Tjahjo Persilakan Bawaslu Usut 15 Camat di Makassar yang Dukung Jokowi

25 Februari 2019 15:24 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mendagri Tjahjo Kumolo. Foto: Nugroho Sejati/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Mendagri Tjahjo Kumolo. Foto: Nugroho Sejati/kumparan
ADVERTISEMENT
Menteri Dalam Negeri (Mendagri), Tjahjo Kumolo, mengaku belum mengetahui adanya video dukungan dari 15 camat di Makassar untuk capres nomor urut 01, Joko Widodo (Jokowi).
ADVERTISEMENT
Meski demikian, Tjahjo menyerahkan kepada Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) setempat untuk memeriksa apakah ada dugaan pelanggaran UU Pemilu oleh para camat tersebut.
“Belum ada laporan. Itu hak beliau dari Panwas (Bawaslu Sulawesi Selatan -red) setempat (untuk periksa),” kata Tjahjo di Hotel Sultan, Jakarta, Senin (25/2).
Sebelumnya, beredar video 15 camat di Makassar yang menyatakan dukungannya kepada Jokowi. Dalam video berdurasi 1 menit 26 detik itu, ada juga mantan Gubernur Sulawesi Selatan, Syahrul Yasin Limpo.
Sejumlah orang yang ada dalam video itu menyatakan bersumpah akan berjihad untuk mendukung dan memenangkan Jokowi agar bisa melanjutkan kepemimpinan sebagai Presiden satu periode lagi.
Sandiaga Uno di Hotel Grand Asia, Makassar. Foto: Dok. Sandiaga Uno
Video itu pun mendapat tanggapan dari cawapres nomor urut 02, Sandiaga Uno. Sandi menyesalkan sikap para camat itu yang menurutnya tidak netral.
ADVERTISEMENT
“Mereka digaji siapa? Mereka bekerja untuk siapa? Mereka harusnya mengayomi bukan sebaliknya berpihak kepada salah satu capres-cawapres. Mereka para camat itu seharusnya netral," jelas Sandi di hadapan para relawan Roemah Djoeang di Hotel Grand Asia, Makassar, Minggu (24/2).
Ia juga meminta agar Bawaslu bertindak adil dalam menangani kasus tersebut. Ia mencontohkan saat ada Kepala Desa di Mojokerto yang mendukung Prabowo, langsung ditindak tegas hukuman 2 bulan penjara.
“Kita menunggu yang di Makassar bagaimana keadilan ini bisa kita tingkatkan. Agar hukum itu tidak tebang pilih, tidak hanya tajam pada oposisi, tapi tumpul pada penguasa," tutup Sandi.