Trump Tak Ingin Perang dengan Iran Bukan Berarti Melunak

18 September 2019 9:24 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Asap terlihat setelah kebakaran akibat diserang drone di fasilitas Aramco di kota timur Abqaiq, Arab Saudi, 14 September 2019 lalu. Foto: REUTERS / STR
zoom-in-whitePerbesar
Asap terlihat setelah kebakaran akibat diserang drone di fasilitas Aramco di kota timur Abqaiq, Arab Saudi, 14 September 2019 lalu. Foto: REUTERS / STR
ADVERTISEMENT
Serangan drone ke kilang minyak BUMN Arab Saudi, Aramco, di Khurais mendapat kecaman dari Amerika Serikat. Presiden AS Donald Trump menuding Iran di balik serangan ini.
ADVERTISEMENT
Komentar Trump membantah klaim kelompok pemberontak Houthi di Yaman. Kelompok yang didukung Teheran tersebut, sempat menegaskan bahwa mereka pihak yang bertanggung jawab atas serangan di kilang Aramco.
AS sempat menyatakan siap merespons keras. Bahkan Trump menyatakan AS dalam posisi 'mengunci dan mengisi'.
Tak berapa lama, Trump malah menyatakan tidak ingin berperang dengan Iran
Trump berdalih jika perang AS-Iran terjadi, harga minyak mentah dunia bakal melambung.
"Tentu saja kami lebih suka menghindari perang, saya tidak mau perang dengan siapa pun, tapi kami lebih siap dari siapa pun," sebut Trump seperti dikutip dari AFP, Selasa (17/9).
Namun, sikap Trump ini tidak langsung diartikan melunak terhadap Iran. Menurut pengamat hubungan internasional Universitas Indonesia, Shofwan Al Banna, AS sengaja mengulur-ngulur waktu sambil menunggu respons Saudi terkait dugaan serangan yang dilakukan Iran.
ADVERTISEMENT
"Saya kira kalau dibilang melunak belum tentu. Ini semua masih tarik ulur. AS sudah jelas mengatakan bahwa pihaknya 'locked and loaded'. Siap merespons, serta memiliki dugaan bahwa serangan di Abqaiq dan Kuraish didalangi oleh Iran," jelas Shofwan saat dihubungi, Selasa (17/9) malam.
Shofwan menjelaskan, walau sudah mengatakan tak ingin di sisi lain, Trump tetap mengirimkan sinyal ancaman.
Gambar satelit menunjukkan serangan drone yang jelas pada fasilitas minyak Aramco di Abqaiq, Arab Saudi 14 September 2019. Foto: REUTERS / STR
"AS masih yakin Iran yang melakukan, tapi ya enggak mungkin menuduh Iran secara terbuka. Kali ini level keterlibatannya meningkat. Intelijen AS meyakini bahwa drone tidak dikirim dari Yaman," kata Shofwan.
"Artinya, ada pihak yang pengaruh dan kapasitasnya lebih hebat dari Houthi yang mengatur," imbuhnya.
Sementara itu, Shofwan menilai tawaran Presiden Rusia Vladimir Putin menawarkan senjata ke Arab Saudi sebagai sindiran kepada AS. Namun, tawaran senjata bukanlah tujuan Putin, tetapi sebagai peringatan Rusia ke AS dan Saudi agar tidak sampai berkonflik dengan Iran.
Vladimir Putin. Foto: Reuters/Pavel Golovkin
"Rusia mungkin mau ngeledek sistem persenjataan AS yang sekarang digunakan oleh Saudi. 'Lihat tuh, bisa kecolongan separah itu. AS tuh enggak reliable'. Tapi poin penting pernyataan Putin lebih ke mengirim sinyal ke AS, 'jangan buru-buru konfrontasi terbuka sama Iran'," tuturnya.
ADVERTISEMENT
Putin menawarkan senjata ke Arab untuk membantu melindungi wilayah mereka. Meski begitu, Saudi belum merespons tawaran Rusia.
Serangan drone di kilang Aramco terjadi pada Sabtu (14/9) lalu. Serangan menyasar ke Abqaiq, yang merupakan fasilitas pemprosesan minyak terbesar Aramco.
Serangan di Aramco sempat membuat harga minyak melambung.
Iran yang menjadi tertuduh membantah tudingan AS. Mereka percaya, tuduhan palsu dibuat untuk menghancurkan reputasi Iran di dunia.