Trump Minta Pelaku Teror Manhattan Dihukum Mati

2 November 2017 11:47 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Donald Trump (Foto: Reuters/Jonathan Ernst)
zoom-in-whitePerbesar
Donald Trump (Foto: Reuters/Jonathan Ernst)
ADVERTISEMENT
Presiden Amerika Serikat Donald Trump marah besar setelah pelaku aksi teror New York Sayfullo Saipov mengaku senang dapat melekukan serangan ke Manhattan dan menewaskan 8 orang.
ADVERTISEMENT
"Pelaku teror di New York mengaku gembira dan dia meminta memasang bendera ISIS di kamar rumah sakitnya," ucap Trump lewat twitternya, Kamis (2/11).
"Dia sudah membunuh delapan orang dan melukai 12 lainnya, (pelaku) harus mendapat hukuman mati," tegas dia.
Pengadilan New York menyebut kemungkinan besar pelaku akan didakwa dengan pasal tindakan terorisme. Pelaku terancam hukuman maksimal penjara seumur hidup.
Meski demikian, Kejaksaan Federal sedang melihat kemungkinan apakah Saipov bisa dijatuhui hukuman mati atau tidak.
Saipov membuat pernyataan kontroversial setelah melakukan serangan. Dia sama sekali tidak merasa menyesal. Pelaku malah senang aksinya tersebut berhasil menewaskan delapan orang.
"Saipov meminta bendera ISIS di pasang di kamar tempatnya dirawat dan dia mengatakan merasa senang aksi bisa terlaksana," jelas Pejabat Kejaksaan Manhattan Joon Kim yang menemui Saipov di rumah sakit tempatnya di rawat.
ADVERTISEMENT
Kim menyebut, Saipov yang masih menjalani perawatan akibat tertembus timah panas kepolisian menjalakan teror atas nama ISIS. Pelaku mengaku sebagai salah satu simpatisan kelompok teroris itu.
Serangan teror di Manhattan (Foto: REUTERS/Shannon Stapleton)
zoom-in-whitePerbesar
Serangan teror di Manhattan (Foto: REUTERS/Shannon Stapleton)
"Saipov melakukan serangan sebagai bentuk dukungan terhadap ISIS, " ucap Kim seperti dikutip dari AFP, Kamis (2/11).
Teror di Manhattan New York, Selasa (31/10), waku setempat, merupakan yang paling buruk sejak peristiwa 9/11. Pelaku menabrakan mobil ke trotoar yang sedang ramai dengan pejalan kaki.
Korban terdiri dari 5 orang warga Argentina, seorang perempuan Belgia dan dua orang yang berasal dari New Jersey.
Usai melakukan aksinya, Saipov mencoba kabur. Tetapi ia berhasil dilumpuhkan dengan tembakan aparat kepolisian setempat.