news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Wakil Ketua MUI Sayangkan Munajat 212 Tak Sesuai Tujuan Awal

23 Februari 2019 9:20 WIB
Zainut Tauhid Foto: Fadjar Hadi/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Zainut Tauhid Foto: Fadjar Hadi/kumparan
ADVERTISEMENT
Wakil Ketua Umum MUI Zainut Tauhid menyayangkan tindakan MUI Provinsi DKI yang memprakarsai Munajat 212 di Monas, Kamis (21/2) lalu.
ADVERTISEMENT
Zainut mengatakan, panitia kegiatan tak mampu menjalankan acara sesuai tujuan. Bahkan, menurut Zainut, Munajat 212 menjurus ke arah politik praktis.
"Kami sangat menyayangkan atas sikap MUI Provinsi DKI sebagai salah satu pemrakarsa acara Munajat 212 yang tidak mampu mengendalikan kegiatan tersebut agar tetap berada pada arah dan tujuan semula, yaitu untuk kegiatan berdoa, berdzikir dan bermunajat kepada Allah SWT, untuk memohon keselamatan bangsa dan negara," sebut Zainut dalam keterangan pers kepada kumparan kepada (23/2).
Haji Lulung, Sohibul Iman, Zulkifli Hasan bersama tokoh agama hadir dalam acara Munajat 212 di Monas. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
"Bukan untuk tujuan lain yang menjurus ke arah politik praktis dengan melibatkan diri aksi dukung mendukung salah satu paslon capres tertentu," sambung dia.
Ia menekankan, MUI sebagai lembaga keagamaan tidak boleh terseret ke dalam kegiatan politik praktis. Sebab, hal tersebut tak sesuai dengan karakter, khitah dan jati diri MUI.
ADVERTISEMENT
Zainut menegaskan, MUI adalah tenda besar umat Islam dan menjadi wadah berhimpun para ulama, zu'ama dan cendekiawan Muslim dari berbagai ormas Islam. MUI pun memiliki tugas untuk memberikan bimbingan, panduan dan perlindungan ke seluruh umat Islam.
Sejumlah peserta Malam Munajat 212 berdoa di lapangan Monumen Nasional (Monas), Jakarta, kamis, (21/2). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
"Politik yang dibangun oleh MUI adalah politik kemuliaan yang berorientasi kepada persatuan, persaudaraan, dan kemaslahatan bangsa dan negara, bukan politik praktisan yang dapat menimbulkan perpecahan, permusuhan dan konflik sesama anak bangsa," tuturnya.
Oleh sebab itu, MUI sudah semestinya memposisikan diri jadi institusi netral, dan menjaga jarak dengan semua kekuatan politik. Terlebih penting, MUI tak boleh masuk ke dalam politik praktis, apalagi diperalat dan dijadikan kendaraan politik.
Meski demikian, Zainut menyebut MUI tak melarang pengurusnya berkecimpung dibidang politik praktis. Sepanjang hal tersebut dilakukan atas nama pribadi bukan institusi.
ADVERTISEMENT
"Kami mengimbau kepada Pimpinan MUI di seluruh Indonesia agar dapat memfungsikan organisasi MUI sebagai perekat dan pemersatu umat. Apalagi pada saat sekarang ini bangsa Indonesia sedang menyelenggarakan Pemilu baik Pemilu Presiden maupun Pemilu Legislatif," pungkasnya.
Dalam Munajat 212, terdengar teriakan nama calon presiden nomor urut 02 Prabowo dan pose dua jari dari peserta pendukung capres tersebut. Terkait hal itu, Bawaslu DKI Jakarta tengah mengkaji dugaan pelanggaran kampanye dalam Munajat 212.
Titik Soeharto berada di panggung malam munajat 212 di Kawasan Monumen Nasional (Monas), kamis, (21/2). Foto: Moh Fajri/kumparan
Namun, menurut Wakil Ketua Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto -Sandiaga Uno, Ahmad Muzani, hal itu adalah bentuk spontanitas dari peserta Munajat 212 yang tidak serta merta dianggap sengaja berkampanye.
"Kalau kemudian di situ ada yang teriak (nama Prabowo), memberi isyarat dua jari begini, itu saya kira lebih merupakan ekspresi atau spontanitas dari para pengunjung hadirin," kata Muzani
ADVERTISEMENT