Usai Bertemu Raja Salman, Menlu AS Temui Erdogan untuk Misi Khashoggi
ADVERTISEMENT
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Mike Pompeo melanjutkan misinya untuk mengungkap kematian jurnalis Arab Saudi Jamal Khashoggi . Setelah sebelumnya dari Saudi dan bertemu Raja Salman dan Putra Mahkota, Pompeo menyambangi Turki untuk temui Presiden Recep Tayyip Erdogan.
ADVERTISEMENT
Diberitakan Reuters, pada Rabu (17/10), Pompeo tiba di Ankara dan bertemu para pejabat Turki. Menurut Menlu Turki Mevlut Cavusoglu, Pompeo datang ke negaranya membawa informasi soal hilangnya Khashoggi, dua pekan setelah jurnalis pengkritik Saudi itu hilang di Konsulat Saudi, Istanbul.
Sumber pemerintahan Turki kepada berbagai media meyakini Khashoggi dibunuh dan jasadnya dimusnahkan. Intelijen Turki bahkan mengaku memiliki rekaman suara saat-saat terakhir kehidupan Khashoggi di dalam Konsulat Saudi.
Jika yang diinginkan Cavusoglu adalah pengakuan dari Saudi bahwa Khashoggi telah tewas, maka dia akan kecewa. Sebelumnya usai bertemu Raja Salman dan Putra Mahkota Mohammed bin Salman, Pompeo mengatakan Saudi berkomitmen melakukan penyelidikan hilangnya Khashoggi tanpa memberikan fakta apapun.
"Mereka tidak membicarakan apapun soal fakta," kata Pompeo ketika ditanya wartawan apakah Saudi mengatakan Khashoggi masih hidup atau tewas.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya Saudi membantah tudingan pembunuhan Khashoggi, mengatakan pria 56 tahun itu telah keluar gedung Konsulat.
"Dalam setiap pertemuan saya menekankan pentingnya mereka (Saudi) melakukan penyelidikan menyeluruh hilangnya Jamal Khashoggi. Mereka berkomitmen untuk itu," kata Pompeo kepada wartawan ketika hendak terbang ke Ankara.
"Mereka mengatakan penyelidikannya akan menyeluruh, komplet, dan transparan. Mereka mengindikasikan penyelidikan akan dilakukan tepat waktu, dengn cepat, agar mereka bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan penting," lanjut Pompeo.
Pemerintahan Presiden Donald Trump berhati-hati untuk tidak menuding Saudi telah membunuh Khashoggi. Bahkan Trump menolak menangguhkan kerja sama dengan Saudi, seperti yang disarankan oleh Kongres AS.
Menurut Trump, tudingan tersebut belum terbukti. Menghentikan kerja sama dengan Saudi, kata dia, hanya akan merugikan AS. Pasalnya Saudi dan AS saat ini tengah menjalin kerja sama perdagangan senjata dengan nilai USD 110 miliar atau lebih dari Rp 1.600 triliun.
ADVERTISEMENT