UKRI Jelaskan Proses Penghitungan Suara Hingga Cara Rekrutmen Relawan

30 April 2019 2:00 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Direktur Lembaga Pengetahuan dan Ilmu Teknologi (Lapitek) UKRI Rohmanizar Setiadi saat menjelaskan infografik. Foto: Rachmadi Rasyad/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Direktur Lembaga Pengetahuan dan Ilmu Teknologi (Lapitek) UKRI Rohmanizar Setiadi saat menjelaskan infografik. Foto: Rachmadi Rasyad/kumparan
ADVERTISEMENT
Universitas Kebangsaan Republik Indonesia (UKRI) yang terletak di Jalan Halimun Nomor 37, Kota Bandung, beberapa waktu lalu merilis data penghitungan data C1 yang berbeda dengan lembaga survei di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Dalam rilisnya, para peneliti UKRI menempatkan pasangan Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno unggul dengan perolehan suara mencapai 62,20 persen sedangkan lawannya Joko Widodo dan Ma'ruf Amin memperoleh 35,90 persen.
Peneliti UKRI, Rochmanijar, menjelaskan, penelitian dibagi ke dalam tiga sesi yang terdiri dari, survei terhadap elektabilitas, exit poll, hingga penghitungan data C1 yang hasilnya disampaikan pada tanggal 25 April lalu. Tiga sesi tersebut dilakukan agar penelitian bisa dipertanggungjawabkan.
Rochmanijar menyebut, survei elektabilitas tersebar hampir di 900 titik yang berada di wilayah Jawa Barat hingga Jakarta. Kemudian, survei exit poll dilakukan di hampir 2.400 TPS dengan kisaran responden mencapai 5 hingga 20 orang.
Untuk survei C1, sudah dilakukan sejak tanggal 17 hingga 24 April sekitar pukul 12.00 WIB dan melibatkan relawan mencapai 10.252 orang yang ditempatkan di tiap TPS.
ADVERTISEMENT
"Survei elektabilitas kita lakukan survei di hampir 900 titik di Jabar, Banten, kemudian Jakarta dan beberapa wilayah secara nasional beberapa relawan yang kita miliki," kata dia ketika ditemui kumparan di Kampus UKRI, Senin (29/4/2019).
Capres nomor urut 02, Prabowo Subianto tiba di Universitas Kebangsaan Republik Indonesia (UKRI), Jumat (8/3). Foto: Ricad Saka/kumparan
Rochmanijar menambahkan, dari 10.252 data digital yang dikirim oleh relawan hanya 8.000-nya saja yang dimasukkan ke dalam data karena mempertimbangkan keakuratannya, seperti kejelasan foto dan sebagainya. Dalam rilis yang ditampilkan, salah satu syarat yang dikirim relawan merupakan foto C1.
"Kenapa yang muncul adalah 8.000 TPS? Karena C1 yang dikirim oleh relawan berupa file digital kita seleksi lagi. Yang ga jelas, kemudian meragukan, (seperti) fotonya goyang segala macem tidak kita masukkan. Dari situlah kita mulai menghitung berapa persen," ujar dia.
ADVERTISEMENT
Rochmanijar menegaskan, pihaknya meneliti bukan dalam rangka menghitung pihak mana yang memenangkan pemilu melainkan untuk meneliti sosok yang diinginkan masyarakat untuk menjadi pemimpin ke depannya. Hasilnya, diketahui masyarakat menginginkan sosok pemimpin seperti Prabowo dan Sandi.
Selain itu, Rochmanijar menyebut, penelitian yang dilakukan berlandaskan pada aspek akademis dengan maksud membangun data science di kampus UKRI. Momen pemilu kali ini, menurut dia, menjadi momen tepat untuk melakukan uji coba sementara pada pemilu 2014 lalu pihak UKRI belum pernah melakukan penelitian karena infrastruktur yang dimiliki belum selengkap sekarang.
"Untuk elektabilitas sekitar 63, 7. Kemudian exit poll 66,4 persen, dan terakhir di C1 62,20 persen dengan harapan bahwa pasangan nomor urut dua Prabowo dan Sandi menjadi harapan bagi masyarakat untuk pimpinan ke depan," terang dia.
ADVERTISEMENT
Rochmanijar menjelaskan, penelitian dilakukan dengan melibatkan hampir 11 program studi di kampus yang diprakarsai oleh lapitek, dengan didukung oleh LPPM yang memiliki fungsi penelitian dan pengabdian. Sedangkan terkait teknis di lapangan didukung oleh UPT Teknologi dan Informasi.
Rochmanijar menambahkan, pada mulanya pihaknya merekrut para kordinator relawan yang telah dimulai sejak awal tahun hingga dua minggu menjelang pemilu berlangsung.
Para kordinator tersebut, kata Rochmanijar, berasal dari kalangan mahasiswa dosen, tenaga administrasi kampus, hingga alumni yang tersebar di Indonesia. Kemudian, mereka merekrut para relawan yang ingin ikut serta bergabung tanpa mendapat upah sepeser pun.
"Pertama, merekrut kordinator-kordinator relawan dari awal tahun karena kita sudah mulai itu karena kita konsepnya penelitian. Dari kordinator ini ada beberapa pihak ada mahasiswa, dosen, tenaga administratif, itu menjadi kordinator relawan di mana mereka merekrut rekan-rekan atau kenalan yang bersedia terlibat dalam penelitian ini," ungkap dia.
ADVERTISEMENT
Rochmanijar menyatakan, para relawan yang tersebar di Indonesia telah diberi syarat untuk bersikap indpenden. Namun, dia mengaku tidak mengetahui secara pasti fakta di lapangan.
Setelah direkrut, Rochmanijar menyebut, para relawan tersebut diberi sms agar menginstall sebuah aplikasi yang nantinya digunakan untuk mengirimkan laporan. Dengan demikian, laporan dilakukan dengan menggunakan android.
Rochmanijar pun mengatakan, pihaknya sudah menyimpan data 10 ribu lebih relawan tersebut. Jika diizinkan oleh pimpinan penelitian, dia mengaku siap untuk membuka identitas para relawan mulai dari nama, alamat, hingga nomor teleponnya.
"Ya kita mensyaratkan itu (indpenden) tapi di lapangan kita tidak paham karena ada beberapa di luar daerah yang tidak bisa kita cek latar belakangnya karena kami menggunakan kordinator berjenjang," ucap dia.
Direktur Lembaga Pengetahuan dan Ilmu Teknologi (Lapitek) UKRI Rohmanizar Setiadi. Foto: Rachmadi Rasyad/kumparan
Lebih lanjut, Rochmanijar menyebut, pihaknya lalu memilih metode multi stage random sampling yang disesuaikan dengan sebaran para relawan. Metode tersebut mempertimbangkan keberadaan relawan untuk menjangkau para responden.
ADVERTISEMENT
Rochmanijar pun menyebut, jumlah relawan mulai dari tahap elektabilitas hingga penghitungan suara C1 terus mengalami peningkatan hingga terakhir mencapai angka 10.252 orang.
"Kemudian kita memilih satu metode yang tepat dengan sebaran relawan ini. Nah kita pilih multi stage random sampling. Metodenya pertama kita menentukan titik ini berdasarkan keberadaan relawan dengan radius kemampuan relawan untuk mencapai responden seperti apa," terang dia.
Ketika disinggung soal data yang berbeda dibanding lembaga survei, Rocmanijar mengaku tidak terlalu mempersoalkannya. Pihaknya akan fokus pada penelitian untuk menguji kevalidan datanya. Dia pun mengaku akan bersikap terbuka jika ada pihak yang ingin beradu data.
"Nah, kita sih tidak mempermasalahkan perbedaan ini karena kita tidak membandingkan dengan yang lain. Kami fokus pada penelitian yang kami lakukan. Yang kami uji adalah seberapa validkah data yang kita dapatkan terhadap hasil penelitian ini," tandas dia.
ADVERTISEMENT