Urin Sapi Dicoba untuk Tekan Pencemaran Citarum Akibat Limbah Pabrik

23 Maret 2018 20:54 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Citarum berwarna pekat akibat limbah pabrik  (Foto: Ulfa Rahayu/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Citarum berwarna pekat akibat limbah pabrik (Foto: Ulfa Rahayu/kumparan)
ADVERTISEMENT
Komando Daerah Militer III Siliwangi tengah mengujicoba Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) berbahan baku mikrobiloogi, untuk mengentaskan masalah pencemaran di Sungai Citarum. Jenis IPAL yang satu ini diklaim bisa menekan harga pengeluaran pabrik penghasil limbah yang selama ini dikeluhkan para pemilik pabrik.
ADVERTISEMENT
Apabila IPAL yang menggunakan bahan kimia pabrik harus mengeluarkan biaya sekitar Rp 300 juta perbulan untuk pengolahan limbah, dengan IPAL mikrobilogi biayanya bisa ditekan hingga 40 persen.
Komandan Sektor IV Kodam III Siliwangi Kolonel Kustomo menyebutkan, alat tersebut tengah dicoba di salah satu pabrik di kawasan Majalaya, Kabupaten Bandung. Ujicoba IPAL ini akan dilangsungkan selama satu bulan.
"Untuk menormalisasi sungai Citarum, tentunya ada proses. Dengan ada sistem bakteri untuk IPAL ramah lingkungan kita ujicoba. Sejauh mana. Nanti hasilnya kita serahkan pada yang berwenang yakni DLH (Dinas Lingkungan Hidup) dan Polda," ujar Kustomo kepada wartawan di Makodam III Siliwangi, Kota Bandung, Jumat (23/3).
Menurutnya, alat tersebut berfungsi untuk mengolah limbah agar ketika dibuang kualitas cairan berbahaya dan beracunnya berkurang. Cara kerjanya tidak jauh beda dengan IPAL yang saat ini digunakan oleh sejumlah pabrik. Pembedanya adalah bahan pelebur limbah dan cara kerjanya.
ADVERTISEMENT
"Ini baru ujicoba. Dengan tidak menggunakan bahan kimia ada temuan baru yang lebih ramah lingkungan," kata dia.
Limbah pabrik di Sungai Citarum (Foto: Iqbal Tawakal/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Limbah pabrik di Sungai Citarum (Foto: Iqbal Tawakal/kumparan)
Sementara itu, perwakilan perusahaan yang dipercayai oleh Kodam III Siliwangi untuk menguji coba IPAL mikrobilogi itu, Joko Sri Wisnu Murti, menyebutkan alat tersebut bisa memangkas ongkos pemilik industri dalam penanganan limbah. Hal ini disebabkan, IPAL tersebut berbahan baku mikrobiologi yang diambil dari urin sapi. Selain itu, limbah ini tidak menghasilkan limbah lumpur.
"Sehingga, pabrik tidak perlu mengeluarkan ongkos untuk membeli bahan kimia dan pengangkutan limbah yang telah menjadi lumpur itu," ujar Joko.
Ia menjelaskan cara kerja IPAL ini adalah intinya mereduksi limbah menjadi air yang kualitasnya berada dalam standar baku mutu atau laik untuk dibuang ke sungai. IPAL ini diklaim dapat mereduksi bahan kimia yang terdapat dalam limbah lebih banyak dibanding IPAL berbahan kimia.
ADVERTISEMENT
"Ini bisa mereduksi 98 persen polutan dan 60 persen kimia," ujarnya.
Selain itu, dari segi harga, IPAL ini bisa menekan ongkos pabrik untuk pengolahan limbah. Apabila selama ini pabrik yang memproduksi limbah sebanyak 2.000 meter kubik perhari, harus mengeluarkan ongkos sebanyak Rp 34 juta perhari. Namun, dengan IPAL mikrobilogi ini, biaya bisa ditelan hingga 40 persen.
"Kalau kita untuk di pabrik di Jawa Tengah untuk pabrik yang menghasilkan limbah 1.000 meter perkubik perhari, menawarkan harga Rp 90 juta perbulan sudah termasuk dengan maintenance, man power dan bahan-bahan," katanya.
Terkait kekurangan alat ini bila dibandingkan dengan IPAL bahan kimia, terletak di durasi pengolahan. Untuk limbah yang dibuang sebanyak 41 meter kubik perjam, memerlukan waktu dua hari.
ADVERTISEMENT
"Bedanya di tahap fakultatif selama 12 jam," kata dia.