Tokoh Lintas Agama Imbau Elite Utamakan Bangsa, Bukan Golongan

2 Mei 2019 17:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tokoh-tokoh lintas agama dalam dialog 'Merawat kerukunan umat pasca pemilu' di Resto Tjikini Lima, Jakarta Pusat, Kamis (2/5). Foto: Maulana Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Tokoh-tokoh lintas agama dalam dialog 'Merawat kerukunan umat pasca pemilu' di Resto Tjikini Lima, Jakarta Pusat, Kamis (2/5). Foto: Maulana Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
Sejumlah tokoh lintas agama berkumpul dan berdialog membahas situasi masyarakat pasca-pelaksanaan Pemilu 2019. Tokoh-tokoh lintas agama yang hadir merupakan perwakilan dari ormas maupun lembaga keagamaan seperti Majelis Ulama Indonesia (MUI), Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah, dan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), dan Persekutuan Gereja Indonesia (PGI).
ADVERTISEMENT
Lalu ada perwakilan dari Persatuan Umat Buddha Indonesia (Permabudhi), Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI), dan Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (Matakin).
Turut hadir Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerja sama Antaragama, Syafiq Mughni. Syafiq turut mengimbau para tokoh agama untuk ikut menjaga situasi masyarakat agar tak terjadi perpecahan.
"Sayang sekali kalau momentum lima tahunan yang saat ini masih berjalan menyebabkan keretakan atau perpecahan. Tentu kita sudah memiliki saluran-saluran yang kita miliki bersama, yang mengikat setiap komponen-komponen dari bangsa kita," ujar Syafiq Mughni dalam sebuah dialog di Resto Tjikini Lima, Jakarta Pusat, Kamis (2/5).
Sementara itu, Ketua Bidang Kerukunan Umat Beragama MUI Yusnar Yusuf menilai, kerukunan umat beragama adalah cerminan dari demokrasi yang sesungguhnya.
ADVERTISEMENT
"Bagi MUI, kerukunan umat beragama adalah demokrasi. Demokrasi harus dilandasi dengan ukhuwah (persatuan). Kalau pemilu bikin ukhuwah berantakan, kita merugi," ucap Yusnar.
Pekerja menunjukan surat suara yang rusak saat pelipatan kertas suara Pemilu di Gudang KPU, Cibinong, Bogor, Jawa Barat. Foto: Antara/Yulius Satria Wijaya
Menurut Ketua PP Muhammadiyah Dadang Rahmat, masyarakat menghendaki berlangsungnya pemilu secara jujur dan adil. Sebab, dua hal itu adalah kunci kemajuan dan kebahagiaan bangsa.
"Kejujuran itu kunci kemajuan, kunci daripada segala kebahagiaan. Negara yang dikatakan maju, didirikan atas nama kejujuran. Pemilu yang jujur, pemerintahan yang jujur, rakyat yang jujur. Saya kira itu yang kita kehendaki," tutur Dadang.
Di sisi lain, para tokoh juga mengharapkan elite-elite politik agar lebih mengutamakan kepentingan bersama ketimbang golongan. Hal itu dinilai bisa menyejukkan masyarakat di kalangan akar rumput.
"Misalnya nanti Pak Jokowi dinyatakan menang, saya pikir Pak Prabowo akan berjiwa besar. Demikian juga kalau sebaliknya, Pak Jokowi yang kalah. Yang saya khawatir ini rakyatnya. Kita jangan lagi membawa persoalan masa lalu ke depan, kita tidak akan pernah selesai," ucap Budi S. Tanuwibowo sebagai perwakilan dari Matakin.
ADVERTISEMENT
Selain keempat tokoh tersebut, pertemuan juga dihadiri oleh Wakil Sekjen PBNU Imam Pituduh, Romo Agustinus dari KWI, Sekjen PGI Pendeta Gomar Gultom, Ketua Permabudhi Philip K. Widjaja, serta Ketua bidang ideologi PHDI Nyoman Udayana.