Transjakarta: Busway itu Steril, Termasuk bagi Sepeda

9 September 2019 14:17 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Macet akibat separator Mampang dibongkar. Foto: Fitra Andrianto/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Macet akibat separator Mampang dibongkar. Foto: Fitra Andrianto/kumparan
ADVERTISEMENT
Kejadian pesepeda yang marah-marah karena diminta keluar dari jalur Transjakarta (busway) oleh petugas Dishub sempat ramai diperbincangkan. Peristiwa itu terjadi saat CFD di kawasan Mampang, Jakarta Selatan.
ADVERTISEMENT
Terkait peristiwa itu, Kepala Divisi Sekretaris Perusahaan dan Humas Transjakarta, Nadia Diposenjoyo, mengatakan jalur Transjakarta atau busway memang jalur steril. Semua kendaraan dilarang masuk, termasuk sepeda.
Dua orang petugas mengeluarkan pengguna sepeda dari jalur Transjakarta di Mampang, Jakarta Selatan. Foto: Dok. Dishub Jaksel
“Jalur busway itu jalur steril, khusus bus besar. Memang kendaraan apapun tidak boleh masuk jalur, termasuk sepeda. Pada hari CFD Transjakarta tetap beroperasi. Selain bahaya bagi pengendara sepeda, juga akan mengganggu kelancaran jalanya bus,” tutur Nadia saat dihubungi, Senin (9/9).
“Makanya pihak Dishub melakukan penertiban,” tegas Nadia.
Sosialisasi perluasan Ganjil Genap saat hari Bebas Kendaraan Bermotor di Mampang, Jakarta Selatan. Foto: Dok. Dishub Jaksel
Nadia menjelaskan, larangan ini memang sudah ada sejak lama dan mengingatkan agar masyarakat untuk tidak masuk ke jalur busway, baik saat normal maupun saat CFD.
Selain itu, jalur Transjakarta tidak selalu terjaga selama 24 jam sehingga diharapkan kerja sama masyarakat. Ia mengingatkan masuk yang motor saja sudah berbahaya, apalagi sepeda.
ADVERTISEMENT
“Makanya diberi nama jalur steril, karena mengganggu apabila ada kendaraan lain dan bahaya. Motor masuk saja bahaya apalagi kalau sepeda masuk jalur itu. Busnya kategori bus besar dengan laju kecepatan max 50 km/jam,” ujar Nadia.
“Sepeda bisa enggak kelihatan, kalau kejepit gimana? Karena itu bukan jalur sepeda itu jalur bus,” tegas Nadia.
Di sisi lain, bus Transjakarta yang beroperasi saat ini rata-rata menggunakan bahan bakar gas yang suara mesinnya cukup halus. Belum lagi bila nanti bus listrik resmi beroperasi. Dengan begitu, tak ada lagi penanda bagi pesepeda bila ada bus di belakangnya.
“Inget loh, bus itu suka enggak ada suaranya, apalagi pakai bus listrik, super silent,” tandasnya.