news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Wak Udin, Marbut Masjid di Sumut yang ‘Ngegas’ Saat Bangunkan Sahur

16 Mei 2019 17:19 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wak Udin (Baju Merah), Marbut Masjid di Sumut yang ‘Ngegas’ Saat Bangunkan Sahur. Foto: Twitter @motulz
zoom-in-whitePerbesar
Wak Udin (Baju Merah), Marbut Masjid di Sumut yang ‘Ngegas’ Saat Bangunkan Sahur. Foto: Twitter @motulz
ADVERTISEMENT
Sosok Syahruddin Purba mendadak ramai diperbincangkan. Aksinya membangunkan sahur di Masjid Al Hidayah, Kampung Keling, Tebing Tinggi, Sumatera Utara, viral di media sosial.
ADVERTISEMENT
“Dicepatkan, Bu, dicepatkan, jam setengah 4 sudah ini, ayo bangun set, set, set, set. Sahur, sahur, sahur, sahur, sahur, sahur, sahur,” teriaknya menggunakan pengeras suara masjid.
Sejumlah warganet pun penasaran dengan tindakan pria yang kerap disapa Wak Udin oleh para tetangganya ini. Mereka mempertanyakan alasan Wak Udin membangunkan sahur seperti itu.
kumparan pun menghubungi Wak Udin untuk mencari tahu. Rupanya, pria berumur 47 tahun ini mengaku tak ada yang aneh dengan caranya membangunkan sahur.
“Memang saat membangunkan sahur cara saya begitu,” katanya via sambungan telepon, Kamis (16/5).
Baru bulan Ramadhan tahun 2019 ini Wak Udin bertugas untuk membangunkan warga setempat saat sahur di Masjid Al Hidayah. Ia sendiri merupakan marbut di masjid itu sejak tahun 1996.
ADVERTISEMENT
Kala orang lain sedang nyenyak tidur, tiap hari Wak Udin rela melangkah ke masjid lebih dulu untuk membangunkan orang-orang. Langit cerah maupun turun hujan, ia tetap melangkah.
Suasana buka puasa bersama di Masjid Istiqlal. Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
“Tadi pagi sampai 4 kali saya bangunin sahur. Dari mulai jam 3 selesai, udah siap sahur. Setelah jam 3 saya bangunin sahur, saya salat, iktikaf. Habis iktikaf, jam setengah 4 sudah bangunin sahur kembali. Setelah itu saya pulang, makan sahur,” jelasnya.
Cara membangunkan sahur dengan berteriak itu memang diakui keras oleh Wak Udin. Namun, sebenarnya ia punya niat baik agar tak ada warga yang terlewat bangun sahur.
“Itu dari didikan orang tua juga, dari dulu. Sifat orang tua zaman dahulu kan lain dengan zaman sekarang. Jadi orang tua ini kan dulu keras. Zaman dahulu bangunin sahur itu, ‘Bangun, bangun, bangun nih’ (dengan nada tinggi). Enggak bangun-bangun juga, dipukul sambil disiram air,” ujar Wak Udin.
ADVERTISEMENT
Selama ini, Wak Udin mengaku tak ada warga memprotes dengan apa yang dilakukannya. Ia tak menampik kalau upaya membangunkan sahur sudah jadi budaya yang lumrah dilakukan saat bulan Ramadhan.
“Tanggapannya biasa aja tuh, enggak ada yang apa istilahnya mau marah-marah begitu di kampung itu. Biasa aja. Saya pun ini istilahnya dari Kristen, agama lain yang lain dari non agama Islam gitu biasa saja orang sini,” akunya.
Apa yang diklaim oleh Wak Udin pun dibenarkan tetangganya. Tetangganya pun heran sosok yang juga berprofesi sebagai pemulung dan guru ngaji di Kampung Keling jadi viral.
“Wak Udin itu dekat rumah saya. Saya memang sering dengar Wak Udin bangunin sahur kayak begitu,” kata Nuri, salah satu tetangga Wak Udin, kepada kumparan, Rabu (15/5).
ADVERTISEMENT
Ke depan, Wak Udin berkomitmen untuk membangunkan sahur seperti biasanya sepanjang sisa bulan Ramadhan.
“Ya, apapun (yang terjadi) nanti sama (cara membangunkannya) juga begitu. Kalau panjang umur, mudah-mudahan nanti (bangunin lagi),” pungkasnya.