Warga Lombok yang Masih Trauma Berhamburan saat Gempa 6,5 M

19 Agustus 2018 13:56 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Pasca Gempa (Foto: Shutterstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Pasca Gempa (Foto: Shutterstock)
ADVERTISEMENT
Gempa bumi yang kembali terjadi di Lombok pada Minggu (19/8) kembali memicu kepanikan warga di pengungsian. Mereka berhamburan menyelamatkan diri pada gempa 6,5 Magnitudo.
ADVERTISEMENT
"Masyarakat panik dan berhamburan keluar rumah atau tenda pengungsian di Lombok Utara, Lombok Timur, Lombok Tengah, dan Lombok Barat. Belum ada laporan kerusakan dan korban jiwa akibat gempa," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho dalam pernyataannya.
Gempa kali ini terjadi di tengah trauma yang masih terasa usai gempa 7 Magnitudo pada 5 Agustus lalu yang menewaskan lebih dari 400 orang. Warga yang tengah berkebun langsung berlarian, meninggalkan pekerjaan mereka.
"Mereka meninggalkan kebun dan sepeda motornya. Berkumpul di tempat aman, Masyarakat bertambah trauma dengan gempa-gempa susulan, apalagi gempa yang dirasakan keras," kata Sutopo lagi.
Gempa terasa hingga Bali dengan getaran ringan, belum diketahui adanya kerusakan.
Warga di Sembalun, Royal Sembah Ulun, mengatakan warga pengungsi berlarian ke tanah lapang lantaran panik dan trauma. Rumah-rumah yang telah rusak parah akibat gempa sebelumnya ambruk pada getaran kali ini.
ADVERTISEMENT
"Warga panik dan trauma. Mereka berlarian keluar, padahal sebenarnya mereka di kamp pengungsi," kata Royal kepada kumparan.
Beberapa longsor terjadi di perbukitan gunung Rinjani, kata Royal. Gunung Rinjani sendiri aman, namun pendakian masih ditutup akibat gempa sebelumnya yang membuat kontur tanah berbahaya untuk dilalui.
Royal mengatakan, gempa kali ini berbeda dengan gempa 7 Magnitudo pada 5 Agustus lalu. "Getaran kali ini naik-turun, sebelumnya bergetar ke kanan-kiri, ini yang bikin kerusakan parah," kata Royal.
Pria 33 tahun itu mengatakan bantuan dari pemerintah yang masuk untuk para pengungsi masih kurang. Bantuan terbanyak, kata dia, justru datang dari donatur pribadi.
"Distribusi bantuan tidak jelas, stok yang selama ini tidak pernah valid, tidak ada kepastian tanggung jawab siapa pembagian bantuan ini," kata Direktur Sembalun Community Development Center ini.
ADVERTISEMENT
Dia juga mengatakan kondisi para pengungsi di beberapa lokasi memprihatinkan. Seperti di daerah Bumbung, warga buang hajat di sebuah kali mati dekat tenda lantaran tidak adanya WC.
"Mereka buang hajat di kali itu karena WC minim, sehingga kini baunya dan kondisinya tidak sehat bagi pengungsi," kata Royal.