Video Dramatis Penyelamatan Balita di Ghouta yang Tertimbun Reruntuhan

27 Februari 2018 13:02 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tragedi Ghouta (Foto: AFP/Ammar SULEIMAN)
zoom-in-whitePerbesar
Tragedi Ghouta (Foto: AFP/Ammar SULEIMAN)
ADVERTISEMENT
Yang paling merasakan dampak mengerikan dari penyerangan di Ghouta Timur tidak lain dan bukan adalah anak-anak. Mereka terluka, cacat tubuh, kelaparan, bahkan terbunuh dalam serangan rezim Suriah ke wilayah pinggiran kota Damaskus tersebut.
ADVERTISEMENT
Seperti sebuah video yang diunggah seorang dokter Shajul Islam di jejaring sosial Twitter. Video itu memperlihatkan aksi penyelamatan seorang balita perempuan yang tertimbun reruntuhan.
Jika tidak teliti, balita itu mungkin luput dari penglihatan, karena wajahnya tertutup debu. Warnanya abu-abu, sama seperti sekelilingnya. Balita itu tidak sadarkan diri.
Penyelamat bekerja cepat mengeluarkannya dan melarikannya ke rumah sakit. Selanjutnya, kesedihan dikisahkan Dr Shajul.
"Sayangnya kebahagiaan itu tak berlangsung lama, karena ia meninggal di rumah sakit," tulis dia di akun @DrShajulIslam, Selasa (27/2).
Shajul adalah satu dari segelintir dokter yang kewalahan bekerja di Ghouta yang dibombardir.
Mencari korban selamat di antara puing reruntuhan, menghitung bagian tubuh yang berceceran, hingga melarikan diri dari lokasi rawan bom karena takut akan serangan kedua. Begitulah keseharian dokter di Ghouta Timur, Suriah.
ADVERTISEMENT
Para tenaga medis tak sekadar mengobati dan merawat korban di rumah sakit. Namun, mereka juga ikut mencari korban yang tertimbun reruntuhan bangunan.
Sementara itu menurut keterangan dari seorang dokter perempuan kepada Al Arabiya, pihak rumah sakit kesulitan menangani korban yang jumlahnya terlalu banyak.
Mereka pun tak dapat memindahkan korban ke tempat lain yang lebih aman.
"Siapapun yang keluar ke jalan, naik mobil atau jalan kaki, pasti akan mati. Kami bahkan tidak bisa memindahkan pasien yang butuh perawatan intensif ke rumah sakit lain yang jaraknya 5 kilometer. Kami hanya bisa menangani di sini," ujarnya dilansir Al Arabiya.
Ia menambahkan, bantuan yang diharapkan para tenaga medis bukanlah perlengkapan, melainkan solusi untuk menghentikan serangan bom.
ADVERTISEMENT
Ada pula kisah dari seorang dokter yang bekerja di lapangan. Ia menyebut satu-satunya cara untuk memindahkan pasien ialah melalui gorong-gorong.
"Menjadi kian sulit untuk memindahkan pasien. Tiap kali ambulans keluar, pasti langsung dibom," katanya.
Jumlah korban tewas akibat serangan itu terus bertambah dari waktu ke waktu. Saat ini diperkirakan telah lebih dari 630 orang terbunuh dan 3.300 lainnya terluka sejak rezim Suriah Bashar Al-Ashad menyerang Suriah pada Minggu (18/2).