Wacana Pemprov Makassar Sulap Bukit Sampah Jadi TPAS Bintang Lima

19 September 2018 0:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Aziz Hasan, selaku PLT Kadis DLH Makassar, dan Iskandar selaku Sekdis DLH Makassar (Foto: Pranamya Dewati/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Aziz Hasan, selaku PLT Kadis DLH Makassar, dan Iskandar selaku Sekdis DLH Makassar (Foto: Pranamya Dewati/kumparan)
ADVERTISEMENT
Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPAS) Tamangapa di Makassar, Sulawesi Selatan, menjadi satu-satunya TPAS di kota tersebut yang bisa menampung 700-800 ton sampah setiap harinya. Tumpukan sampah yang terus menggunung itu rencananya akan disulap oleh Pemprov menjadi kawasan bintang lima.
ADVERTISEMENT
Sekretaris Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Makassar, Andi Iskandar, menjelaskan konsep bintang lima tersebut berupa TPAS yang hanya menampung residu sampah. Selain itu, sejumlah fasilitas publik juga akan dibangun di sana untuk mengubah stigma publik tentang TPAS yang kotor dan bau.
"Kalau untuk pengelolaan TPA negara-negara maju, bukan lagi sampah yang dibuang d TPA. Sampah masuk ke mesin canggih, diproses, yang keluar residu. Itu yang dibuang ke TPA," ujar Iskandar saat ditemu di kantornya di jalan Jenderal Urip Sumoharjo, Makassar, Selasa (18/9).
"Kalau itu sudah bisa jadi, di sana nanti ada jogging track, full wifi dan sebagainya," imbuhnya.
Bukit sampah Tamangapa di Makassar. (Foto: Pranamya Dewati/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Bukit sampah Tamangapa di Makassar. (Foto: Pranamya Dewati/kumparan)
Sejauh ini, Iskandar menyebut pihaknya telah bekerja sama dengan pihak asing untuk mewujudkan hal tersebut. Korea, kata dia, telah bersedia membantu dalam bidang teknologinya.
ADVERTISEMENT
"Pihak negara Korea ingin menghibahkan teknologinya ke Makassar, kita sudah rapatkan di tingkat DPR. Sudah dibicarakan sistem pengolahan sampahnya," papar Iskandar.
Ia mengungkapkan, berdasarkan observasi tim sebelum memulai program, sampah di Makassar terdiri dari 60 persen sampah basah dan 40 persen sampah kering. Namun, pengolahan hingga pemanfaatan hasil olahan akan difokuskan pada 60 persen sampah basah.
"Itu nanti setelah diolah dengan teknologi Korea, hasilnya bisa juga jadi kompos dan bahan semen," ucap Iskandar.
Bukit sampah Tamangapa di Makassar. (Foto: Pranamya Dewati/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Bukit sampah Tamangapa di Makassar. (Foto: Pranamya Dewati/kumparan)
"Di dalamnya kita siapkan lahan 1 hektar untuk bangunan pusat atau kantor untuk pusat pengelolaannya," lanjutnya.
Program TPAS Bintang Lima ini nantinya berpengaruh besar pula terhadap jumlah warga yang bekerja dan tinggal di dalam kawasan TPAS. Sebelumnya, mereka dilarang tinggal di area TPAS karena alasan keamanan. Jika tidak ada lagi sampah yang menumpuk, maka sumber rejeki mereka juga akan hilang.
ADVERTISEMENT
Lalu bagaimana dengan mereka yang menjadikan aktivitas memulung di sana sebagai mata pencaharian utama? Iskandar menjelaskan, pihaknya akan mendorong para pemulung itu untuk berkenan bergabung bersama bank-bank sampah bentukan warga Makassar.
"Kita rekrut pemulung ini jadi bekerja di bank sampah. Tidak ada lagi sampah-sampah yang punya nilai yang masuk ke TPAS," jelas Iskandar.
"Misalnya yang dulunya bank sampah cuma menyiapkan dua orang tenaga kewalahan, masukan pemulung di situ. Tinggal buat perjanjian berapa yang diperoleh pemulung dan lain sebagainya, " imbuhnya.
Bukit sampah Tamangapa di Makassar. (Foto: Pranamya Dewati/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Bukit sampah Tamangapa di Makassar. (Foto: Pranamya Dewati/kumparan)
Founder Bank Sampah Makassar, Saharuddin Ridwan, menegaskan bahwa Bank Sampah tak pernah mengajari anak-anak, orang dewasa, orang tua dan semua 'nasabah' untuk memunguti sampah di luar rumah.
ADVERTISEMENT
"Kami tak ajarkan untuk memunguti sampah di got, drainase, di mana-mana, bukan mulung, bank sampah beda. Bank sampah mengajarkan untuk memungut sampah dari rumah sendiri," ucap Ridwan.
"Tak ada satu pun teknologi yang bisa mengatasi masalah sampah di TPAS. Kalau kita merujuk pada perundang-undangan pengelolaan sampah, selesaikan di sumber awalnya, bukan di TPA-nya," imbuh dia.
Dalam kesempatan yang sama, Plt Kepala Dinas Lingkungan Hidup A. Azis Hasan, menargetkan program TPAS Bintang Lima, selesai tahun depan. Ia berharap, pada tahun 2019 mendatang, sudah tidak ada lagi sampah plastik di lokasi tersebut.
"Mereka (pemulung) masuk karena masih ada plastik-plastik kan. Kalau enggak ada lagi, untuk apa mereka masuk? Nah itu bisa mempengaruhi hal tersebut," tutupnya.
ADVERTISEMENT