Wajarkah Pernikahan Beda Usia Jauh?

21 Maret 2017 11:02 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Asal usul cincin tunangan (Foto: thinkstock )
Pandangan dominan masyarakat melihat bahwa pernikahan dengan jarak umur yang terlampau jauh adalah bentuk hubungan yang ‘tidak wajar’. Tak jarang, persepsi mengenai ketidak wajaran tersebut muncul karena adanya anggapan idealisasi jarak umur pasangan yang baiknya di bawah 10 tahun.
ADVERTISEMENT
Namun, apakah memang benar begitu adanya? Betulkan itu sebuah bentuk ketidakwajaran?
Institusi pernikahan merupakan sebuah payung legal bagi setiap kisah kasih yang dipadu oleh dua sejoli. Melalui jenjang pernikahan, sepasang kekasih memiliki keabsahan untuk memiliki keturunan dan membina keluarga.
Setiap pihak pun berhak untuk menikah tanpa ada batasan umur maksimal. Selama individu dinyatakan masuk dalam standard umur untuk menikah, maka ia berhak untuk memilih dan menikah dengan siapa pun. Seperti misalnya di Indonesia, jika individu adalah perempuan yang berumur di atas atau sama dengan 16 tahun, maka ia sudah bisa memilih jalan untuk menikah --walau pilihan jatuh pada sosok yang mungkin sangat jauh lebih tua dari dirinya.
Dalam perspektif psikologi, setiap individu berhak untuk menentukan pasangannya sendiri. Sehingga, untuk memandang pernikahan yang dibangun oleh pasangan dengan beda umur begitu jauh tentunya sudah menjadi hak pasangan tersebut.
ADVERTISEMENT
Bona Sardo, seorang pengajar sekaligus psikolog UI yang menguasai di bidang psikologi klinis menyatakan bahwa pernikahan beda umur yang begitu jauh adalah hal yang wajar.
“Mengenai pernikahan yang beda usia jauh itu sebenarnya wajar-wajar saja kalau dari perspektif psikologi. Beda usia di sini mau sejauh atau sedekat apapun itu masih fine kok,” tutur Bona yang memegang gelar psikologi klinis kepada kumparan (kumparan.com), Senin (20/3),
‘Kewajaran’ ini didasarkan pada pilihan yang mau diambil oleh kedua belah pihak, dengan dasar asumsi bahwa pernikahan adalah keputusan yang berhak diambil oleh siapa pun, dengan pertimbangan apa pun yang ditentukan oleh masing-masing individu. Sehingga, dalam memilih pasangan hidup setiap individu berhak untuk memilihnya sendiri.
Walaupun, norma sosial yang tak tertulis dalam masyarakat memang kerap kali menjadi ‘mata-mata’ dalam setiap proses menuju jenjang pernikahan.
ADVERTISEMENT
Perdebatan seperti masalah perbedaan umur memang masih tetap menjadi sebuah urusan pribadi yang kerap kali dipermasalahkan masyarakat. Padahal, terdapat hal-hal lain yang lebih mendalam dalam melihat sebuah hubungan pernikahan dengan jarak umur yang terpaut sangat jauh, seperti pemenuhan kebutuhan, hingga stabilitas emosi pasangan di dalam hubungan.
Mengenai masalah perkawinan tersebut, Bona melihat bahwa akan ada potensi konflik dalam perkawinan dengan jarak umur terlalu jauh. Potensi konflik ini bisa muncul dalam masalah ego, pengambilan keputusan, proses interaksi, pemenuhan kebutuhan lahir batin yang juga bisa berbeda.
Ilustrasi Pasangan (Foto: Thinkstock )
“Potensi konflik bisa muncul dalam hal stabilitas emosi antara yang muda dan yang tua. Pasangan yang lebih tua umumnya punya tingkat kematangan yang lebih tinggi, sehingga frekuensi emosi pun lebih tenang dan tidak meletup-letup. Sementara, pasangan yang lebih muda memiliki kecenderungan frekuensi emosi yang lebih eksplosif dan dinamikanya lebih tajam. Bila terjadi perbedaan stabilitas emosi antara keduanya dan tak ada yang bisa saling mengendalikan, maka konflik akan lebih mudah terjadi,” jelas Bona.
ADVERTISEMENT
Selain masalah emosi, terdapat pula potensi konflik yang terjadi bila ada pemenuhan kebutuhan yang tak terpenuhi karena perbedaan umur yang terlalu jauh. Salah satunya adalah mengenai gairah dan kekuatan yang bisa jadi berbeda. Pasangan yang lebih muda memiliki kecenderungan gairah dan kekuatan fisik yang lebih tinggi. Sementara, pasangan yang lebih tua memiliki gairah dan kekuatan fisik yang lebih rendah.
Bila kebutuhan lahiriah di antara keduanya tak bisa dijembatani, maka konflik pun bisa saja mudah terpantik. Maka, untuk menangani adanya perbedaan kebutuhan tersebut, perlu ada proses komunikasi yang terjalin dengan baik untuk mengungkapkan perasaan dan kebutuhan satu sama lain.
Dengan mengetahui pandangan ini, maka pernikahan yang melibatkan dua orang dengan jarak umur yang jauh seharusnya tidak dipandang sebelah mata. Asalkan, umur kedua belah pihak sudah berada di titik kematangan dari segi fisik dan emosi, serta pernikahan dikehendaki oleh kedua belah pihak.
ADVERTISEMENT