Waketum MUI Tanggapi Saf Salat Kampanye Prabowo-Sandi yang Bercampur

8 April 2019 6:40 WIB
Massa kampanye akbar Prabowo-Sandi salat subuh berjemaah di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta, Minggu (7/4/2019) Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Massa kampanye akbar Prabowo-Sandi salat subuh berjemaah di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta, Minggu (7/4/2019) Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
ADVERTISEMENT
Gelaran kampanye akbar pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) pada Minggu (7/4) menjadi perbincangan di media sosial. Sejumlah pihak menyoroti saf (barisan) massa pendukung Prabowo-Sandi yang bercampur antara perempuan dan laki-laki saat salat subuh berjemaah sebagai pembuka rangkaian kegiatan.
ADVERTISEMENT
Menanggapi hal ini, Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Yunahar Ilyas menilai bercampurnya saf perempuan dan laki-laki tak perlu dipermasalahkan jika dalam keadaan darurat. Menurut dia, pemandangan seperti itu akan jamak ditemui di area Masjidil Haram, Makkah, Arab Saudi.
"Di Masjidil Haram saja terjadi, dalam keadaan darurat semuanya bisa terjadi. Enggak masalah, namanya juga darurat, kalau kita pergi ke Makkah, Anda akan lihat itu," ujar Yunahar saat dihubungi kumparan, Minggu (7/4).
"Susah, kan, mengatur, Masjidil Haram, kan, keliling tuh, susah mengatur walaupun sudah diatur oleh banyak petugas. Kadang enggak bisa, perempuan di depan, laki-laki di belakang, kadang satu baris bisa campur, kalau darurat, ya, enggak apa-apa," tuturnya.
ADVERTISEMENT
Yunahar menegaskan hal itu hanya bisa ditolerir untuk keadaan darurat. Sementara untuk keadaan normal di dalam masjid, hukum mengatur saf adalah wajib.
Wakil Ketua Majelis Ulama Iindonesia, Yunahar Ilyas. Foto: Dok. Majelis Ulama Indonesia
"Misalkan orang salat harus berdiri, tapi kalau enggak sanggup berdiri, boleh duduk. Kalau enggak sanggup duduk, boleh berbaring. Lalu kalau pakaian kotor enggak bisa diganti, pakaian kotor (saat salat) saja juga boleh. Jadi dalam keadaan darurat itu semua yang keadaan dilarang itu dibolehkan," ungkapnya.
"Tapi kalau keadaan normal, safnya kalau laki-laki laki di depan, perempuan di belakang. Tapi kalau di lapangan, sulit itu mungkin mengaturnya, apalagi begitu banyak orang," imbuh Yunahar.
Massa kampanye akbar Prabowo-Sandi salat subuh berjemaah bersama di Stadion Gelora Bung Karno Foto: Antara Foto/Sutanta Aditya
Sebelumnya, Wakil Ketua Majelis Syuro PKS sekaligus timses Prabowo-Sandi, Hidayat Nur Wahid, juga sudah menjelaskan mengapa peristiwa itu bisa terjadi. Hidayat memastikan saf salat sebelumnya sudah diatur oleh panitia.
ADVERTISEMENT
"Saya tidak lihat persis karena saya ada di depan. Dan semua saf sudah diatur oleh panitia," kata Hidayat kepada kumparan.
Hidayat Nur Wahid. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
Hidayat menduga jemaah yang safnya bercampur itu terjadi lantaran sejak awal mereka tidak tergabung dalam saf. Seharusnya, kata dia, jemaah bisa menyesuaikan diri dengan aturan panitia dan ketetuan umum yang sudah berlaku.
"Itu kan kejadiannya kemungkinan ya, orang-orang yang sudah duduk-duduk di kursi itu mereka enggak bisa ke tempat saf. Atau mereka telanjur di situ kemudian di situ sudah penuh, mungkin kondisinya semacam itu," ungkap dia.
Massa kampanye akbar Prabowo-Sandi salat subuh berjemaah di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta, Minggu (7/4/2019) Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
"Yang jadi masalah, mereka duduk di kursi kemudian penuh dan sudah azan. Padahal kalau sudah di saf enggak gitu," tuturnya.
Pantauan kumparan, sejak Minggu dini hari, massa pendukung Prabowo-Sandi sudah memenuhi SUGBK. Prabowo-Sandi juga ikut salat berjemaah dengan para peserta kampanye akbar, yang didului dengan salat tajahud. Acara lalu berlanjut dengan munajat dan pidato dari sejumlah elite parpol pengusung hingga orasi politik Prabowo.
ADVERTISEMENT