TNI dan Polri Dikerahkan untuk Lawan Serangan Monyet di Boyolali

5 Agustus 2017 9:39 WIB
Ilustrasi serangan monyet (Foto: ANTARA FOTO/Budi Candra Setya)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi serangan monyet (Foto: ANTARA FOTO/Budi Candra Setya)
ADVERTISEMENT
Frekuensi serangan monyet ekor panjang di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, terus meningkat. Dalam dua bulan terakhir, monyet-monyet tersebut turun ke desa-desa, mencuri makanan, dan menyerang para lansia dan anak-anak.
ADVERTISEMENT
Bahkan, beberapa anggota TNI dan Polri sampai dikerahkan di desa-desa untuk membantu warga melawan serbuan monyet-monyet tersebut.
“Monyet-monyet ini mulai datang sejak dua bulan yang lalu,” ucap Kapolres Boyolali Aries Andhi, seperti dilansir Reuters.
“Setelah kami menembak salah satu dari mereka, kawanan sisanya sempat tidak kembali. Tapi sekarang mereka kembali lagi,” lanjutnya.
Saking meresahkannya, bahkan aparat membentuk satuan tugas khusus yang ditugaskan untuk berpatroli di daerah tersebut. Satgas tersebut terdiri dari masyarakat desa, pihak kepolisian, TNI, perangkat desa setempat, dan juga anggota Persatuan Penembak Indonesia (Perbakin) di Boyolali.
Satgas tersebut juga diperbolehkan menembak monyet-monyet itu apabila benar-benar diperlukan. Meski begitu, pemasangan perangkap tetap menjadi pilihan utama agar monyet-monyet itu bisa dikembalikan ke habitatnya.
ADVERTISEMENT
“Selama mereka tidak mengganggu masyarakat desa, kami tidak akan menembak mereka,” ucap Aries.
Monyet di Pantai Bama, Situbondo (Foto: ANTARA FOTO/Budi Candra Setya)
zoom-in-whitePerbesar
Monyet di Pantai Bama, Situbondo (Foto: ANTARA FOTO/Budi Candra Setya)
Akhir Maret lalu, seorang lansia bernama Jumirah (60) diserang kawanan monyet di rumahnya. Kulit kepalanya robek belasan centimeter karena gigitan monyet dan harus menerima jahitan di kepalanya.
Sebelumnya, tiga orang warga Desa Sendang Boyolali juga diserang. Seorang lagi, Karinah (90), bahkan nyaris putus kakinya karena digigit dan dicakar kawanan monyet liar tersebut. Total, sudah ada 11 korban dari serangan-serangan monyet tersebut.
“Kebanyakan warga desa yang diserang adalah lansia yang hidup sendiri di gubug-gubug desa,” ucap Aries. “Mereka tinggal berjauhan dan tidak punya tetangga dekat, jadi ketika diserang tidak ada yang tahu dan tidak ada yang membantu.”
ADVERTISEMENT
Meski begitu, aktivis perlindungan hewan mengatakan bahwa kawanan monyet tersebut turun gunung karena habitat asli mereka sudah dirambah dan dikuasai manusia. Meski serangan monyet-monyet tersebut tergolong gawat, penembakan dan pembunuhan monyet-monyet tersebut tetap tak dapat diterima.
“Alasan mereka menjarah rumah warga adalah karena mereka butuh makanan,” ucap Robithotul Huda dari International Animal Rescue (IAR) Indonesia.
“Habitat alami mereka sudah dijadikan hutan komersil,” tambahnya.
“Ketapel, senapan angin, ataupun petasan sebetulnya sudah cukup menakuti mereka,” ucap Huda.