Warga Desak Pelarangan Senjata Usai Penembakan Sekolah di Florida

18 Februari 2018 12:51 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Aksi usai penembakan sekolah di Florida. (Foto: Reuters/Jonathan Drake)
zoom-in-whitePerbesar
Aksi usai penembakan sekolah di Florida. (Foto: Reuters/Jonathan Drake)
ADVERTISEMENT
Seruan pelarangan pembelian dan penjualan senjata api kembali mengemuka di Amerika Serikat usai penembakan di sekolah Florida pekan lalu, menewaskan 17 orang. Aksi protes digelar di Florida, diikuti oleh para siswa yang menyaksikan horor penembakan tersebut.
ADVERTISEMENT
Diberitakan Reuters, aksi digelar di Fort Lauderdale, kota Parkland, pada Sabtu (17/2). Mereka menentang pernyataan Presiden Donald Trump yang mengatakan penembakan di SMA Margory Stoneman Douglas itu diakibatkan oleh gangguan mental.
Para peserta aksi menyayangkan pernyataan tersebut. Mereka mengatakan, aksi ini tidak akan terjadi jika pembatasan pembelian senjata api yang dicanangkan di pemerintahan Barack Obama masih diterapkan. Pemerintah Trump menafikan larangan Obama itu dengan berdalih pada Amandemen Kedua Konstitusi AS soal hak kepemilikan senjata.
"Kita harus menaruh perhatian pada fakta bahwa ini bukanlah masalah kesehatan mental," kata Emma Gonzales, siswa 18 tahun dari sekolah tersebut.
"Pelaku penembakan tidak akan mungkin membunuh banyak orang dengan pisau!" kata Emma lagi, disambut sorakan peserta aksi lainnya.
Aksi usai penembakan sekolah di Florida. (Foto: Reuters/Jonathan Drake)
zoom-in-whitePerbesar
Aksi usai penembakan sekolah di Florida. (Foto: Reuters/Jonathan Drake)
Gonzales mengkritik Trump yang membatalkan kebijakan Obama soal kepemilikan senjata. Sebelumnya Obama menerapkan peraturan soal pemeriksaan ketat latar belakang pembeli senjata. Mereka yang punya riwayat gangguan jiwa tidak akan bisa mendapatkan pistol atau senapan.
ADVERTISEMENT
Gonzales juga mengecam Asosiasi Senapan Nasional (NRA) yang berada di balik keputusan Trump itu. NRA dikenal sebagai pelobi ketat peraturan soal senjata api di parlemen, dengan dukungan dari Partai Republik, partai pengusung Trump.
"Politisi di Dewan dan Senat yang didanai oleh NRA mengatakan kami bahwa tidak ada yang bisa dilakukan untuk mencegahnya, kami menyebutnya B.S.," kata Gonzales.
B.S., adalah kepanjangan dari "bullshit" alias omong kosong.
Pelaku penembakan pada Rabu lalu adalah Nikolaz Cruz, 19, bekas siswa dari SMA itu yang dikeluarkan karena perilaku buruk. Dia diadili atas 17 dakwaan pembunuhan berencana. Polisi mengatakan, Cruz bersenjatakan senapan serbu semi-otomatis AR-15 dan beberapa magasin amunisi.
Karena longgarnya peraturan pembelian senjata di era Trump, Cruz bisa membeli senjata itu secara legal di toko resmi dan berizin di Coral Springs, Florida.
Aksi usai penembakan sekolah di Florida. (Foto: Reuters/Jonathan Drake)
zoom-in-whitePerbesar
Aksi usai penembakan sekolah di Florida. (Foto: Reuters/Jonathan Drake)
Ironisnya, tepat di hari aksi anti senjata api digelar, digelar pula pameran senjata di Dade County. Kedua situasi yang bertolak belakang ini terpaut jarak 64 km.
ADVERTISEMENT
Usai penembakan, panitia pameran mengaku menerima banyak seruan untuk membatalkan acara. Namun mereka tidak bisa membatalkan karena keuntungan yang sangat menggiurkan.
Dalam pameran yang akan diadakan di 40 tempat di negara bagian Florida, ada senapan dan aksesorisnya dengan nilai total USD 5 juta atau lebih dari Rp 67 miliar yang akan dijual.
Para pengunjung pameran itu berpandangan berseberangan dengan peserta aksi di Parkland. Menurut mereka, peraturan tidak akan bisa mencegah penembakan. Mereka malah menyalahkan aparat keamanan yang lalai.
"Saya tidak yakin ada hukum yang bisa mencegah apa yang telah terjadi. Saya kira banyak badan keamanan yang tidak melakukan tugas mereka dengan baik," kata Joe Arrington, pengunjung pameran senjata itu.