TKN Jokowi-Maruf Ibaratkan Pilpres 2019 Bagai Perang Infanteri

21 Maret 2019 18:48 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Juru Bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Maruf, Arya Sinulingga. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Juru Bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Maruf, Arya Sinulingga. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
ADVERTISEMENT
Juru bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Maruf, Arya Sinulingga mengibaratkan sebulan menjelang Pilpres 2019 sebagai perang infanteri. Para caleg dari partai pendukung dituntut bekerja keras untuk mempertebal kemenangan Jokowi.
ADVERTISEMENT
“Ini tidak lagi perang udara tapi infanteri pakai bom, pakai apa semua, kita mulai beriklan. Namanya mau finish, maka semuanya akan usaha kencang nih, semua akan gila-gilaan kerjanya. Kita sudah mulai turun. Caleg-caleg kita makin 'gila' turunnya. Hampir semua caleg kami sedang turun, tidak ada lagi yang tidak turun,” ujar Arya di Talkshow Bedah Program Capres dan Cawapres di Fisipol Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Kamis (21/3).
Hasil survei Litbang Kompas yang menyatakan elektabilitas Jokowi - Ma'ruf memperoleh 49,2 persen, Prabowo - Sandi memperoleh 37,4 persen suara, dan sisanya 13,4 persen menyatakan masih rahasia atau belum memilih, dianggap Arya sebagai tantangan para caleg dan relawan untuk lebih bersemangat dalam perang 'infanteri' ini.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, sejelek-jeleknya suara pasangan 01 akan mendapatkan 56 persen suara. Hal tersebut lantaran ada margin sebesar 12 persen. Penurunan suara Jokowi-Maruf sebesar 0,8 persen tiap bulannya juga tidak akan berpengaruh apa-apa.
“56 persen itu adalah angka terjeleknya Jokowi. Ini artinya tetap menang. Jokowi tetap menang. Walaupun ada penurunan tiap bulan 0,8 persen tapi kan ini tinggal sebulan lagi. Sangat tidak mungkin turun 12 persen. Oke turun 0,8 tapi tetap saja segitu angkanya. Kalah dia. Oke turun 2 persen. Itu berat banget dan sangat tidak mungkin,” ujarnya.
Perolehan suara 56 persen juga dipatok sebagai angka pesimistis. Sementara angka optimistis yang diraih Jokowi-Maruf antara 62 hingga 65 persen. Dia juga mengelak jika dikatakan mesin politik paslon 01 tidak berjalan baik.
ADVERTISEMENT
“Enggak juga (mesin politik macet) artinya ada dinamika-dinamika yang terjadi dan di survei (Litbang Kompas) itu tidak disebutkan bahwa itu disebabkan tidak kerjanya mesin politik, enggak ada itu. Bukan karena masalah mesin, itu adalah kecenderungan saja,” katanya.
Dia pun memastikan perolehan angka Jokowi akan melebihi tahun 2014 lalu yang hanya 53 persen. Namun tidak mau jumawa, pihaknya juga tetap akan menebalkan kekuatan agar target suara optimistis tercapai.