Warga Jakarta Cenderung Pilih Lahan Makam yang Strategis

15 Desember 2017 20:48 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana TPU Karet Bivak  (Foto: Iqbal Firdaus/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Suasana TPU Karet Bivak (Foto: Iqbal Firdaus/kumparan)
ADVERTISEMENT
Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno memastikan lahan makam di Jakarta masih mencukupi hingga 2035. Sandi mengatakan ada 208 hektar lahan makam siap pakai sampai 2019, sementara yang belum bebas lahan ada 183 hektar.
ADVERTISEMENT
Meski demikian, Sandi mengakui, ada kesan seolah sulit mencari lahan makam. Pasalnya, warga Jakarta cenderung memilih tempat yang dinilai strategis.
"Tidak ada krisis lahan pemakaman. Yang berbeda lokasi yang diinginkan dan lokasi yang tersedia," kata Sandi di Balai Kota, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Jumat (15/12).
Pada kesempatan yang sama, Kepala Dinas Kehutanan, Pertamanan, dan Pemakaman DKI Jakarta Djafar Muchlisin mengungkapkan warga Jakarta kerap memilih lahan makam seperti Karet Bivak, Menteng Pulo, dan Tanah Kusir. Sehingga tidak ada keseimbangan antara lahan yang tersedia dengan permintaan yang masuk.
"Jadi tidak ada keseimbangan antar ketersediaan lahan di tempat itu dan permintaan. Sementara, contohnya, di Pondok Rangon masih ada lahan. Tapi peminatnya tidak banyak. Saya nyatakan tidak ada krisis lahan dan masih tersedia," papar Djafar.
ADVERTISEMENT
Djafar menjelaskan, ada 82 TPU milik Pemprov DKI yang saat ini dalam kondisi siap pakai dan lahannya masih cukup, seperti Pondok Rangon, Tegal Alur. dan Namu. Ketika ditawarkan, warga mengeluh karena lokasinya yang tidak strategis, sehingga hal itu mengakibatkan lahan makam di yang lokasinya strategis lebih diminati.
"Banyak faktor. Tapi yang terbanyak adalah karena mencari yang strategis. Kayak Pondok Rangon terlalu jauh," ujarnya