Toys 'R' Us "Dibunuh" oleh Video Game dan Toko Online

20 September 2017 15:42 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Toys R Us (Foto: Justin Sullivan/Getty Images North America/AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Toys R Us (Foto: Justin Sullivan/Getty Images North America/AFP)
ADVERTISEMENT
Salah satu toko mainan terbesar di dunia Toys 'R' Us mengajukan perlindungan pailit di Amerika Serikat dan Kanada. Utang yang membelit, ditambah angka penjualan yang anjlok membuat perusahaan ini terancam bangkrut.
ADVERTISEMENT
Toys 'R' Us mengajukan pailit karena memiliki utang 4,9 miliar dolar AS, yang 400 juta dolar di antaranya jatuh tempo pada tahun depan dan 1,7 miliar dolar AS yang akan jatuh tempo pada tahun 2019. Perusahaan ini telah mengantung komitmen utang 3 miliar dolar AS, tapi tidak cukup.
Mereka butuh setidaknya 5 miliar dolar untuk pembelian mainan untuk dijual di musim libur Natal mendatang. Pengadilan pada Selasa memberikan izin perusahan ini untuk meminjam uang lebih dari 2 miliar dolar AS agar terhindar dari bangkrut.
Hampir seluruh perusahaan mainan enggan menjual produk mereka ke Toys 'R' Us jika tidak ada uang di muka.
Toys R Us bangkrut. (Foto:  REUTERS/Carlo Allegri)
zoom-in-whitePerbesar
Toys R Us bangkrut. (Foto: REUTERS/Carlo Allegri)
Di tahun 80-an, toko mainan ini adalah yang paling trendi dan banyak dikunjungi oleh anak-anak di Amerika Serikat. Perusahaan ini unggul di pasar video game. Namun seiring perkembangan zaman, Toys 'R' Us tenggelam.
ADVERTISEMENT
Menurut pengamat industri game dari Niko Partners, Daniel Ahmad, di tahun 1999 Toys 'R' Us adalah penjual video games terbesar kedua di Amerika Serikat. "Kini di tahun 2014, perusahaan itu hanya mendapatkan 1 persen pasar," ujar Ahmad di akun Twitternya.
Toys 'R' Us mengandalkan toko fisik, sementara di zaman internet anak-anak lebih memilih belanja online. Di tengah meningkatnya bisnis toko-toko online seperti Amazon atau Walmart, Toys 'R' Us semakin ditinggalkan.
Hal ini setidaknya dibenarkan oleh para pelanggan video games di Twitter. Mereka mengaku lebih senang belanja online ketimbang datang ke toko mainan yang kotor, tidak teratur, melelahkan, dan mahal.
Menurut pengamat ekonomi dan ibu dari empat anak, Robyn O'Bryan, yang dikutip NBC News mengatakan Toys 'R' Us tidak berinovasi sesuai perkembangan zaman.
ADVERTISEMENT
"Mereka terjebak di tahun 1985. Saya cukup terkejut mereka bisa bertahan," kata O'Bryan.
O'Bryan mengatakan, Toys 'R' Us yang masih bertahan dengan mainan fisik menjadikan perusahaan itu "terbunuh" oleh video games dan toko online. Anak-anak zaman sekarang, kata dia, sejak usia tujuh tahun telah meninggalkan mainan fisik dan lebih memilih mainan visual.
Toys 'R' Us memang berinvestasi untuk membuat toko online mereka, namun masih kalah dari kompetitor, yaitu Amazon dan Walmart. Hal ini dianalisa oleh Nail Saunders, direktur pelaksana perusahaan riset GlobalData Retail.
Toys R Us (Foto: Don Emmert/AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Toys R Us (Foto: Don Emmert/AFP)
"Toys 'R' Us telah kalah di dunia digital. Walau berinvestasi di digital, tapi situs dan toko onlinenya masih di bawah standar. Kalkulasi kami, Toys 'R' Us terus kalah dalam penjualan mainan online," kata Saunders, dikutip dari Business Insider.
ADVERTISEMENT
Kalah di dunia digital, tidak membuat perusahaan ini berinovasi dan mengembangkan toko online mereka, tapi malah mengembangkan toko fisik. Menurut Saunders, toko fisik memakan banyak biaya untuk perawatan dan gaji pegawai.
Saunders mengatakan, seharusnya Toys 'R' Us serius memperbaiki penjualan online mereka.
"Toys 'R' Us memiliki toko yang mahal dan besar. Hal ini mulai tidak sesuai dengan apa yang diinginkan dan diharapkan konsumen, Toys 'R' Us menjadi tidak produktif dan efisien," kata Saunders lagi.