Upah Buruh di Venezuela Hampir Setara Secangkir Kopi Starbucks

30 Januari 2019 11:21 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kehidupan di Kota Caracas, Venezuela (Foto:  Reuters/Ueslei Marcelino)
zoom-in-whitePerbesar
Kehidupan di Kota Caracas, Venezuela (Foto: Reuters/Ueslei Marcelino)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Perekonomian yang terpuruk membuat warga Venezuela kian menderita. Bahan-bahan makanan pokok langka, sementara harganya semakin tidak masuk akal. Betapa tidak, harga secangkir kopi Starbucks saja hampir setara upah buruh di negara itu.
ADVERTISEMENT
Hal ini disampaikan seorang warga Venezuela, Andreina Itriago, dalam perbincangan dengan kumparan, Rabu (30/1). Dia mengatakan, harga di Venezuela setiap saat bisa naik tiba-tiba. Salah satunya adalah harga kopi di gerai Starbucks.
"Akhir pekan ini saya ke mal dan ingin membeli kopi di Starbuck, bukan kopi yang biasa, tapi seharusnya tidak terlalu mahal, dan ternyata harganya USD 5!" kata perempuan yang tinggal di Caracas ini.
"Itu harga kopi termahal. Kopi yang kecil, seperti espresso, sekitar USD 50 sen," lanjut dia.
Andreina mengatakan harga itu luar biasa mencekik jika dibandingkan dengan upah minimum di Venezuela.
"Kau harus membandingkan harganya dengan upah yang diperoleh masyarakat. Upah minimum di sini sekitar USD 6, mungkin USD 7," kata Andreina.
ADVERTISEMENT
Harga kopi termahal di Starbucks hampir setara 84 persen dari upah minimum buruh di Venezuela. Padahal jika di Jakarta, kopi termahal di Starbucks hanya 1,6 persen dari upah minimum ibu kota.
Pekan lalu, Presiden Venezuela Nicolas Maduro menaikkan upah minimum hingga 300 persen menjadi 18.000 bolivares per bulan, atau USD 6,52. Andreina mengatakan, menaikkan upah minimum tidak serta merta membuat kehidupan lebih baik, malah membuat harga-harga ikut naik.
Beberapa produk juga kian langka di pasaran, membuat harganya semakin membengkak. Harga telur, kata Andreina, mencapai USD 4, beras sekarung kecil sekitar USD 1, sementara setengah kilogram gandum sekitar USD 2.
"Kau hanya bisa membeli satu-dua barang dengan upah minimum, karena harganya selalu naik," kata Andreina.
Para demonstran bentrok dengan petugas kepolisian Venezuela, Caracas, Venezuela (23/1/2019).  (Foto: REUTERS/Manaure Quintero)
zoom-in-whitePerbesar
Para demonstran bentrok dengan petugas kepolisian Venezuela, Caracas, Venezuela (23/1/2019). (Foto: REUTERS/Manaure Quintero)
Kondisi jauh lebih buruk di luar ibu kota. Di daerah perdesaan, tidak ada bahan bakar, listrik, air, bahkan sinyal ponsel. Berbagai kesulitan ini yang akhirnya memicu demonstrasi besar di berbagai kota, mendesak Maduro untuk turun.
ADVERTISEMENT
"Saya katakan sesuatu kepadamu: Tidak ada yang suka Maduro. Dia tidak berkarisma, dia tidak pintar. Orang hanya mendukung di awal karena dia penerus Hugo Chavez," kata Andreina.
"Rakyat ingin perubahan, sesuatu yang beda. Mungkin tidak harus Guaido, tapi rakyat tidak ingin Maduro lagi," lanjut dia menyebut Juan Guaido, presiden tandingan Maduro.