Trump Akui Salah Bicara ketika Berada di Samping Putin

18 Juli 2018 11:02 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pertemuan Donald Trump dan Vladimir Putin di Helinski (Foto: REUTERS/Leonhard Foeger)
zoom-in-whitePerbesar
Pertemuan Donald Trump dan Vladimir Putin di Helinski (Foto: REUTERS/Leonhard Foeger)
ADVERTISEMENT
Pertemuan Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin di Helsinki, Finlandia, membuat Pemimpin Negeri Paman Sam mendapat tekanan dan kecaman publik.
ADVERTISEMENT
Trump dinilai gagal memenuhi ekspektasi warga AS yang mengharapkan pemimpinnya itu mengkritik dugaan ikut campurnya Putin dan Rusia dalam pemilihan umum 2016 lalu. Mendapati kritikan serta kecaman mengalir deras kepadanya, Trump berkelit.
Dia mengatakan, saat bertemu Putin ia salah mengucapkan kata. Kesalahannya itulah yang menurut Trump membuat masyarakat menduga dirinya tidak berani mengkritik Vladimir Putin secara terbuka.
Trump-Putin (Foto: REUTERS/Kevin Lamarque)
zoom-in-whitePerbesar
Trump-Putin (Foto: REUTERS/Kevin Lamarque)
Trump dalam konferensi pers dengan Putin mengatakan: "saya tidak melihat alasan mengapa Rusia". Menurut Trump seharusnya dia menggunakan kata "bukan" dalam kalimat tersebut.
"Seharusnya kalimatnya adalah: Saya tidak melihat alasan mengapa 'bukan' Rusia," kata Trump.
Bukan cuma itu, di saat menyampaikan konferensi pers bersama Putin, dia menunjukkan diri sebagai pemimpin yang siap bermitra dengan Rusia. Bahkan, Trump pun menyebut Putin sebagai pemimpin kuat dan berkuasa.
ADVERTISEMENT
Sesaat setelah konferensi pers, dari hasil jajak pendapat Reuters, sebanyak 55 persen warga AS menentang cara Trump mengelola hubungan dengan Rusia, hanya 37 persen yang sepakat dan sisanya tak memberikan jawaban.
Tak cuma anjlok dalam survei, baik Partai Republik dan Partai Demokrat yang biasanya berseberangan untuk tindakan Trump kali ini berada di sikap serupa. Mereka sama-sama menuding Trump lebih condong kepada musuh dibanding negaranya sendiri.
Pertemuan Trump dan Putin di Finlandia, seperti dituliskan Reuters, diharapkan warga AS akan menjadi momen saat politikus Partai Republik itu menerapkan sanksi serta langkah baru untuk menghukum Rusia atas dugaan keterlibatannya di Pemilu AS 2016.