADVERTISEMENT
Selain itu, perlu dibuka jasa-jasa konsultasi keuangan dari pemerintah untuk masyarakat untuk menghindari penipuan arisan online.
“Lembaga kita OJK bisa menjadi tempat berkonsultasi, tapi kan belum ada ruang untuk itu. Mungkin yang ada baru call center,” sebut Eko.
Dengan jasa konsultasi ini masyarakat bisa mengecek aspek legalitas, kewajaran, dan keamanan dari sebuah sistem arisan online.
“Sekarang pertanyaannya mampukah pemerintah? Saya rasa sih mampu ya. Kalau benar-benar dijalankan itu akan punya impact langsung tidak hanya literasi,” tutur Eko.
Marak Penipuan, Peminat Arisan Online Tetap Ada
Hasil riset OJK tahun 2016 menyebut hanya sekitar 29 hingga 30 persen masyarakat Indonesia yang memiliki pengetahuan tentang informasi dan pengelolaan keuangan yang baik. Dari total tersebut, tingkat pengetahuan laki-laki sedikit lebih tinggi, yaitu 32 persen. Sementara, kelompok perempuan hanya berada di angka 21 persen.
ADVERTISEMENT
Hanya dengan iming-iming imbal hasil yang tinggi, masyarakat mudah saja terjebak. Padahal, belum jelas dari mana imbal hasil tinggi itu didapatkan. Tingkat kepercayaan masyarakat Indonesia terhadap sesamanya masih tinggi. Cerita-cerita keberhasilan dalam mengikuti sebuah arisan online mendorong yang lain untuk turut terlibat. Padahal, itu semua belum pasti.
Dari penuturan Eko, supaya mendapat jumlah nasabah yang banyak biasanya nominal arisan dipecah dalam nominal-nominal kecil, semisal Rp 100.000 dan jumlah lainnya. Adapun tujuannya adalah agar para nasabah ini tidak terlalu keberatan.
Di satu sisi, biasanya para pelaku arisan online memutar uang dari nasabah baru yang belum dapat giliran ke nasabah lama. Dari perputaran ini kebutuhan untuk nasabah lama akan tertutup. Bahkan, bisa sesuai dengan apa yang diiming-imingkan sebelumnya.
Jebakan arisan online. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Jebakan arisan online. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
Sistem ini biasanya menemui masalah di tengah jalan. Menurut Eko, akan ada suatu masa pelaku akan kesulitan mendapat nasabah baru. Bila sudah begitu, pelaku biasanya akan memperluas jangkauan arisan ke daerah lain.
ADVERTISEMENT
“Ujung-ujungnya nasabah yang sudah lama dan harus merasakan hasil investasinya enggak dapat seperti yang dijanjikan, ya udah protes terus lama-lama masif,” kata Eko.
Sementara itu Ketua Satgas Waspada Investasi OJK, Tongam L Tobing, menyebut pengusutan dan pengungkapan benang merah fenomena ini menurut tergolong susah. Apalagi belajar dari kasus yang ada, pada umumnya warga melapor ketika sudah menjadi korban.
Namun demikian OJK marak melakukan sosialisasi. "Kami merespon dengan sosialisasi dengan masyarakat untuk arisan yang pengurusnya tidak diketahui alamatnya tidak diketahui bagaimana badan hukumnya jangan di ikuti," tambahnya.
Maraknya penipuan berkedok arisan online juga membuat setiap unsur masyarakat harus berhati-hati. Demi keamanan kegiatan penghimpunan dana Tongam menyarankan agar masyarakat memilih wadah yang aman dan nyaman sebagai pilihan juga berinvestasi.
ADVERTISEMENT
Tongam juga memberikan cara yang mungkin bisa dilakukan mengidentifikasi suatu arisan online ilegal yakni menghitung rasionalitas keuntungan.
“Apabila masyarakat punya uang lebih agar diinvestasikan pada hal-hal yang memang memberikan keuntungan secara wajar seperti menabung di bank lewat saham. Kita himbau juga masyarakat jika ada investasi yang memberikan keuntungan tidak wajar itu harus dihindari.” pungkasnya.
--------------------------------------------
Ikuti cerita lainnya di kumparan tentang arisan online dengan follow topik Jebakan Arisan Online.