Trauma Pengungsi Bencana Palu: Terasa Bergoyang Meski Tak Ada Gempa

28 Oktober 2018 14:34 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Anak-anak korban gempa di posko TNI AU Palu. (Foto: Efira Tamara/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Anak-anak korban gempa di posko TNI AU Palu. (Foto: Efira Tamara/kumparan)
ADVERTISEMENT
Bencana gempa dan tsunami di Palu, Sulawesi Tengah, sudah satu bulan berlalu. Infrastruktur mulai dari listrik hingga kesediaan air mulai pulih. Aktivitas ekonomi juga sudah terlihat di pasar tradisional. Para korban, terutama anak-anak dan kaum ibu terlihat mulai bangkit dari trauma akibat bencana yang menimpa 28 September lalu.
ADVERTISEMENT
Siang itu, suara tawa terdengar di area posko yang berada di Kantor TNI AU, Palu, Sulawesi Tenggara. Ternyata, para korban sedang mengikuti Psychological First Aid (PFA) yang diselenggarakan oleh Dompet Dhuafa. Tujuannya adalah membantu korban dalam menangani trauma akibat bencana.
"Siapa yang masih merasakan gempa sampai sekarang," ungkap anggota PFA Dompet Dhuafa Mega Sari kepada peserta, di posko Puskesmas Birobulu, Minggu (28/10).
Mendengar hal itu, semua warga yang ada di lokasi menunjuk tangan. Merasakan masih adanya gempa merupakan salah satu trauma yang dialami oleh para pengungsi. Padahal, jelas sekali sudah tak ada gempa yang melanda.
"Pertama terkait trauma, hal itu merupakan sesuatu yang wajar terjadi setelah satu bulan bencana," imbuh dia.
Suasana posko TNI AU Palu. (Foto: Efira Tamara/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Suasana posko TNI AU Palu. (Foto: Efira Tamara/kumparan)
Mega melanjutkan, trauma sesungguhnya terjadi setelah tiga bulan dari kejadian bencana. Untuk mencegah dari fase itu, Dompet Dhuafa hadir untuk membantu korban gempa dan tsunami di Palu.
Suasana posko TNI AU Palu. (Foto: Efira Tamara/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Suasana posko TNI AU Palu. (Foto: Efira Tamara/kumparan)
"Kami coba untuk sama-sama merendahkan efek itu supaya tidak berlanjut tiga bulan ke depan menjadi trauma," jelas Mega.
ADVERTISEMENT
Selain menerima materi dari Dompet Dhuafa, peserta juga berbagi cerita bahwa mereka masih merasakan adanya getaran-getaran meski tidak ada gempa.
Untuk menghilangkan trauma yang muncul, tim PFA menyarankan mereka untuk melakukan aktivitas agar tidak teringat dengan kejadian pilu itu.
"Mereka bisa mengurangi trauma itu dengan memasak, olahraga, atau bekerja," pungkas Mega.
Tenda itu juga dipadati oleh ibu-ibu dan bocah lainnya. Mereka berjoget dan bernyanyi bersama. Keceriaan terpancar dari wajah peserta dalam mengikuti sesi PFA.
"Senang (ada aca ini). Karena kumpul-kumpul," ungkap Fadel (14) di lokasi.