Upaya Mengembalikan Keindahan Sayap Jalak Bali ke Habitat Alami

26 November 2018 12:24 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
com-Jalak Bali (Foto: Pertamina)
zoom-in-whitePerbesar
com-Jalak Bali (Foto: Pertamina)
ADVERTISEMENT
Jalak Bali adalah warisan anak cucu negeri, itulah yang senantiasa digaungkan kepada masyarakat mengenai kehadiran satwa endemik Indonesia ini. Burung Jalak Bali (Leucopsar Rothschildi) adalah sejenis burung pengicau berukuran sedang yang lebih terkenal di Bali dengan nama Jalak Putih atau Curik.
ADVERTISEMENT
Kecantikan Jalak Bali dengan bulunya yang berwarna putih bersih pernah terancam punah akibat perburuan liar untuk perdagangan ilegal. Harganya yang fantastis, mencapai puluhan juta untuk satu ekornya pada saat itu, membuat Jalak Bali sering diburu.
Bayangkan saja, populasinya yang mencapai 900 ekor saat pertama kali ditemukan pada tahun 1912, pernah tersisa hanya 50 ekor. Penyebab lain berkurangnya populasi Jalak Bali di samping perburuan liar adalah kerusakan habitat akibat ulah manusia.
Melihat kondisi tersebut, pada tahun 1970, pemerintah menetapkan Jalak Bali sebagai hewan yang dilindungi berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian nomor 421/kpts/Um/8/1970.
Pada 1990, jumlah populasi Jalak Bali di Taman Nasional Bali Barat diperkirakan hanya tinggal berjumlah 13 ekor. Adapun hasil inventarisasi pada Oktober 2008 yang dilakukan para Pengendali Ekosistem Hutan Taman Nasional Bali Barat menyebutkan bahwa jumlah sebaran Jalak Bali adalah sebanyak 30 ekor.
ADVERTISEMENT
Salah satu penyebab lain kecilnya populasi burung ini adalah cara reproduksinya yang hanya menghasilkan 1-3 telur untuk setiap perkawinan. Berbagai upaya pun dilakukan oleh berbagai pihak, di antaranya dengan membuat konservasi yang dilakukan secara in-situ (di dalam habitat alaminya) maupun ex-situ (di luar habitat alaminya) dengan membuat penangkaran.
Tidak ingin berpisah dengan burung endemik ini selamanya seperti layaknya Harimau Bali yang telah punah lebih dari 8 dekade lalu, PT Pertamina (Persero) melalui program Corporate Social Responsibility (CSR) di Depot Pengisian Pesawat Udara (DPPU) Ngurah Rai bergerak menjalankan program CSR berupa Edupark dan konservasi burung Jalak Bali di Desa Sibangkaja, Kabupaten Badung untuk meningkatkan populasi Jalak Bali serta melakukan edukasi kepada masyarakat untuk melestarikan satwa endemik Pulau Bali agar terhindar dari kepunahan.
com-CSR Pertamina "Jalak Bali" (Foto: Pertamina)
zoom-in-whitePerbesar
com-CSR Pertamina "Jalak Bali" (Foto: Pertamina)
Program ini melibatkan banyak pihak, di antaranya pemerintah, tenaga ahli pengembangbiakan Jalak Bali, serta masyarakat setempat. Tagar #SaveJalakBali juga digaungkan kepada masyarakat untuk membantu melestarikan satwa cantik yang hampir punah tersebut.
ADVERTISEMENT
Sejak 2015, roadmap program tersebut perlahan namun pasti dijalankan oleh Pertamina untuk menjaga kelestarian dari satwa endemik khas Bali tersebut. Melalui pembentukan kelompok, pelatihan, pembangunan, upskilling, dan beragam inovasi, kepakan sayap Jalak Bali masih memiliki harapan untuk terbang di alam bebas.
Berawal dari kelompok pecinta burung yang ada di lingkungan Desa Sibangkaja, program konservasi Jalak Bali pertama kali dicanangkan. Orang-orang yang berminat, memiliki hobi, dan tergerak hatinya untuk melestarikan satwa endemik tersebutlah yang sangat berjasa terhadap pelestarian Burung Jalak Bali hingga sekarang. Kelompok ini dibentuk, diberikan pelatihan, dan dibuatkan kandang di rumah masing-masing kelompok untuk dapat mengaplikasikan materi yang diberikan sehingga mereka dapat merawat dan menjaga eksistensi dari Jalak Bali.
com-Jalak Bali (Foto: Pertamina)
zoom-in-whitePerbesar
com-Jalak Bali (Foto: Pertamina)
Tidak terhenti langkahnya di sana, setiap rumah di Desa Sibangkaja memelihara minimal satu pasang Burung Jalak Bali sebagai bentuk kepedulian masyarakat terhadap eksistensi satwa endemik tersebut untuk diwariskan kepada generasi selanjutnya di masa yang akan datang. Dukungan pembangunan dan fasilitas penunjang untuk keberlangsungan program konservasi Jalak Bali pun terus dilakukan oleh Pertamina untuk meningkatkan kualitas dari program yang dicanangkan agar dapat memberikan dampak yang baik kedepannya.
ADVERTISEMENT
Pembangunan kandang volier misalnya, menjadi senjata ampuh untuk membantu Jalak Bali dalam bereproduksi dan melahirkan peranakan baru guna menambah jumlah populasi mereka di dunia. Selain pembangunan-pembangunan tersebut, dihadirkan beragam inovasi dari Pertamina untuk mendukung program konservasi Jalak Bali tersebut. Dia ntaranya adalah inovasi inkubator telur yang dapat menjaga kualitas dari telur yang dihasilkan oleh Jalak Bali dewasa untuk meningkatkan harapan kelahiran peranakan baru, juga inovasi dalam hal pakan yang digunakan sebagai sumber konsumsi bagi Jalak Bali.
Pakan yang diberikan kepada Jalak Bali semenjak 2017 diberikan inovasi berupa pelet yang berasal dari cangkang kepiting, dedak jagung, sentrat, dedak padi, madu, dan vitamin-vitamin terkait. Diketahui bahwa cangkang kepiting yang digunakan juga berasal dari Kampung Kepiting yang letaknya tidak berjauhan dari lokasi Desa Sibangkaja. Cangkang kepiting digunakan dalam campuran bahan pakan karena terkenal memiliki kalsium yang luar biasa tinggi untuk kesehatan dari Jalak Bali dan menghasilkan peranakan yang baik.
ADVERTISEMENT
Jerih payah tersebut terasa lebih bermakna ketika program konservasi yang dilakukan membuahkan hasil yang sangat signifikan terhadap eksistensi Jalak Bali sekarang. Bermodalkan 18 ekor pada tahun 2015, sekarang jumlah Jarak Bali yang berada di penangkaran Jalak Bali Desa Sibangkaja telah mencapai 45 ekor.
com-Budidaya Jalak Bali (Foto: Pertamina)
zoom-in-whitePerbesar
com-Budidaya Jalak Bali (Foto: Pertamina)
Sejak tahun 2015 hingga sekarang, program CSR PT Pertamina (Persero) di DPPU Ngurah Rai telah berkontribusi terhadap peningkatan populasi Jalak Bali di dunia sebesar 10%. Dalam penangkaran itu sendiri terdapat peningkatan 150% populasi Jalak Bali dari dimulainya program konservasi hingga saat ini.
Kini, program konservasi tersebut telah melekat dalam diri setiap masyarakat Desa Sibangkaja. Uniknya, desa ini sekarang mendapat julukan Kampung Jalak Bali atas kontribusinya dalam melestarikan burung cantik dari Pulau Dewata tersebut. Adanya konservasi tersebut membuat Desa Sibangkaja ramai didatangi oleh pengunjung, baik pelajar ataupun wisatawan yang ingin melihat dari dekat Jalak Bali, ikon fauna dari Pulau Dewata.
ADVERTISEMENT
Efek simultan dari program CSR Pertamina di DPPU Ngurah Rai tidak hanya menghasilkan aspek lingkungan yang melestarikan dan melindungi Jalak Bali dari kepunahan. Namun, juga merambah kepada aspek pendidikan yang menjadi tempat edukasi bagi masyarakat, menjadi tempat bagi kelompok konservasi Jalak Bali untuk mendapatkan pemasukan dari wisatawan yang datang berkunjung untuk melihat Jalak Bali, dan aspek pemberdayaan yang membuat kelompok konservasi tersebut menjadi mahir dalam pemeliharaan Jalak Bali.
PT Pertamina (Persero) berharap program konservasi yang telah berlangsung dapat berkontribusi lebih banyak terhadap populasi Jalak Bali di dunia. Sehingga, kepakan indah sayap dan kicauan merdu dari burung berbulu putih itu juga bisa dilihat oleh generasi selanjutnya.
Program CSR Jalak Bali Pertamina ini adalah salah satu bentuk kepedulian dengan lingkungan sekitarnya, juga sebagai bukti bahwa Pertamina memberikan program kepada warga secara berkelanjutan agar dapat memberikan dampak positif terhadap lingkungan dan sekitarnya.
ADVERTISEMENT
Story ini merupakan bentuk kerja sama dengan Pertamina.