Usia Jadi Kendala KPAI Tangani Eksploitasi Anak Lewat Magang

3 April 2018 22:14 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Konpers KPAI modus trafficking program magang. (Foto: Bardjan Triarti/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Konpers KPAI modus trafficking program magang. (Foto: Bardjan Triarti/kumparan)
ADVERTISEMENT
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mengalami kesulitan menangani kasus dugaan eksploitas anak dengan modus magang di luar negeri yang dilakukan oleh PT Sofia. Usai korban menjadi dilema KPAI dalam menangani masalah ini.
ADVERTISEMENT
Komisioner KPAI Retno Listyarti mengatakan, saat pergi magang, usia mereka 17 tahun lebih, dan setahun kemudian setelah eksploitasi terendus dan dilaporkan, mereka sudah bukan anak-anak lagi.
"18 Tahun lebih sehari saja bukan anak lagi. Sementara KPAI hanya memiliki kewenangan terhadap anak. Ini kesulitan bagi KPAI ketika korban bukan anak lagi, sehingga bukan kewenangan kami karena sudah bukan anak-anak," kata Retno dalam konferensi pers di kantor KPAI, Menteng, Jakarta, Selasa (3/4).
Meski tak punya kewenangan untuk mengawasi korban magang palsu, KPAI akan menyurati pihak yang kepolisian untuk melaporkan setiap perkembangan kasus itu.
Di sisi lain, KPAI pun meminta keluarga sebagai pihak primer untuk menjadi kunci putusnya rantai penipuan eksploitasi sesegera mungkin.
ADVERTISEMENT
"Orang tua seharusnya jadi kunci. Harusnya orang tua melapor. Ada komunikasi lewat WhatsApp kan, harus tahu bagaimana kondisinya, berada di mana, sehingga eksploitasi bisa terungkap," tambah Retno.
Retno khawatir orang tua menutup-nutupi kegiatan magang ke luar negeri tersebut karena anaknya jadi tulang punggung ekonomi keluarga. Di sisi lain, ia menduga bahwa para orang tua tak paham bahwa anaknya sedang dieksploitasi.
"Itu juga ketidaktahuan orang tua bahwa anaknya akan dieksplotitasi, mungkin tidak tahu. Guru juga tidak tahu, apalagi orang tua," sambung Retno.
Menurut pantauan KPAI, pelaku program magang tidak mengakomodasi uang saku dan akomodasi perjalanan ke luar negeri.
"Ini anak-anak pakai biaya orang tua lho berangkatnya. Tiket juga bayar sendiri ternyata. Kita akan telusuri lah ya lebih jauh," tutup Retno.
ADVERTISEMENT